Jumat, 18 Juli 2008

Daoisme

 Daoisme
 Penyebaran Dao yang pertama adalah Yang Chau (= 479-289 SM) namun yang lebih dikenal adalah Lao-tzu yang dilahirkan di negara Ch’u atau yang sekarang lebih dikenal dengan provinsi Honan. Meskipun lebih tua usianya dibandingkan dengan Confucius tapi ia seangkatan denganya.
Daoisme terarah kepada kenyataan yang diluar duniawi. Tema utamanya adalah keselarasan manusia dengan Dao dan relisasi suatu model kosmis yang tampak pada semua benda. Para Daoisme menyatakan bahwa dalam segala hal terdapat Dao. Dalam diri manusia juga diatasnya; manusia(M) dalam hubnganya dengan alam(A) harus megikuti tata cara alam ( Dao) manusia dalam kehidupanya harus memahami hakikat dao dan harus selaras denganya.
 Dalam skema hubungan manusia dengan alam menurut Daoisme pengalaman tentang Dao adalah pengalaman batin. Disitu perbedaan antara subyek dan obyek menghilang. Pemahaman yang lebih dalam lebih merupakan jenis kesadaran langsung dan intuisi ketimbang proses intelektual atau inteverensi.
 Keyataan dalam Dao tak dapat diberi nama. Penamaan Dao adalah penunjukan bagi kata rujukan untuk membantu menjelaskan. Dao tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Setiap kalimat yang menjelaskanya tak akan perna dapat mengambarkanya dengan sempurna. Sedangkan untuk mejelaskan Dao pada orang awam memang digunakan kata-kata tetapi setelahnya mereka sendiri yang mencari pemaknaan Dao tanpa kata-kata.
Para Daoisme memandang Dao adalah yang besar, azas totalitas segala benda dan kehidupanya. Dao merupakan subtansi yang melaluinya tanpa segala benda. Termasuk makhluk hidup memujudkan diri. Yang merupakan suber asal dari setiap awal dan akhir.
Jika semua yang berada di bawah langit mempunyai jalanya; apalah artinya tindakan manusia. Ini merupakan pertayaan tentang manusia menurut Dao. Menurut pandangan Daoisme hidup manusia sudah digariskan oleh langit, manusia sudah memiliki jalanya sendiri yang harus dilakukan manusia hanyalah meniti jalan tersebut dan mengikuti jejak yang sama. Tanpa mencoba mengubahnya. Tanpa menyeleweng dari jalan itu demi kepentinganya semata demi keuntungan pribadi.
Sikap yang semacam itulah yang di sebut Wu-Wei yang artinya tidak mencampuri. Ini merupakan lawan dari kekerasan. Lao-tzu yakin bila kita mengunakan jalan kekerasan sebenarnya itu merupakan perwujudan kelemahan diri kita dan kita akan kalah dan gagal. Wu-Wei dapat diartikan sebagai tidak berkeinginan dalam diri manusia. Manusia yang mengikuti jalan Dao tidak boleh mencampuri urusan orang lain. Tapi memberikan pertolongan jika membutuhkan yang mendekatkan kepada kesatuan. Kesatuan pula yang membuat manusia lain menuju kebebasan.
Bersumber pada kebajikan dasar tidak mencampuri, muncul tiga kebajikan yang lain:
1. Lemah Lembut
2. Rendah Hati
3. Menyangkal diri
Tentang kebajikan lemah lembut Dao menngatakan bahwa zat yang paling lembut di dunia menembusi yang paling keras .. katika manusia dilahirkan. Ia lembut dan lemah. Ketika mati ia kaku dan keras. Kekerasan dan kekakuan adalah teman kematian.
 

Tidak ada komentar: