Jumat, 18 Juli 2008

Filsafat Dalam Islam


Filsafat Dalam Islam
 Tradisi filsafat dalam islam adalah pemikiran yang tiada henti. Belakangan ini banyak bermunculan karya-karya filsafat sejak Al-Ghazali mengemukakan kritiknya terhadap filsafat dan para filsuf muslim terhadap ibnu sina dan Ibnu Rusyd. Sejak masa itu terjadi penurunan, filsafat dalam islam adalah penalaran tentang agama islam. Al-Ggazali diangap menurunkan minat para cendekiawan muslim terhadap filsafat karena kritikanya terhadap filsafat dalam islam yang diangapnya terdapat hal yang membahayakan.
 Pandangan para orientalis itu sekilas terkesan obyektif serta memiliki pengaruh besar dan serius, terutama berkaitan dengan sikap dan pandangan umat Isalm terhadap aspek intelektualitas, khusunya lagi filsafat. Dapaknya bukan saja menimbulkan gelombang keawaman dan apatisme intelektual yang merata dikalangan Islam. Tetapi juga melahirkan cendekiawan muslim yang mencoba meletakan imandan trasedensi Islam sebatas kebenaran yang kaku. Dan tak tersentu akal.dampak yang lebih besar adalah timbulnya perasaan rendah diri ( inferioritas) peradapan dan pemikiran dikalangan Islam, terutama dimensi intelektual.
 Mengapa kegiatan intelektual Islam terhenti begitu lama?
 ertayaan itu diajukan oleh begitu banyak pihak terutama para pemikir muslim dewasa ini. Benarkah tidak ada karya intelektual Islam muncul sejak wafatnya Ibnu Rusdi. Ternyata tudingan kaum orientalitas banyak mendapat bantahan dari pemikir abad 20. apa yang disampaikan oleh tokoh pemikir orientalitas banyak mendapat bantahan, cacat dan tidak dapat dipertangung jawapkan. Hal ini dikungakapakan oleh seyyed Hosein Nasr dalam bukunya Theology, philosophy, dan Spirituality. Dalam bukunya ia menjelaskan secara rinci bagaimana model, jaringan, dan tradisi intelektual Islam terus berlangsung dan tetap bertahan sampai saat ini. Terbitan para pemikir dan filosof Muslim di akhir abad 20 ini bukanlah hal yang tiba-tiba terjadi. Tradisi pemikiran dan penulisan filsafat Islam tetap terjadi tetapi kuranya publisitas yang menjadi penghalang ,membuat sepertinya kegiatan pemikiran penulisan Islam telah terhenti.
 Pendapat tentang terus berkembangnya filsafat Ilsam juga dikemukakan oleh Hossein Ziai( 1998) dalam uraianya tentang sejarah Islam dalam Sejarah Filsafat Islam( 1986) setelah Ibnu Rusyd, ternyata pemikiran Islam terus berlangsung. Tokoh besar seperti Igbal menunjukan betapa pemikiran Islam tetap menghasilkan pemikiran yang berbobot intelektualitasnya masih tinggi. Memang banyak pihak yang mengangap filsafat sebagai hal yang berbahaya dan jauh dari manfaat. Namun banyak pihak yang menjalani kegiatan berfilsafat dalam kaitanya dengan agama Islam.
Dasar-Dasar Filsafat dalam Islam
 Kegiatan filsafat erat kaitanya dengan intelek(al-agl). Sementara kegiatan agama banyak kaitanya dengan spirit( al-ruh). Dalam prespektif Islam kedua hal ini memiliki hubungan yang sangat erat dan dua muka dari realitas yang sama. Spiritualitas Islam dapat diilhami oleh intelektual yang secara tradisional dipahami. Dalam kaitan kedua intelek dan spirit inilah filsafat berkembang. Filsafat Islam merupakan kegiatan penting dalam intelektual Islam. Di sisi lain para filsuf muslim memiliki penghayatan spiritual yang sama dan mendalamnya seperti gnostik(’ urafat) pemikiran yang tidak melalui pemikiran tetapi masuk langsung kedalam benak. Yang dikandung oleh para sufi. Lebih dari itu filsafat Islam telah mengambil peranan dalam perkembangan pemahaman atau penafsiran kitap suci ( kalam) tidak seperti astronomi atau matematikadan ilmu lainya. Filsafat dapat memberi pemahaman secara mendalam tentang Islam.
 Tema-tema yang utama dalam filsafat Islam telah memainkan suatu peranan penting dalam pembuktianya tentang keberadaan tuhan. Dengan akal seperti yang ditampilakan oleh Al-kindi dan Al-Farabi. Tema penciptaan alam juga merupakan tema yang banyak dibahas oleh para filsuf Islam sebelum Ibnu Rusyd. Tema lain adalah perpaduan kegiatan pemikiran spekulatif yang mengunakan intelek dengan kegiatan penyucian hati dan iman dan penegtahuan yang diperoleh dari intelek. Tema ini sangat menonjol pada Suhrawardi dan para pengikutnya. Belakangan juga muncul tema sosial dalam filsafat Islam. Iqbal benyak menyumbangkan pikiranya untuk tema ini.
  Ajaran filsafat yang dikemukakan oleh sebagian besar filsuf muslim awal adalah apa yang dikenalkan pada filsafat paripatetik, ajaran ini merupakan sitetis ajaran wahyu Islam. Filsafat Aristotelian dan Neoplatonisme, baik yang berkembang di Athena atapun Alexsandria. Ajaran ini dimulai pada jaman III Hijriah/IX Masehi dalam iklim intelektual yang kaya di Bagdad oleh Al-Kindi. Filsafat paripatetik ini kemudian dikembangkan oleh penerus Al-Kindi seperti Al-Farabi dan Yahya Ibnu. Selanjutnya dikembangkan filsafat parepatik makin memuncak sampai pada masa Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd.
 Dalam pengambilan inspirasi, filsafat Islam tidak membatasi sumber dan tempat. Hal yang menjadi dasar diterimanya tidaknya suatu pengetahuan sebagai isnpirasi atau sebagai materi praktis adalah kebenaran. Para filsuf islam tidak mal mengakui kebenaran dan mengambil sumber dari manampun. Sekalipun dari generasi baru dan orang asing. Bagi mereka, tidak ada nilai yang lebih tinggi dari kebenaran itu sendiri. Kebenaran tidak perna merendahkan hal lain dan dirinya, tetapi menyampaikan penghargaan dan penghormatan(Al-Kindi, dalam Nars, 1995). Inilah konsep universal tentang kebenaran yang selalu dijunjung dalam filsafat Islam. Selain itu, bagi filsafat Islam sebuah kebenaran bagaimanapun tidak dibatasi oleh keterbatasan penalaran. Kebenaran tidak dapat dibatasi oleh apa yang tampak dan dijangkau oleh intelek. Bagi filsuf Islam apa yang dilakukan dalam berfisafat adalah usaha mencapai kebenaran puncak wahy melalui pengunaan intelek.
FILSUF MUSLIM PERTAMA
Al-Kindi
 Abu Ya’qub al-kindi(801-866) adalah pemikir yang meletakan dasar tradisi filsafat islam. Bahan yang dirujuk adalah ajaran agama Islam. Namun berbeda dengan pemikir lain sejamanya ia mulai memanfaatkan pemikiran para fisuf Yunani dalam menafsirkan ilmu kalam. Pemikiran Plato, Aristoteles dan beberapa penerus mereka digunakan untuk menjelaskan berbagai wahyu dalam Al-Quran secara rasional dan sistematis. Ia juga berjasa sebagai orang pertama yang pertama kali mengunakan bahasa arap untuk mengekpresikan filsafat. Ia juga tertarik mendalami hubungan antara filsafat dan agama, atau penalaran dan keyakinan.
 Al-Kindi berusaha menjabatani jurang antara filsafat dan dogma. Ia mengunakan filsafat dalam menalari ayat-ayat Al-Quran. Ia memandang aktifitas mengunakan akal merupakan kewajiban manusia. Siapapun wajib mengunakan akal jika ia manusia, bahkan jika orang itu menentang mengunakan akal. Maka ia harus menjelaskan pertentangan itu. Sebab seserang tidak boleh mengemukakan sebuah alasan tanpa mengetahui alasan itu. Dengan begitu orang itu sebenarnya mengunakan akalnya untuk menentang pendapat bahwa manusia wajib mengunakan akalnya. Akal merupakan anugerah bagi manusia sekaligus memberikan kewajiban yang harus dipertangungjawapkan.
 l-Kindi mendifinasikan filsafat sebagai pengetahuan tentang mendifinasikan realitas segala sesuatu, sejauh jangkauan kemampuan manusia. Al-kindi filsafatnya didasari oleh filsafat Aristotelian. Terutama metafisikanya. Ia menjelaskan penegtahua tentang metafisika adalah pengetahuan tentang menjelaskan sebab segala sesuatu. Merujuk pada Aristoteles ia mengatakan bahwa filsafat adalah penegtahuan tentang realita pertama yang merupakan sebab dari sebuah realitas. Semakin luas pengetahuan seseorang tentang sebab segala sesuatu, maka semakin tinggi dan sempurna pengetahuanya.
Sebab Macam Terbagi Menjadi 4 :
1. Penyebab material atau bahan baku
2. Penyebab formal berupa bentuk atau forma
3. Penyebab efisiensi atau subjek yang menciptakan objek
4. Penyebab final atau tujuan
 l-Kindi mengunakan konsep gerak dari Aritoteles, dalam meyamakan pengertian perubahan dan gerak. Perubahan adalah gerak dalam pengertian suatu berubah karena ada suatu gerakan. Gerak atau perubahan dalam definisi Aristoteles adalah peralihan dari potensi ke aktus. Potensi adalah kemungkinan-kemungkinan yang dimiliki oleh sesuatu untuk berubah menjadi sesuatu yang lain. Sedangkan aktus adalah perwujudan dari potensi. Gerak terbagi menjadi dua : gerak aksidental dan gerak subtansial.
1. Gerak Aksidental adalah perubahan kualitas atau kuanitas bentuk atau forma. Perubahan dari suatu tempat ketempat yang lain adalah gerak lokal yang merupakan gerak aksidental.
2. Gerak Subtansial adalah perubahan dari suatau bentuk kebentuk yang lain. Perubahan air yang dipanaskan menjadi uap adalah contohnya.
Al-Kindi mengunakan konsep pengerak utama atau penyebab pertama dari Aristoteles. Pengerak utama ini merupakan efisiensi dan final dari segala sesuatu. Segala sesuatu ada dan berkembang karena adanya pengerak utama yang sekaligus merupakan penyebab pertama. Tuhan dalam jaran agama Islam adalah pencipta segala sesuatu. Tuhan juga merupakan potensi sekaligus aktus. Semua potensinya sudah tampil dalam wujudnya. Tuhan merupakan satu-satunya yang memiliki potensi sekaligus aktus karena ia sudah ada dengan sendirinya. Memujudkan diri sebagai yang tak terbatas.
 l-Kindi juga menunjukan bahwa filsafat juga berkaitan dengan segala jenis persoalan karena di dalam filsafat di pertayakan apa dan bagaimana yang mana dan mengapa dari segala sesuatu. Dengan kata lain filsafat mempelajari keberadaan segala sesuatu, genus, species, diferentia, dan sebab final dari segala sesuatu. Dengan seseorang mengetahui tentang zat maka ia mengetahui juga genus. Mengetahui bentuk mengetahui juga species berserta differencia atau perbedaan yang dibawa oleh bentuk zat. Dengan mengetahui genus, species, dan diferentia dan sebab final maka depat diketahui definisi dan realitas yang didefinisikan. Dengan dasar matematika sebagai filsafat pertama pengkajian terhadap beberapa tema utama yang berkaitan dengan ilmu ilahi ia memulainya dengan memikirkan prisip pertama dari segala sesuatu yang disebut juga dengan tuhan yang Mahaesa. Pengertian dari esa disini merujuk pada arti sebagai tidak dapat dibayangkan tidak ada sekaligus. Tidak memiliki sebab dan wujud atau keberadaan selain dirinya sendiri. Ia bukan genus atau species karena tidakdapat dibandingkan. Sedangkan species selalu memiliki genus atau kelompok yang mewadahinya dan specific diferentia atau pemebeda khusus antara dirinya dengan species yang lain.
 ang Mahaesa adalah wujud abadi, sesuatu yang ada dengan sendirinya, tidak berubah-ubah, tidak berkurang, dan tidak bertambah. Sebagai wujud abadi ia adalah wujud ayang tidak perna berhenti mengada. Ia tidak mungkin berubah wujud menjadi lebih sempurna karena ia sudah sempurna pada dirinya sendiri. Sebagai wujud yang niscaya ia bersandar pada keungulan yang permanen yang tidak perna dilampaui oleh apa pun. Ia bukan saja sebuah tubuh tetapi benar-benar tak terbatas secara logika. Ia menjadi penyebab sekaligus tujuan atau penyebab finaldari segala sesuatu.
Al- Kindi mengunakan juga prinsip teologi dari Aristoteles. Dengan konsep pengerak utama sebagai penyebab sekaligus tujuan segala hal. Aristoteles menjelaskan prinsip teologi yang menyatakan bahwa segala sesuatu bergerak menuju satu titik tertentu sebagai tujuan akhir. Istilah teologis barasal dari gabungan kata yunani kuno telos yang berarti tujuan dan logos dalam arti aturan atau prinsip. Prinsip teologis menyatakan bahwa segala sesuatu didunia ini memilki tujuan yang sama. Oleh karena itu segala sesuatu mengikuti konsep teologis dan mengarah pada pengerak utama yang tak tergerakan maka segala sesuatu dapat dipahami dan diramalkan kejadianya.
Prinsip teologis sekaligus dapat dipahami juga adanya prisip sebab akibat. Yang menyatakan bahwa segala sesuatu memilki sebab. Dan sebab itu memiliki penyebab dan seterusnya hingga sampai pada penyebab pertama yang tak tersebabkan. Yaitu yang Mahaesa. Prinsip teologis dan sebab akibat memungkinkan dunia tetap ada dan bergerak(berubah). Dunia ini bergerak terus-menerus mengarah kepada tujuan utama, pengerak yang tak tergerakan, yang esa. Evolusi alam semesta juga digerakan mengikuti prinsip teologis dan sebab-akibat.
 andangan tentang penyebab pertama atau yang esa sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Al-Quran bahwa Allah tak berawal dan tak berakhir dan keberadaanya adalah dengan adanya sendiri. Wujudnya tak terbandingkan, serta tak berubah, tak berkurang, juga tak bertambah, dan sempurna selamanya.
Al-Razi
 emikiranya berani menentang pemikiran Islam yang fundamental dan berjalan terus dengan pemikiran filosofinya. Ia juga dikenal sebagai ahli kedokteran, dalam dunia filsafat islam Al-Razi terkenal sebagai tokoh terkenal dalam bidang metafisika.
Pemikiranya berusaha menunjukan bahwa ajaran-ajaran agama Islam tidak terlarang atau menentang penyelidikan-penyelidikan pemikiran filosofi. Kegiatan yang mengunakan pemikiran filosofi sebagai alat untuk memahami keyataan justru sejalan dengan kewajiban seorang muslim yang mengunakan akalnya agar dapat memahami alam semesta dan asal-usulnya. Tujuan filsafat adalah menjadikan seseorang mendekati sifat-sifat tuhan dalam arti berusaha terus menerus mencapai hal yang baik dalam hidupnya, dengan filsafat manusia berusaha mencapai kesamaan dirinya denga tuhan sejauh mungkin dalam keterbatasanya sebagai makhluk.
Al-Razi menegaskan pentingnya manusia membatasi dan mengendalikan nafsu serta kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Dalam kegiatan memperoleh kenikmatan. Manusia harus memperhatikan batasanya. Manusia memenuhi kebutauhan biologisnya untuk bertahan hidup, tetapi tidak boleh berlebihan. Kebutuhan minimal hidup sederhana sejauh kebutuhan nafkah. Sejalan dengan pandangan Platonik, ia memandang bahwa jiwa bersifat kekal dan badan merupakan fana, jiwa akan terus hidup dan kembali ketempat asalnya setelah mengalami pensucian sedangkan jasad manusia akan hancur dan kembali ketiadaan.
Tenang kehidupan sesudah mati, baik tidaknya penghargaan yang diterima manusia di akhirat bergantung pada berapa baik ia menjalani hidupnya. Kehidupan dunia tidak boleh diabaikan. Manusia harus memenuhi kebutuha duniawinya secara baik untuk dapat mencapai kebaikan di akhirat tergantung seberapa baik ia menjalani hidupnya. Salah satu kegiatan baik manusia adalah kegiatan memperoleh pengetahuan dan menjalankan keadilan sesuai hukum-hukum yang berlaku. Tujuan hidup manusia adalah dalam hidup ini dan di akhirat. Pemikiran etika Al-Razi dipengaruhi oleh pemikiran etika Socrates. Etika itu lebih dikenal dengan sebutan etika eudamonia. Atau etika yang didsari kesejahteraan dan kebahagiaan yang rasional. Kegiatan rasional bukan saja untuk memperoleh kebahagian, Tetapi juga penyucian jiwa. Selama terperangkap dalam badan, jiwa lemah dan bodoh sehingga tergoda oleh materi. Akal manusia merupakan penjaga jiwa. Dengan akal manusia dapat dikembalikan kesucianya, sehingga dapat kembali ketempat asalanya.
Al-Razi tergolong filsuf yang tidak disukai dikalangan Islam karena pemikiranya yang menentang kenabian dan anugerah wahyu ilahi bagi orang-orang tertentu. Menurutnya setiap orang bisa mendapatkan atau mencapai penyucian jiwa dan mencapai tuhan dengan dirinya sendiri tanpa perantara nabi. Pemikiranya bertumpuh pada tentang kebebasan berpikir dan menemukan kebenaran dengan mengunakan akal.
Al-Farabi
Ia adalah filsuf muslim yang pertama kali mengembangakan sistem pemikiran filosofis yang komprehensif. Ia meneruskan usaha Al-Kindi mentransfer pemikiran yunani. Terutama pemikiran Plato dan Aristoteles ke khasana pemiran Islam. Karya awalnya lebih banyak memaparkan pemikiran Plato dan Aristoteles. Baru pada akhir karyanya ia mengembangkan pemikiran filosofi tentang ketuhanan yang dikenal dengan filsafat emanasi. Yaitu suatu pandangan tentang tuhan sebagai asal segala sesuatu yang cahayanya menyebar menghasilakan seluruh alam semesta.
 l-Farabi menunjukan bentuk kehidupan spiritualnya dan mempratikan ajaran-ajaran sufi dalam usia yang sangat muda. Ia meupakan ahli logika yang sangat tajam. Al-Farabi menyusun buku tentang logika Aritoteles berserta kritik dan tangapanya.
 bnu Rusyid
 Ia dikenal di eropa sebagai tokoh filsuf spekulatif Islam terbesar, ia sering ditafsiarkan sebagai tokoh yang menyampaikan kebenaran ganda. Ia menjadi simbol rasionalisme yang melawan agama disisi lain ia juga menyebarkan pandangan tentang kebenaran agama.

 

 

Novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu : Sebuah tinjauan Psikoanalisa

Novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu :
Sebuah tinjauan Psikoanalisa


A. Pengantar
Jacques Derrida dalam artikelnya Freud and the Scene of Writing, melontarkan pertanyaan “What is a text, and when must the psyche be if it can be represented by a text?” (Zainuddin Fananie, 2002:177). Pertanyaan tersebut secara tidak langsung mempertanyakan peranan dan aspek psikologi dalam teks sastra. Apakah mungkin aspek-aspek psikologi dipakai sebagai salah satu pendekaan analisis sastra ?
Menanggapi pertanyaan tersebut berarti terdapat fenomena baru yang mewarnai sastra yang berkembang. Hal ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa perkembangan karya sastra tidak mungkin dapat dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan yang berada di luar sastra dan yang berkaitan dengan konteks kehidupan.
Jika fenomena psikologis muncul ke pemukaan, tentunya hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di satu sisi, keberhasilan manusia dan segala penemuannya seakan-akan telah mengantarkan pada cita-cita akan kesempurnaan hidup, kepuasan, dan kesejahteraan yang penuh persaudaraan. Namun realitasnya, penemuan tersebut ternyata menghasilkan egosentrisme, kebingungan batin, ketakutan, bahkan state of madness, yaitu bentuk kegilaan histeris dimana hubungan dengan realitas batin telah sirna dan pikiran manusia telah terpisah dari perasaan. Dalam konteks terkini, kepuasan dan keberhasilan manusia ternyata lebih dititikberatkan pada dominasi individu atas individu lainnya.
Masalah di atas muncul, karena “keberhasilan” yang diraih sulit dipisahkan dari daya pikir dan kehendak. Jika kehendak mempunyai peranan yang lebih besar dari daya pikir, tidak tertutup kemungkinan bahwa “keberhasilan” yang dicapai adalah “keberhasilan” yang naif, “keberhasilan sesaat dan semu, yang seringkali lepas dari kendali kesadaran diri sehingga yang muncul ialah “super-ego”(Zainuddin Fananie, 2002:179). Hal ini besar sekali kemungkinannya, seperti yang dituangkan dalam teori diterminisme Psikologi yang dikembangkan oleh Freud. Kebebasan yang demikian tentu masih terselip “ketakutan”, karena apa yang diperoleh manusia tersebut sebenarnya tidak lebih dari upaya untuk memperjuangkan naluri “super-ego”-nya akibat tekanan sosial sehingga kesadaran untuk memperoleh “keberhasilan itu sendiri sebenarnya tidak ada. Sebenarnya muncul paradoks pengertian tentang makna sebuah “keberhasilan”. Apakah keberhasilan itu ada apabila sesorang individu mampu memenuhi kehendaknya tanpa halangan, ketakutan, keterpaksaan, atau sejenisnya.
Alasan tersebut yang mendasari penulisan ini. Novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu dipakai sebagai objek kajian dengan pertimbangan bahwa masalah yang berkaitan dengan “jiwa” tersebut tidak hanya ada dalam karya-karya asing, melainkan juga sudah merambah sastra Indonesia. Tentunya hal ini tidak dapat dilepaskan dari konteks psikoanalisis itu sendiri dan problem kehidupan manusia dewasa ini yang tidak lagi bersifat partial, melainkan sudah bersifat global. Berdasarkan hal tersebut diharapkan dapat diketahui persoalan-persoalan apa yang dihadapi manusia saat ini dan solusi apa yang perlu dilakukan.
B. Psikologi sebagai suatu analisa
Banyak ragam definisi yang merujuk kepada pengertian psikologi sebagai ilmu jiwa yang menekankan perhatian studinya pada manusia, terutama pada perilaku manusia (human behavior or action). Hal ini dapat dipahami sebab perilaku merupakan fenomena yang dapat diamati dan bukan abstrak. Jiwa merupakan sisi dalam (inner side) manusia yang tidak teramati tetapi penampakannya tercermati dan tertangkap oleh indera, yaitu lewat perilaku (Siswantoro, 2003:26).
 erilaku manusia sangat beragam, tetapi memiliki pola atau keterulangan jika diamati secara cermat. Pola atau keterulangan inilah yang ditangkap sebagai fenomena dan seterusnya diklasifikasikan ke dalam kategori tertentu. Misalnya, perilaku yang berhubungan fenomena frustasi atau kecemasan (anxienty). Pemahaman fenomena kejiwaan tersebut dapat dilakukan lewat perilaku seperti yang diucapkan dan diperbuat penanggung frustasi dan anxienty. Ucapan dan perbuatan yang menjadi bahan observasi dan seterusnya diidentifikasi sebagai kategori : repression, aggression, projection atau kategori lain. Demikian pula perilaku seseorang yang menanggung gejala jiwa tak normal (abnormal) dapat dipilah-pilah ke dalam kategori hysteria, fobia, depresi dan lain-lain.
Novel atau cerpen sebagai bentuk karya sastra merupakan jagad realita yang di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia (tokoh). Realita sosial, realita psikologis, dan realita religius merupakan tema-tema yang sering kita dengar ketika seseorang membicarakan novel sebagai realita kehidupan. Secara spesifik realita psikologis misalnya, adalah kehadiran fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama ketika merespon atau bereaksi terhadap diri dan lingkungan. Fenomena psikologis yang muncul di dalam fiksi baru memiliki arti, kalau pembaca mampu memberikan interpretasi dan ini berarti ia memiliki bekal teori tentang psikologi yang memadai.
C. Analisis Psikologis pada novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu.
a. Garis besar cerita
Sejak orang tuanya bercerai, Nayla Kinar ikut bersama Ibunya, sedangkan ayahnya menikah lagi. Selama hidup bersama sang Ibu Nayla kecil mengalami banyak tekanan kejiwaan maupun fisik seperti saat ia tidak bisa berhenti ngompol, ibu menusuk vaginanya dengan peniti, begitupula saat Nayla tidak mau makan sayur maka ibu memaksanya untuk mengeluarkan makanan yang telah ditelannya dan menyumpal mulutnya dengan kotorannya sendiri, atau saat Nayla menghilangkan tutup pensil setelah menggunakannya, maka ibu menyuruhnya berjemur di atas atap seng hingga kulit pada telapak kakinya mengelupas. Tekanan yang paling menyakitkan bagi Nayla ialah saat ia diperkosa oleh laki-laki teman kencan ibunya sendiri, padahal waktu itu ia masih sembilan tahun.
 ayla kemudian memilih untuk tinggal bersama ayahnya yang seorang penulis, namun kematian ayahnya ternyata membuat Nayla terpukul dan dia mulai terlibat dengan narkotik sampai Ibu tirinya mengirim dia ke pusat rehabilitasi.
Nayla melarikan diri dari pusat rehabilitasi, dia memasuki dunia malam sebagai seorang juru lampu di sebuah diskotek yang kemudian mempertemukannya dengan Juli, seorang lesbian yang berprofesi sebagai disk jockey. Selepas kepergian Juli, Nayla mulai menjalin hubungan dengan laki-laki yang bernama Ben, namun hubungan itu akhirnya harus berakhir karena perbedaan persepsi mengenai pandangan hidup mereka.
Pada akhirnya Nayla berhasil menjadi penulis yang sukses berkat perjalanan hidup yang tertuang dalam bentuk tulisan, bahkan dia juga menerima tawaran untuk mengangkat tulisannya untuk dijadikan sebuah skenario film.
b. Manifestasi teori-teori psikologi dalam novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu
1. Frustasi (Frustration)
Definisi atau pengertian frustasi adalah sebagai berikut :
 eseorang mengalami frustasi ketika keinginannya terganjal untuk bisa terealisasi atau khayali, atau bisa juga dikatakan bahwa seseorang mengalami frustasi karena hasrat keinginannya terhalang sehingga tidak dapat terwujud. Halangan tersebut bisa berasal dari keterbatasan fisik atau psikis.
Sejalan dengan pengertian ini, Nayla mengalami frustasi sebab ia tidak bisa merealisasikan keinginannya untuk bisa hidup bahagia selayaknya anak-anak seusianya. Perasaan itu menapak puncaknya saat ayahnya meninggal, seperti yang terdapat dalam surat Nayla untuk ayahnya yang telah tiada :
 a, setelah itu saya sering tertawa-tawa sendiri. Saya tersadar, ternyata Tuhan punya selera humor yang tinggi. Begitu mudanya ia memberi dan dalam sekejap menariknya kembali. Jadi apa yang lebih tepat saya lakukan selain tertawa, Ayah ? kita semua Cuma boneka yang diikat tali tak berdaya mengikuti gerakan jarinya. Karena itu saya tertawa, karena saya yakin, ia ingin saya menikmati leluconnya. Saya tak berani sedih atau marah. Saya takut ia murka. Sejak itu saya hanya mengikuti arus permainanya. Ia tak berhenti memamerkan leluconnya. Ketika saya tertawa, orang-orang berpikir saya mabuk. Saya pengguna narkoba, saya pun dijebloskan ke dalam rumah perawatan yang mirip penjara. (halaman 57)
Reaksi mekanistis (Defense Mechanism)
Seseorang yang mengalami frustasi akan bereaksi secara tidak sadar untuk mengurangi tekanan batin yang menimbulkan rasa sakit atau stress. Reaksi itu disebut defense mechanism, dengan reaksi ia sebenarnya berusaha mempertahankan harga dirinya dari realita yang dihadapinya. Reaksi mekanistis dapat dibagi menjadi tiga bentuk pokok perilaku dalam upaya penyesuaian (a) reaksi agresif, (b) reaksi menghindar atau menarik diri, (c) reaksi mengganti atau kompromistis.
a. Reaksi menyerang/ menyakiti (Aggressive Reaction)
Seseorang yang frustasi bisa melakukan tindakan menyerang, baik terhadap objek penghalang penyebab frustasi atau terhadap objek pengganti. Proses penyerangan yang berlangsung dalam jangka waktu lama akan mendapat respon yang tidak baik seperti: hukuman masyarakat dan rasa bersalah pada pelaku itu sendiri. Seperti yang terjadi pada Nayla:
Lihat dirimu, anakku. Amat menyedihkan. Kamu datang dengan mabuk di hari ulang tahunmu bersama gembel-gembel yang kamu akui sebagai teman. Tak ada bau minuman di mulutmu. Jadi pastilah kamu menenggak obat. Walaupun kamu tak mengaku, tapi aku tahu. (halaman 16)
 ata-kata sang ibu di atas membuktikan bahwa kematian sang ayah membuat Nayla terpukul dan ia mengambil jalan untuk melawan semua nilai-nilai yang sebelumnya ditanam oleh sang ibu yaitu dengan jalan mabuk dan memakai obat-obatan hingga akhirnya ia mendapat hukuman atas perbuatannya dan dijebloskan ke rumah perawatan anak-anak nakal.
b. Reaksi Menghindar (Withdrawal Reaction)
Reaksi menghindar dibagi menjadi repression, fantasy, dan regression.
- Repression
Represi adalah proses peminggiran dari kesadaran, pikiran maupun perasaan yang menimbulkan kepedihan, rasa malu, atau bersalah.
Hal ini terlihat dalam penggalan kata-kata Nayla:
Setiap pertemuan akan ada perpisahan, say tak mau menerima yang pertama. Saya harus siap dengan kemungkinan yang kedua. Saya akan membuka hati hanya untuk terluka saja. (halaman 58)
- Imajinasi (Fantasy)
Ketika hasrat terganjal oleh realita, orang itu boleh jadi lari ke dunia khayal yang bisa memuaskan keinginanya yang terhalang.
Nayla mengalami hal yang demikian saat ia berangan-angan untuk bisa menjadi seorang penulis saja seperti ayahnya, tidak seperti ibu, sebagai model.
- Kemunduran Pemikiran (Regression)
Di dalam regresi seseorang melarikan diri dari realita yang menyakitkan dan dari tanggung jawab yang diembannya menuju kearah masa kanak-kanaknya yang terlindungi. Orang itu kembali ke kebiasaan lamanya dalam upaya penyesuaian diri agar terlepas dari kepenatan batinnya seperti; menangis, mencibirkan bibir seperti yang biasa anak-anak lakukan, perilaku yang minta diperhatikan, dan lain-lain yang dulu pernah dikerjakan pada masa kanak-kanak.
Keadaan seperti itu dialami Nayla saat berada di dalam rumah perawatan anak nakal.
Sudah seminggu ia disini. Di kala senggang kerjanya hanya tertawa-tawa sendiri, memilin-milin ujung rambut, dan menggigit ujung jari. (halaman 18)
Selain itu, regresi juga terjadi pada diri Nayla saat dia diperkosa oleh laki-laki teman kencan ibunya sendiri
Saya tak merasakan apa-apa. Vagina saya sudah terbiasa dengan tusukan peniti ibu dulu. Yang walaupun lebih kecil namun lebih tajam dan tidak dmaksudkan pada tempatnya sehingga sakitnya melebihi penis Om Indra yang merasuk kuat ke dalam lubang vagina saya.(halaman 113)
Konsep lain dari reaksi menghindar adalah nomadism, yaitu terkait dengan reaksi seseorang yang terus menerus berkelana dari satu tempat ke tempat lain, selalu berpindah-pindah, meskipun tidak diperoleh hasil yang nyata. Nayla merealisasikan hal ini dengan hidupnya yang tidak menetap semenjak melarikan diri dari rumah perawatan anak nakal, juga hubungan seksualnya dengan sesama Jenis (Juli) hingga gubungannya dengan lelaki bernama Ben.




c. Reaksi kompromistis (Compromise Reactions)
Di sini individu harus menyerah kepada suasana yang mengancam atau tidak menyenangkkan akibat frustasi, tetapi tanpa harus menyerah total sehingga tujuan yang diimpikan tetap bisa terealisasi.
Nayla butuh pilihan. Tapi apa yang bisa ia pilih ketika ia sama sekali tak punya pilihan ? hanya untuk semua inikah ia dilahirkan ? Terlahir, terluka, dan disia-siakan ? sampai matikah ia akan seperti ini ? (halaman 76)

Mendadak ia seperti mendapat kekuatan. Pada saat itu Nayla sadar kalau ia pasti bisa bertahan selama punya akal dan mental. Selama ia masih bisa peka terhadap hal-hal yang diangap tak berarti oleh kebanyakan orang dan menjadikannya sebuah nilai. (halaman 76)
Cuplikan tersebut cukup menerangkan reaksi kompromi yang terjadi pada diri Nayla.
2. Reaksi Diri (Self Defence)
Fungsi self defence adalah menjaga diri agar tidak terpuruk dan pada saat yang sama ia berfungsi menyembunyikan wataknya ketika image diri terganggu. Adalah ciri setiap individu untuk mempertahankan diri terhadap perubahan, tekanan, yang berasal dari individu itu sendiri atau dari kelompok yang berupa kegagalan, kritik, celaan dan sebagainya.
Wujud reaksi diri yang terjadi pada Nayla atau fungsi penyesuaian dirinya terletak pada bagaimana ia mengatasi kelemahan, keterbatasan, dan kekalahan dengan jalan menarik perhatian pada sisi kelebihan yang ia miliki.

Nayla menatap Ben dengan pandangan tak percaya, dipecahkannya botol bir dan dihujamkannya ke arah Ben. Tidak dengan sungguh-sungguh tentunya. Tapi tetap saja ujung pecahan botol itu menggores dada Ben. Mengoyak bajunya. Membuat Ben balik menatap Nayla dengan pandangan tak percaya. (halaman 151)
Keadaan Nayla yang merasa takut dipojokkan oleh laki-laki, memaksanya untuk memunculkan sisi kuat dari dalam dirinya, dengan harapan agar menutupi kelemahannya sebagai perempuan, tentunya Nayla tidak ingin dikatakan sebagai perempuan lemah.


D. Penutup
Dari beberapa uraian di atas, maka dapat dibenarkan pendapat Erich Fromm yang dikutip oleh Zainuddin Fananie (2002:178) bahwa kesadaran diri, penalaran dan imajinasi ternyata telah merobek keharmonisan hidup dan menyebabkan manusia menjadi menyimpang dan menjadi aneh. Padahal manusia sebenarnya adalah bagian dari alam, ia adalah perangkat dari being yang secara fisikal dan mekanistis tidak dapat diubah.
Di sinilah psikoanalisis mengkaji apakah sistem berfikir bersifat ekspresif bagi perasaan yang ia tampilkan atau hanya merupakan sebuah rasionalisasi yang tersembunyi dibalik sikap-sikapnya (Erich From, 1988:57, dalam Zainudin Fanani, 2002:180)
Setidaknya Manifestasi teori-teori psikologi dalam novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu ini dapat membuktikan adanya kaitan / hubungan teori psikologi sebagai salah satu pendekatan karya sastra. Selain itu juga semakin memperjelas bahwa Djenar dengan gejala slip of the tounge penganut aliran ilmu jiwa Freudian bahwa manusia tidak selalu mengerti apa yang disampaikan dan tidak selalu menyampaikan apa yang dia mengerti ada benarnya.
 an tawa saya semakin mengeras lagi, perut saya semakin kram, ketika menyadari saya tetap tak dapat mengambil keputusan untuk mati walaupun kepala sudah dipenuhi berbagai teori, tentang kematian maupun cinta.(halaman 107)
Penggalan kata-kata yang terdapat dalam novel “Nayla” karya Djenar di atas juga dapat dijadikan bukti bahwa Djenar memang memiliki kedekatan dengan teori-teori kejiwaan Freud. Berdasarkan kalimat terakhir “tentang kematian maupun cinta” di atas ada hubungannya dengan salah satu teori Freud mengenai naluri kematian dan kehidupan bahwa kita harus menerima dua macam naluri: di satu pihak naluri-naluri kehidupan atau dengan nama lain libido atau eros dan di pihak lain naluri-naluri kematian atau dengan nama lain Thanatos. (Dr. K. Bertens, 1979:XXXI ) Sedangkan istilah “eros” dan “Thanatos” sendiri adalah kata-kata Yunani yang berarti “cinta” dan “kematian”



DAFTAR RUJUKAN


Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah University Press.
Bertens, K. 1979. Memperkenalkan Psikoanalisa Sigmund Freud. Jakarta : Gramedia.
Djenar, Maesa Ayu. 2005. Nayla. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra Analisis Psikologis. Surakarta : Muhammadiyah University Press.






Analisis Novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu :
 sebuah tinjauan Psikoanalisa




 akhmad Adhi Hartyanto / 042074017
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2006

Chan

Chan
 Tidak banyak yang dapat dikatakan tentang Chan, karena ajaran ini menekankan bahwa Chan tidak dapat dijelaskan dengan kata. Chan adalah perbuatan dan hanya dapat dipahami dengan perbuatan bukan penjelasan kata-kata. Walaupun demikian dan hanya dapat dipahami dengan perbuatan, Chan tak dibiarkan tanpa ungkapan( Y.A mahabhikshu Hsing Yun, 1994). Untuk mengetahui apakah itu Chan pada awalnya orang perlu penjelasan tentang Chan. Untuk kemudian masuk kedalam lebih jauh dengan melalui perbuatan.
 Akar chan berasal dari agama Buddha. Ketika agama buddha masuk Cina pada tahun sekitar 334-520 M, terjadi peleburan antara ajaran-ajaran Buddha dengan ajaran-ajaran Cina yang sudah lama ada. Chan sebagai salah satu cabang agama Buddha yang berkembang di cina banyak mengungkapkan mengunakan konsep-konsep ajaran Cina klasik. Diantaranya para biarawan mengartikan Dao sebagai jalan menuju nirwana.
 Istilah Ch’an berasal dari kata Ch’an-an, merupakan bentu ringkas dalam bahasa cina untuk bahasa sangsekerta ” dhyana” yang artinya perenungan yang merupakan perwujudan keheningan atau meditasi. Meditasi merupakan salah satu dari empat jalan menuju pencerahan. Chan ’adalah pikiran’ pikiran bukan merupakan untuk membedakan dan mengenali sesuatu, melainkan pikiran sejati. Pikiran yang sejati melebihi seluruh ekstensi yang ada dan nyata.meskepun demikian pemikiran inin menjelma dalam seluruh ekstensi yang ada di alam semesta.
Secara garis besar ajaran Chan terdiri dari empat garis besar :
1. Special trasmissions outside the orthodor teaching.
2. Non-dependence on secred writing.
3. Direct pointing to the human heart.
 . Realize one’s own nature and become a buddha.
  Berbeda dengan pemikiran filosofi pada umumnya, Chan tidak diajarkan dengan mengunakan peryataan-peryataan logis. Chan terkesan tidak logis dan tradisional. Meskipun banyak yang mencoba menjelaskan Chan dengan mengunakan diskripsi bahasa. Para guru Chan menegaskan bahwa pemahaman chan menyeluruh terhadap ajaran-ajaran Chan. Hanya dapat diperoleh melalui praktik. Menurut guru Chan pencerahan didapat melalui keseluruhan pikiran dan tindakan manusia.
 eorang filsuf mungkin saja mencoba menjawap pertayaan yang umumnya pada filsafat. Dari sudut pandang filsafat, pertayaan yang umum diajukan adalah. Apakah arti pencerahan menurut Chan dan apakah arti pencerahan menurut Chan dan apakah maknanya bagi manusia dalam iktisar usaha mereka mencari kebikjasanan dan kebebasan. Dapatkah semua orang mencari pencerahan itu. Mencapai pencerhan yang dikatakan oleh guru-guru Chan. Mengapa manusia harus mencari pencerahan. Jawapan dari Chan hanya menghasilkan pemahaman pikiran atau dengan hanya menyangkut rana kongnitif manusia. Pengelolahan internal pikiran manusia saja sudah memadai untuk memaham pencerahan. Kebijaksanaan dan kebebasan manusia.
 ntuk mencapai pencerahan tertinggi, seseorang harus mengetahui secara spontan sifat dan hakikat dari pikiranya yang tidak diciptakan dan tidak dapat dimusnakan. Dari momen pikiran, seseorang mampu menyadari hakikat pikiran sepanjang waktu. Dengan begitu, segala hal akan bebas dari kekangan. Sekali Tathata( kakikat pikiran) diketahui maka orang akan bebas dari ( delusi) selamanya. Keadaan pikiran seperti ini adalah kebenaran absolut. Untuk mencapai pencerahan tertinggi,seseorang harus mengetahui secara spontan sifat dan hakikat dari pikiranya yang tidak diciptakan dan tidak dapat dimusnakan. Seringkali ajaran-ajaran Chan disampaikan melalui cerita-cerita. Berikut ini contoh cerita yang memuat Chan yang diambil dari kisah Chan dari Hsing Yun.
Chan memandang hal yang berlawanan seperti ’berpikir-tidak berpikir’hitam-putih, dan sebaginya padahal hal itu merupakan permasalahan kata-kata. Bahasa yang digunakan menunjukan seolah-olah ada hal-hal yang berlawanan. Chan bukan sekadar pemahaman atas kata-kata. Di dalam Chan kata-kata diangap sebagai halangan untuk penyadaran. Kata-kata harus dikumpas sampai intinya. Dari situ kemudian inti yang tidak dapat disampaikan secara lisan dapat dicapai . Chan hanya dapat didalami setelah seseorang melepaskan intelektualitasnya.
 alam dua lisme bahasa atau oposisi biner tidak berlaku dalam kenyataan. Bahasa sering mengunakan konsep yang sering berlawananmerupakan hasil indrawi. Padahal indra manusia memiliki keterbatasan. Dan sering mengarahkan manusia pada persepsi yang tidak semestinya. Istilah yang salaing berlawanan tidak selalu berlaku.

Daoisme

 Daoisme
 Penyebaran Dao yang pertama adalah Yang Chau (= 479-289 SM) namun yang lebih dikenal adalah Lao-tzu yang dilahirkan di negara Ch’u atau yang sekarang lebih dikenal dengan provinsi Honan. Meskipun lebih tua usianya dibandingkan dengan Confucius tapi ia seangkatan denganya.
Daoisme terarah kepada kenyataan yang diluar duniawi. Tema utamanya adalah keselarasan manusia dengan Dao dan relisasi suatu model kosmis yang tampak pada semua benda. Para Daoisme menyatakan bahwa dalam segala hal terdapat Dao. Dalam diri manusia juga diatasnya; manusia(M) dalam hubnganya dengan alam(A) harus megikuti tata cara alam ( Dao) manusia dalam kehidupanya harus memahami hakikat dao dan harus selaras denganya.
 Dalam skema hubungan manusia dengan alam menurut Daoisme pengalaman tentang Dao adalah pengalaman batin. Disitu perbedaan antara subyek dan obyek menghilang. Pemahaman yang lebih dalam lebih merupakan jenis kesadaran langsung dan intuisi ketimbang proses intelektual atau inteverensi.
 Keyataan dalam Dao tak dapat diberi nama. Penamaan Dao adalah penunjukan bagi kata rujukan untuk membantu menjelaskan. Dao tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Setiap kalimat yang menjelaskanya tak akan perna dapat mengambarkanya dengan sempurna. Sedangkan untuk mejelaskan Dao pada orang awam memang digunakan kata-kata tetapi setelahnya mereka sendiri yang mencari pemaknaan Dao tanpa kata-kata.
Para Daoisme memandang Dao adalah yang besar, azas totalitas segala benda dan kehidupanya. Dao merupakan subtansi yang melaluinya tanpa segala benda. Termasuk makhluk hidup memujudkan diri. Yang merupakan suber asal dari setiap awal dan akhir.
Jika semua yang berada di bawah langit mempunyai jalanya; apalah artinya tindakan manusia. Ini merupakan pertayaan tentang manusia menurut Dao. Menurut pandangan Daoisme hidup manusia sudah digariskan oleh langit, manusia sudah memiliki jalanya sendiri yang harus dilakukan manusia hanyalah meniti jalan tersebut dan mengikuti jejak yang sama. Tanpa mencoba mengubahnya. Tanpa menyeleweng dari jalan itu demi kepentinganya semata demi keuntungan pribadi.
Sikap yang semacam itulah yang di sebut Wu-Wei yang artinya tidak mencampuri. Ini merupakan lawan dari kekerasan. Lao-tzu yakin bila kita mengunakan jalan kekerasan sebenarnya itu merupakan perwujudan kelemahan diri kita dan kita akan kalah dan gagal. Wu-Wei dapat diartikan sebagai tidak berkeinginan dalam diri manusia. Manusia yang mengikuti jalan Dao tidak boleh mencampuri urusan orang lain. Tapi memberikan pertolongan jika membutuhkan yang mendekatkan kepada kesatuan. Kesatuan pula yang membuat manusia lain menuju kebebasan.
Bersumber pada kebajikan dasar tidak mencampuri, muncul tiga kebajikan yang lain:
1. Lemah Lembut
2. Rendah Hati
3. Menyangkal diri
Tentang kebajikan lemah lembut Dao menngatakan bahwa zat yang paling lembut di dunia menembusi yang paling keras .. katika manusia dilahirkan. Ia lembut dan lemah. Ketika mati ia kaku dan keras. Kekerasan dan kekakuan adalah teman kematian.
 

Stilistika

 Stilistika

Oleh : Norief Warisman 

 Bahasa merupakan sebuah media penting penyampai informasi yang digunakan manusia. Hal itulah yang menjadikan bahasa sebagai bagian hidup di dalam bermasyarakat. Penggunaan bahasa sifatnya arbitrer, maksudnya bebas dalam menggunakannya yang terpenting orang lain dapat menangkap informasi yang disampaikan (adanya kesepakatan). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa ialah suatu hal yang memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup manusia.
Lewat bahasa, informasi untuk orang lain disampaikan. Maka dari itu dibutuhkan suatu penggayaan didalamnya agar tercipta suatu estetika di dalam bahasa itu sendiri. Kemudahan pemahaman akan tercapai jika dalam pemahaman bahasa yang digunakan untuk menyampaikan informasi tersebut telah mengalami keragaman didalamnya. Menurut Aminuddin (2004:72) menyatakan bahwa istilah gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan mengunakan media bahasa yang indah yang harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang menyentuh daya inteletual dan emosi pembaca. Pernyataan tersebut maksudnya ialah penggayaan bahasa merupakan suatu ekspresi seorang pengarang dalam mengeksploitasi bahasa sebagai bahan pembangun utama karyanya agar memiliki keindahan dan sarat nuansa makna yan harmonis sehingga enak saat dibaca. Sedang menurut Stanton (2007:61), gaya ialah cara pengarang dalam menggunakan bahasa, maksudnya yaitu gaya pengarang dalam mengolah bahasa yang digunakan untuk membangun karyanya. Selanjutnya stilistika menurut Sudjiman (1993:13) ialah style, yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa stilistika ialah suatu cara yang digunakan seorng pembicara atau penulis untuk mengungkapkan gagasannya dengan bahasa yang penuh ekspresi. Ketiga pendapa mengenai stilistika tersebut dapat disimpulkan bahwa stilistika ialah sutu cara yang digunakan pengarang untuk mengungkapkan idenya dengan bahasa yang indah sebagai medianya.
Gaya bahasa sesungguhnya terdapat dalam segala ragam bahasa: ragam lisan dan ragam tulis, ragam nonsastra dan ragam sastra, karena gaya bahasa ialah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu dan untuk maksud tertentu (Sobur, 2004:82). Maksud dari pernyataan itu ialah segala ragam bahasa pasti didalamnya tedapat unsur gaya bahasa. Berdasarkan cakupannya gaya bahasa memliki bagian yaitu diksi (pilihan kata), struktur kalimat, mjas dan citraan, pola rima, dan matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalamsebuah karya sastra (Sudjiman, 1993:13-14).
Berdasarkan batasan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, fokus penelitian ini ialah pada pilihan kata atau diksi dan majas. Maka penjelasan yang dilakukan selanjutnya hanya mengenai pilihan kata atau diksi dan majas saja. Hal ini dmaksudkan supaya penelitian ini mempunyai fokus pengkajian.
Diksi
 ilihan kata atau diksi menurut Keraf (2006:22-23), bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa dan ungkapan. Maksudnya ialah pilihan kata atau diksi bukan hanya suatu kata-kata yang digunakan pengarang untuk menyatakan gagasannya, tetapi di dalam itu semua lebih menyangkut pada fraseologi, gaya bahasa yang digunakan serta ungkapan. Tidak banyak orang yang menyadari bahwa diksi atau plihan kata sesungguhnya sangat menentukan dalam penyampaian makna (Sudjiman, 1993:22). Maksudnya keterkaitan antara makna dan pilihan kata atau diksi sangat erat. Jika plihan kata yang digunakn tidak tepat maka makna yang ingin disampaikan akan sulit diterima karena adanya salah persepsi antara bacaan dan pembacanya. Selanjutnya sudjiman menuturkan kata, rangkaian kata dan pasangan kata yang dipilih dengan saksama dapat menimbulkan efek pada diri pembaca sesuai dengan apa yang dikehendaki pengarang.
Tujuan dari adanya pilihan kata ini untuk membuat bahasa yang digunakan menjadi indah, sebab bahasa ialah sebuah tanda yang digunakan manuia untuk menyampaikan maksudnya. Pilihan kata yang dimaksud tentunya bukan hanya mencari kemudian memasangkan kata yang puitis, tetapi pilihan kata itu meliputi proses pencarian, penyelesaian dan pemanfatan kata-kata tertentu yang dapat menimbulkan nlai estetika atau keindahan dalam arti luasdan sekaligus sarat makna serta efisen dan mampu merefleksi tema yang dijabarkan.
 eraf (2006:24), memberikan tiga simpulan berkenaan tentang diksi atau pilihan kata. Pertama, diksi atau pilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikn suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat dan gaya mana yang paling baik sigunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi ialah kemampuan membedakan secara tepa nuansa-nuansa makna dari gasan yang ingin dsampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang ssuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Simpulan yang dinyatakan Keraf tersebut telah mewaili semua tentang seluk beluk pilhan kata atau diksi.
Kriteria Pemakaian Diksi atau Pilihan Kata
Pada dasarnya kata ialah suatu tanda untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasa, konsep, makna. Konsep itu berupa benda, gerak, sikap, keadaan, citarasa, perasaan dan banyak lagi (Dewabrata, 155-156). Maksudnya kata merupakan media penyampaian maksud. Dalam diksi atau pilihan kata, pemakaian kata untuk dirangkai menjadi sebuah kalimat tidak memiliki aturan khusus, terkecuali jika membuat kalimat gramatikal yang merupakan aturan paten dalam membuat kalimat. Tujuan dari diksi ialah memperindah dan memperjelas kalimat yang digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi.
Ketepatan dan Kesesuaian Diksi atau Pilihan kata
 alimat bisa amat pendek terdiri dari sebuah kata saja, teapi juga bisa amat panjang terdiri dari beratus-ratus kata. Kalimat pendek biasanya mudah dipahami. Makin panjang sebuah kalimat, maka makin banyak umpukan konsepnya, tambah susah dipahami pesan utuhnya yang terkandung didalanya (Dewabrata, 2004:157). Pernyataan tersebut dapat dijabarkan bahwa kalimat yang panjan akan lebih sulit dipahami maknanya dari pada kalimat yang pendek. Jika pilihan kata yang digunakan tepat maka kalimat yang dihasilkan akan pendek dan tentunya juga makna atau maksud yang disampaikan akan mudah dipahami. Pemakaian kata yang tidak tepat seringkali menimbulkan distorsi pesan (Dewabrata, 2004:157).
Ketepatan pilihan kata menurut Keraf (2006:87), ialah mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dirasakan oleh penulis atau pembicara. Maksudnya ialah, dalam pemilihan kata yang akan digunakan sangat menanyakan apakah nanti kata yang digunakan tersebut dapat menimbukan mana yang sesuai dengan agasan yang ingin disampaikan. Keraf (2006:88-87), hal-hal yang harus diperhatikan agar bisa mencapai ketepatan pilihan kata yang akan digunakan, anara lain:
1) Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi, masudnya kata mana yang ingin digunakan untuk mencapai tingkat keemosionalan sesuai dengan gagasan. Jika menginginkan pembaca menebak-nebak makna maka gunakan kata yang bermana konotasi, dan begitu juga sebaliknya.
2) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim, maksudnya memilih kata-kata dengan tepat mana yang memiliki makna hampir sama, dan tentunya sesuai dengan gagasan yang dimaksud.
3) Membedakan kata-kata yang mirip dengan ejaannya. Artinya penulis harus bisa membedakan kata-kata yang dalam ejaannya ampir sama sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman makna.
4) Menghindari kata-kata ciptaan sendiri, maksudnya jangan menggunakan kata-kata ciptaan sendiri karena kata-kata tersebut tidak ada yang mengetahi maknanya, terkecuali dalam kalangan sendiri yang telah mempunyai kesepakatan tentang bahasa tersebut.
5) Waspada terhadap penggunaan akhiran asing, maksudnya supaya tidak terjadi interferensi terhadap bahasa Indonesia.
 ) Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.
7) Membedakan secara cermat kata umum dan kata khusus, maksudnya supaya pembaca tidak memikir dua kali dalam memahami makna. Kata khusus lebih tepat mengambarkan sesuatu daripada kata umum.
8) Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi yang khusus.
9) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
10) Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
Selanjutnya Keraf (2006:103-104), syarat-syarat kesesuian pilihan kata antara lain:
1) Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasi yang formal.
2) Membedakan secara cermat antara kata ilmiah dan kata popule, maksudnya pembacanya untuk kalangan apa, maka kata-kata yang digunakan harus sesuai dengan pemahaman bahasa pada kalangan tersebut.
3) Jangan menggunakan jargon karena hal tersebut dapat membuat rancu pemahaman, karena jargon merupakan bahasa yang bersifat rahasia.
4) Jangan menggunakan kata slang, karena kata slang termasuk kata-kata ciptaan sendiri.
5) Jangan menggunakan kata percakapan.
6) Hindarilah ungkapan-ungkapan yang sudah usang (idiom yang mati).
7) Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.
Gaya Bahasa atau Majas
 uatu bahasa akan lebih indah dan menarik jika bahasa tersebut telah mengalami proses penggayaan didalamnya. Penggayaan bahasa yang dimaksud ialah dimana bahasa tersebut telah tercampur dengan unsur stilistika didalamnya khususnya majas atau gaya bahasa. Menurut Keraf (2006:113), majas atau gaya bahasa ialah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa supaya bahasa terlihat imajinatif. Maksudnya ialah majas merpakan salah satu cara pengarang dalam mengeksploitasi bahsa sehingga bahasa yang digunakan sebagai bahan pembangun karyanya tersebt menjadi menarik dan terlihat estetika kebahasaannya. Sedang menurut Aminuddin (2004:76-77), gaya bahasa ialah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya lewat media bahasa sehingga mewujudkan bahas yang indah dan harmonis. Maksudnya dengan penggunaan majas dalam bahas ayang digunakan akan memperindah bahasa tersebut. Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa majas merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang untuk memperindah bahasa yang digunakan untuk membangun karyanya.
Sumardjo dan Saini K.M (1986:92), gaya ialah pribadi pengarang itu sendiri. Maksudnya bentuk gaya bahasa yang digunakan pengarang merupakan bentuk asli jati dirinya, bagaiman sifat pengarang tersebut dapat diketahui saat dia mengolah suatu bahasa. Keterkaian pengarang dengan gaya bahasa memang sangat erat, karena kepribadian pengarang akan mempunyai pengaruh besar tehadap bentuk gaya bahasa yang akan digunakan nanti. Ada dua aliran yang terkenal berdasarkan teori gaya tersebut (Keraf, 2006:112).
1) Aliran Platonik, menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan; menurut mereka ada ungkapan yang memiliki style, ada juga yang tidak memiliki style.
2) Aliran Aristoteles, menganggap bahwa gaya ialah suatu kualitas yang inhern, yang ada dalam tiap ungkapan.
Dengan demikian, aliran Plato mengatakan bahwa ada karya yang memiliki gaya dan ada karya yang tidak memiliki gaya. Sebaiknya, aliran Aristoteles mengatakan bahwa semua karya memiliki gaya, tetapi ada karya yang memiliki gaya yang tinggi ada yang rendah, ada yang memiliki gaya yang kuat dan gaya yang lemah.
Jenis-jenis Gaya Bahasa
Keraf (2006:115) menjeniskan gaya bahasa berdasarkan dari berbagai sudut pandang.
1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
 erdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Berdasarkan pilihan kata gaya bahasa dibagi menjadi:
1) Gaya bahasa resmi, ialah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang digunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara.
2) Gaya bahasa tak resmi, ialah yang digunakan dalam cakupan nuansa tidak resmi, dalam cakupan bahasa nonformal.
3) Gaya bahasa percakapan, ialah gaya bahasa yang digunakan dalam kata-kata populer dan percakapan.
2. Gaya bahasa berdasarkan nada
 aya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana.
1) Gaya sederhana ialah gaya yang biasanya cocok untuk memberi instruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan dan sejenisnya.
2) Gaya mulia dan bertenaga ialah gaya yang penuh dengan vitalitas dan enersi dan biasanya digunakan untuk menggerakkan sesuatu.
3) Gaya menengah ialah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana senang dan damai.
3. gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk meciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini ialah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut.
 


 

EAROBICS


EAROBICS
oleh : Rachmat adhi hartanto
Untuk melakukan Earobics diperlukan :
- tape (pemutar kaset)
- rekaman konserto biola Mozart
- rekaman Caprices dari Paganini
- rekaman sebuah suara, baik itu nyanyian, pembicaraan, atau radio
- naskah cerita atau puisi
- cermin kecil
- kursi tinggi yang bisa diatur, lebih baik yang tanpa sandaran
- kaset yang sudah direkam sebelumnya dari musik yang sudah diulang secara progresif.

EAROBICS 1 : Sikap tubuh untuk mendengar
Pendengaran dimulai dari tubuh. Latihan ini membantu mempelajari cara menggunakan tubuh untuk menerima suara secara maksimum—pendengaran maksimum.
Sikap-mendengar membuka bagian-bagian tubuh yang mempunyai ujung-ujung saraf paling banyak—telapak tangan, telapak kaki, sisi bagian dalam lengan dan kaki, bagian depan tubuh dan wajah. Posisi duduk Buddha dan posisi ”Lotus” dalam yoga adalah dua contoh bagus sikap-mendengar yang baik.
Nyalakan kaset konserto biola Mozart dengan volume yang sesuai dan duduklah di kursi tinggi. Fungsikan tubuh dari bawah ke atas.

Kaki
Atur kursi pada ketinggian sedemikian sehingga lutut sedikit lebih rendah daripada paha. Duduklah di bagian depan kursi dengan kaki renggang, menapak rata di atas lantai, dengan lutut berada pada satu garis vertikal dengan tumit. Harus terasa ada tekanan pada lengkung telapak kaki hingga sampai bagian bagian di belakang ibu jari kaki; rasanya seolah-olah menciptakan suatu landasan pada titik ini di kaki. Duduk dengan cara demikian membantu menempatkan pelvis (tulang panggul) pada posisi maju agar tulang punggung tidak melengkung. Ini juga membantu menurunkan diafragma. Salah satu cara untuk memeriksa apakah posisi duduk telah benar adalah apabila dapat angkit dari posisi ini dengan mudah.

Badan
Punggung harus lurus, tetapi tidak tegang, dengan peregangan otot minimum. Untuk mengaturnya, panggul di dorong ke depan, bukan bahu, dan bernafaslah pelan-pelan dan dalam.
Bayangkan tulang punggung, dari tulang panggul sampai puncak kepala seolah-olah sedang menaiki tangga. Setiap ruas tulang punggung adalah satu anak tangga. Kepala adalah anak tangga terakhir. Orang-orang yang mempunyai punggung melengkung harus berhati-hati ketika membuka bahu. Bantu dengan memutar lengan ke belakang. Sikap membungkuk menghalangi pernafasan yang baik dan produksi suara. Tanda bahwa bahu telah terbuka adalah jika telah dapat menarik garis horizontal pada tulang selangka.

Kepala
Condongkan kepala sedikit ke depan, dagu ke bawahm dan tutup mata. Temukan sudut yang tepat antara leher dan kepala dengan secara perlahan menganggukkan kepala, ”ya”, ”ya”,”ya”.

Pernafasan
Untuk bernafas lebih dalam, harus dapat menyadari semua ruang yang tersedia bagi paru-paru begitu ia mengembang. Bayangkan dua tempat penampungan udara. Yang pertama—penampungan bawah—terletak diatas diafragma, di bawah tulang rusuk. Yang kedua mengisi semua ruang di belakang tulang rusuk.
Mulailah siklus pernafasan dengan menghirup udara dan secara perlahan mengisi penampungan pertama dan kedua. Pertahankan udara di dalam lama beberapa detik, kemudian embuskan dengan mengosongkan penampungan pertama, lalu kedua.
Untuk menjaga agar punggung tetap lurus tanpa peregangan otot, gunakan lengan dan tangan untuk menyokong badan. Jangan ragu-ragu untuk bersandar pada lengan dan tangan. Ingat—pernafasanlah yang menopang tubuh tetap lurus, bukan otot.
Duduklah dengan sikap seperti itum tetap tutup mata dan nikmati musik selama kurang lebih sepuluh menit. Inilah sikap tubuh yang akan digunakan dalam kesepuluh latihan Earobics.
Jika ketika duduk dengan cara ini dirasa lebih ringan, ini disebabkan permukaan tubuh yang terpapar gravitasi dikurangi. Hasilnya, energi dihemat dan tonus otot dinaikkanm membuat lebih mudah untuk mempertahankan sikap tadi—tidak perlu sandaran untuk duduk lurus. Kini, kedua level telinga—tubuh dan auditori siap untuk mendengar.

 AROBICS 2 :
Putarlah kaset rekaman konserto Mozart dan pejamkan mata. Ambil sikap-mendengar, badan lurus tetapi tanpa peregangan. Bernafaslah dengan perlahan dan dalam, isi dada dengan udara dari bawah ke atas. Pernafasan tersebut mempertahankan postur tubuh tanpa bersandar pada otot. Bahu terbuka.
Mata tertutup, ”bayangkan” musik tersebut seolah-olah gunung bunyi. Bunyi yang rendah, yang dihasilkan selo, berada di kaki gunung, dengan nada tinggi dari biola dan harmoni di puncaknya. Kemudian, ketika nada berfrekuensi rendah terdengar, visualisasikan diri memanjat menuju puncak—harmoni yang lebih tinggi.
Untuk membantu memanjat, bayangkan seutas tali yang tergantung dari langit-langit dan menempel di bagian atas kepala. Bayangkan bahwa tali ini adalah perpanjangan dari tulang belakang, menarik tubuh keatas. Secara fisik, tubuh terasa menjadi lebih tinggi. Tubuh menjadi lebih ringan, telinga, otot-otot dan kulit di wajah juga tertarik ke puncak kepala. Hanya bibir saja yang menyorong maju, tanpa usaha.
Mungkin akan menolong jika membayangkan wajah sebagai salah satu gambar peninggalan Mesir kuno—kepala berbentuk lonjong dengan bibir sedikit tersorong ke depan (lihat gambar).
Beginilah mendengar itu seharusnya dan—setelah berlatih—jadinya. Kuncinya adalah untuk terus mendengarkan bebunyian frekuensi tinggi, bunyi yang memberikan energi.

 AROBICS 3
Seperti halnya memiliki dua tangan dan dua mata. Manusia juga memiliki dua telinga—dua telinga yang terlihat sama, dan bagi sebagian orang, mendengar dengan cara yang sama.
Ada tiga langkah dalam pelatihan ini : langkah 1 adalah untuk menyadari bahwa manusia memiliki dua telinga dengan membuat keduanya berfungsi secara terpisah. Langkah 2 adalah memperguanakan telinga kanan sebagai telinga yang memimpin; dan langkah 3 untuk mengintegrasikan kembali telinga kiri ke dalam proses mendengar.
Bunyi bahasa akan Sangay bagus untuk pelatihan ini. Pelatihan ini bisa menggunakan rekaman puisi, cerita atau bahkan mendengarkan berita di radio. Lebih baik gunakan satu sumber bunyi tunggal yang harus dihadapi secara langsung.

Langkah 1
Ambil posisi-mendengar dan dengarkan bebunyian frekuensi tinggi (seperti pada Earobics 1 dan 2)
Duduk, diam, tutup mata, dan dengarkan bebunyian itu. Kini ”suruh” telinga kiri untuk ”menangkap” bunyi frekuensi tinggi. Ketika bunyi itu jelas terasa di sisi kiri, pindahkan ke kanan. Kini, bunyi tersebut akan terdengar di telinga kanan, pindahkan lagi ke kiri—kemudian kembalikan lagi—dan lagi. Mungkin akan membantu jika dibayangkan pula selang lentur menghubungkan sumber bunyi dengan salah satu telinga. Kemudian dengan yang lain, dan seterusnya. Lakukan hal itu selama 2 atau 3 menit.

Langkah 2
Kembalilah mendengar dengan telinga kanan. Sekarang, dengan sangat lambat, putar kursi tinggi ke kanan sehingga telinga kiri menghadap sumber bunyi sambil posisi tetap mendengar dengan telinga kanan. Ketika telinga kanan telah terasa tidak lagi memimpin, dengan perlahan putar kembali sampai telinga kanan dominan kembali. Putar (kursi) sehiungga secara meningkat telinga kiri terpaparkan terhadap sumber suara, tetapi masih dengan telinga kanan memimpin. Dengan pelatihan ini, pendengaran dikendalikan secara aktif dan sadar. Lanjutkan melatih dengan cara ini selama lima menit selanjutnya.

 angkah 3
Pada posisi-mendengar, hadapkan wajah ke sumber bunyi dam demharkan dengan telinga kanan. Secara perlahan bayangkan telinga kanan berada di atas kepala. Untuk melakukan hal ini, bayangkan telinga berhadapan dengan sumber bunyi dan berada di atas kepala. Lanjutkan dengan mendengar dengan kedua telinga, tetapi yang kanan masih dominan. Dengarkan dari bunyi frekuensi tinggi ke rendah. Bernafaslah dengan perlahan tanpa pemaksaan. Mata tertutup dan tetaplah pada posisi ini selama lima menit berikutnya. Dengarkan dengan telinga kanan terpusat pada bunyi frekuensi tinggi.

EAROBICS 4
Keempat pelatihan Earobics yang telah dibicarakan sebelumnya membangun suatu landasan untuk pendengaran reseptif yang baik. Namun untuk merangsang pendengaran tidak selalu harus bersandar pada bebunyian dari luar. Pada pelatihan selanjutnya, titik berat latihan adalah pada produksi suara dari sudut pandang pendengaran, atau ”penyuaraan”.

Penyuaraan
Ketika manusia memutuskan untuk berbicara, otak mengirimkan pesan niat ini ke sistem tubuh yang bertanggung jawab untuk menghasilkan suara. Udara yang didorong dari paru-paru

Manfaat KB Bagi Wanita Usia Subur

Manfaat KB Bagi Wanita Usia Subur

Oleh : Lilik Juariyah

Ibu, merupakan salah satu elemen utama keluarga yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas terhadap pembinaan generasi muda. Sumbangan yang sangat besar dan mendasar adalah membangun manusia yang berkualitas yang dilakukan melalui proses yang alami yang dilakukan oleh ibu sejak dulu yaitu pendidikan kepada anak dari mulai kecil hingga dewasa hingga ia mampu mandiri. Dan peranan ini merupakan peranan kodrati yang dilakukan dalam fungsi reproduksi ini sangat erat kaitanya dengan tingkat kesejahteraan agar mampu memberikan sumbangan secara maksimal.
Dewasa ini peranan ibu tidak hanya sebagai ibu rumah tangga dan ibu anak-anak bangsa, tetapi juga meluas menjadi salah satu penompang perekonomian keluarga. Memang adat kita banyak yang memberikan tanggung jawap ekonomi kepada suami tetapi tuntutan ekonomi karena krisis ekonomi yang berkepanjangan membuat mereka tidak hanya sebagai ibu rumah tangga tetapi juga sebagai penompang ekonomi keluarga. Banyak kaum ibu yang harus bangun paling pagi dan tidur paling malam di keluarganya. Oleh karena itu, kita sadar bahwa kesejahteraan dan kesehatan ibu merupakan bagian yang mememrlukan perhatian yang sangat serius dalam pembangunan nasional.
Pentingnyamemberi perhatian kepada ibi harus dimulai sendiri mungkin karena akan mempunyai dampak yang berjangka panjang. Ibu adalah pemberi jaminan dari anak-anak tunas bangsa dan perintis masa depan. Dari ibu yang sehat jasmani, rohani, dan sosial ekonomi memungkinkan memberikan jaminan sejak dini dalam mengembangkan rangsangan yang dapat menumpuk kretivitas manusia yang merupakan usur penting, guna menjamin pembangunan bangsa yang bersinambungan.




Kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi, memang selama ini memberikan dampak yang sangat besar dalam keluarga yang ditingalkan oleh seorang ibu. Dan hal ini juga memberikan dampak bagi keluar bagi masyarakat dan bangsa. Salah satu yang menjadi penyebab kematian ibu melahirkan yang menyebabkan adalah kondisi-kondisi tertentu. Kematian ibu hamil/melahirkan yang beresiko tinggi ( Hinghrisk Pregnanncy ) yang disebabkan karena kondisi sang Ibu, yaitu :
1. Kehamilan atau persalinan pada usia terlalu muda.
Yaitu kehamilan yang terjadi pada Ibu yang belum berumur 18 atau 20 tahum, karena belum siap secara mental atau fisik. Karena secara kejiwaan pikiran ibu belum siap dan mampu merawat janinya. Secara fisik, pada usia yang terlalu muda organ reproduksi ibu belum mencapai pertumbuhan yang optimal untuk mengandung apalagi melahirkan. Resiko kematian ibu hamil dan bersalin di bawah usia 20 tahun adalah 1,6 kali lebih besar dari pada kematian ibu yang hamil atau bersalin( melahirkan ) pada usia reproduksi sehat usia 21 sampai 35 tahun.
 . Kehamilan atau persalinan yang terjadi pada usia yang tua.
 aitu kehamilan yang terjadi pada ibu yang berusia diatas 35 tahun. kematian ibu hamil atau bersalin mempunyai resiko maternal 3,5 kali lebih besar dibandingkan kematian pada usia reproduksi sehat. Sedangkan kematian diatas usia 44 tahun mempunyai resiko kematian 4,5 kali lebih besar. Penelitian parental di Inggris mengungkapkan bahwa ibu diatas 35 tahun mempunyai lebih banyak kemungkinan anak yang dilahirkannya menjadi cacat atau meningal dunia pada usia muda.
3. Kehamilan atau persalinan yang terlalu sering (kehamilan perintas tinggi)
 aitu kehamilan atau persalinan pada seorang ibu yang sudah melahirkan lebih dari empat kali atau mempunyai (4) empat anak. Resiko kematian maternal ibu yang telah melahirkan lebih dari empat kali atau mempunyai 4 anak atau lebih adalah 2,5 kali lebih besar dari kematian maternal pada ibu dengan anak di bawah 3 orang. Beberapa faktor penyulit yang terjadi secara umum pada kehamilan parintas tinggi adalah (Placenta Pravia, tali pusar, pendarahan, letak janin yang tidak normal, dan pendarahan yang tidak normal)
4. Kehamilan atau persalinan dengan jarak yang terlalu dekat
Yaitu kematian seorang ibu karena melahirkan jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian menunjukan bahwa Interval dari kehamilan atau persalinan kurang dari 2 tahun mempunyai akibat yang tidak baik terhadap ibu dan bayi yang dikandungya. Israel dan Bishop mengemukakan bahwa kelahiran prematur dari ibu yang melahirkan kurang dari 23 bulan adalah 7,8 % dan angka ini akan menjadi 18 % jika kelahiran berikutnya kurang dari 12 bulan.
Pendarahan juga tekanan darah tinggi, yang merupakan dua kasus terbanyak penyebab kematian ibu. Juga banyak kasus yang jarak kehamilanya dibahwa 2 tahun menyebabkan kebutuhan guzi ibu tidak terpenuhi dengan baik.
 Dalam upaya untuk mengurangi kematian ibu hamil dan bersalin karena keempat kondisi diatas maka kesertaan pasangan suami-istri untuk berKB dan melaksanakan program KB sangat diperlukan. Terutama pada pasangan suami-istri yang memilki kerawanan kehamilan dan bersalin. Sehingga mampu memperbaiki tingkat harapan hidup para ibu, yang akhirnya akan meningkatkan umur rata-rata penduduk indonesia. Pengurangan jumlah wanita yang ada dalam resiko tinggi secara subtansial akan menurunkan angka kematian, baik angka kematian ibu maupun angka kematian anak.
 Menurut laporan H.W Ory Cs dalam (journal of the american medical asosiations) Frebruari 1984, kesehatan dalam keluarga berencana bisa menurunkan angka kematian ibu sebanyak 6 kali dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak mengikuti KB. Laporan tersebut juga di dukung oleh Debora Maine yang mengukapkan ibu yang mengalami kelahiran keepat atau kelima resiko kematianya akan menjadi 2 kali dibandingkan dengan wanita yang mempunyai kelahiran kedua atau ketiga.
 Keikut sertaan pasangan suami-istri dalam KB penting untuk kesehatan wanita yang dalam masa kemamilan atau persalinan juga wanita yang mempunyai resiko kemamilan dan persalinan yang tinngi. Misalnya penderita tekanan darah tinggi, ganguan jantung, diabetes atau yang memiliki penyakit kronis lainya yang berbahaya bisa dalam masa kehamilan atau bersalin. Dengan mengikuti program KB akan membantu ibu untuk mengurangi kemungkinan kematian ibu tersebut bila mengalami kehamilan atau persalinan. Demikian hanya apabila seorang wanita sudah tidak ingin mempunyai anak, maka kebersertaanya dengan KB membantu menghindari dari resiko kehamilan dan resiko saat bersalin.
 Dari keempat jenis kehamilan atau persalinan yang beresiko tinggi tersebut mempunyai perbedaan dalam pemilihan dan pengunaan obat kontrasepsinya, ialah :
1. Kehamilan yang terjadi pada usia terlalu muda, dapat mengunakan alat kontrasepsi dengan efektifitas yang tidak terlalu tinggi, misalnya : kondom, pil, atau suntik.
2. Kehamilan pada usia yang terlalu tua dapat mengunakan alat kotrasepsi yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kehamilan yang lebih tinggi karena memiliki keefektifitasan yang lebih tinggi (MKEJ). Yaitu : IUD, Kontap, atau Implan.
 . Kehamilan yang terlalu sering, mengunakan alat kotrasepsi yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kehamilan yang lebih tinggi karena memiliki keefektifitasan yang cukup tinggi Yaitu : IUD, Kontap, atau Implan.
4. Kehamilan yang terlalu rapat, dapat mengunakan alat kontrasepsi yang bertujuan untuk mengurangi angka kehamilan dengan efektifitas cukup tinggi, misalnya : IUD atau Implan.
Komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran anak termasuk dianaranya sebab-sebab utama kematian wanita reproduksi di dunia berkembang atau dunia ketiga termasuk Indonesia. Yang secara keseluruhan menyebabkan kematian sekitar 0,5 juta wanita setiap tahunya dan sebagian besar yakni 99 % terjadi di dunia berkembang.
 Dari data pendataan keluarga tahun 1998 di kabupaten Sidorajo, terdapat 10 kematian ibu hamil atau bersalin dari 14.799 kelahiran atau 68 per 100.00 kelahiran. Pada tahun 1999 terjadi peningkatan cukup tajam yakni terdapat 16 kematian ibu hamil atau melahirkan dari 16.418 kelahiran atau 97 per 100.000.
 Meskipun angka ini masih berada di bahwa ambang batas kematian ibu hamil atau melahirkan yang ditetapkan oleh konferensi Internasional kependudukan dan pembangunan tahun 1994, yakni dibawa 100 per 100.000 kelahiran dalam kurun waktu tahun 2005, nmaun kita harus waspada karena ternyata kecenderungan yang meningkat dari tahun 1998 dan tahun 1999.
 Resiko kematian ibu dengan kelahiran anak ketiga adalah 250 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan resiko kematian ibu dengan kelahiran anak keempat atau kelima sebesar 450-500 per 100.000 kelahiran hidup. Apabila angka-angka tersebut diterapkan secara kasar untuk penduduk jawa timur menurut hasil Susensus 1997 dengan jumlah penduduk wanita sebesar 16.814.096 jiwa dan berada pada tingkat kelahiran 2,18 per 1000 penduduk wanita maka perubahan angka-angka tersebut sungguh menajubkan.
 Dengan tingkat kelahiran sebesar 2,18 per 1000 maka setiap tahun dijawa timur akan dilahirkan 36.655 bayi. Artinya setiap 100.000 kelahiran ada 500 jiwa yang meningal dunia. Maka akan ada 183 ibu yang meningal dunia setiap tahunya karena kelahiran yang terlalu muda, paritas tinggi yang penuh resiko. Belum kematian ibu hamil dan bersalin oleh sebab yang lain.
 Dengan mengunakan KB setidaknya akan mengurangi setidaknya 183 ibu yang akan meningal, karena mereka mendapat perlindungan dari pengetahuan mereka dari penyuluhan KB juga dari alat atau obat kontrasepsi. Dengan ini kita dapat mengurangi jumlah anak yatim baru karena ibunya meningal dan juga dapat mengurangi angka kematian bayi.
 Manfat lain bagi wanita usia subur adalah bagaimana mereka dapat mengendalikan angka kelahiran atau kehamilan mereka sehingga kehamilan yang tidak di inginkan dapat ditangulangi.
 Dengan ber KB seorang ibu mampu memberikan sumbangan yang lebih besar pada pembangunan di negara ini. Dengan ini semakin jaranya istri mengandung dengan jumlah anak yang semakin sedikit, membuat para suami lebih banyak memusatkan perhatian pada perkerjaanya dan dapat membangun keluarga dengan kesejahteraan lebih baik. Apabila kesejahteraan keluarga lebih baik. Maka kesehjateraan ibu akan lebih baik.
 Para ibu dapat mempunyai waktu yang lebih banyak sehingga dapat memberikan sumbangan yang lebih berharga untuk pembangunan Nasional pada umumnya dan perkembangan keluarga pada umumnya. Sehingga mampu memperdayakan diri pribadinya untuk membantu perekonomian keluarga.
 Akhirnya sebelum menutup makalah ini, penulis ingin menekankan dan mengingatkan bahwa manfaat KB bagi wanita usia subur adalah dengan mengunakan KB maka angka kehamilan akan dapat dikurangi sehingga keluarga dapat terjamin kesejahteraanya karena banyak anak akan membuat beban perekonomian keluarga semakin berat. Juga kematian ibu hamil atau bersalin bagaikan dua sisi mata uang yang sama. Dimana keduanya akan selalu bersama-sama, walaupun salah satu sisinya akan selalu menutupi sisi lain. Dimana di satu sisi ibu hamil atau bersalin adalah kelahiran kehidupan yang baru dan di sisi yang lain adalah adanya resiko kematian ibu dan bayi. Maka merupakan tugas kita untuk berusaha melalui program KB menjadikan suatu kehidupan yang baru yang membahagiakan keluarga tersebut.