Rabu, 18 Juni 2008

Lepas dari Jerat Kebosanan


lepas dari Jerat Kebosanan!
kompas
Senin, 16 Juni 2008 | 17:10 WIB

PERNAHKAH Anda merasa bosan? Anda merasa kehidupan sehari-hari Anda bersifat rutin, biasa-biasa saja dan tak ada sesuatu yang menggairahkan yang membuat Anda merasa perlu meloncat kegirangan. Kemudian Anda menginginkan sesuatu yang tak biasa, sesuatu yang luar biasa terjadi pada Anda. Anda menginginkan sebuah kehidupan yang lain dari kehidupan Anda saat ini. Anda menjadi sering melamun, atau mengantuk jika Anda terpaksa harus menghadapi kenyataan sehari-hari.

Kebosanan merupakan gejala sehari-hari yang menghinggapi banyak orang, terutama orang-orang yang hidup di alam modern. Perhatikan anak-anak sekolah, atau mahasiswa ketika berada di ruang kelas. Mereka menguap, mengantuk, mencorat-coret sesuatu di kertasnya bahkan di mejanya.

Hal yang sama juga terjadi pada banyak pekerja industri. Dalam situasi seperti itu, yang diinginkan adalah hiburan dan sensasi. Tidak mengherankan jika dunia entertainment menjadi laku keras. Orang menginginkan hiburan, barang-barang bergemerlapan untuk melupakan kebosanan, untuk lari darinya. Para pembosan adalah budak yang baik untuk industri hiburan, makanan kecil dan barang-barang mewah.

Lebih ekstrem lagi, untuk lari dari kebosanan orang melakukan petualangan-petualangan liar (kalau tidak secara nyata sekurang-kurangnya berimajinasi melakukannya), biasanya berkaitan dengan hal-hal yang dapat dengan mudah membangkitkan gairah, yakni hal-hal yang primitif seperti bahaya (menonton film horor, mengunyah dengan rakus berita-berita pembunuhan atau melakukan hal-hal yang membahayakan seperti ngebut di jalan atau yang lebih aman naik rollcoaster), seks (berganti-ganti pacar, berselingkuh, nonton film porno, membaca novel-novel romantis mendayu-dayu) atau makanan (melakukan petualangan kuliner, ingin makan apa saja atau menanti-nantikan pak Bondan bilang maknyus). Ketiga tombol itu lebih mudah menimbulkan gairah ketimbang hal-hal lainnya karena proses evolusi manusia tergantung pada kapasitas memperhatikan ketiga hal tersebut (Brodie, 2005).

Konsekuensi lain dari kebosanan adalah depresi dan kecanduan obat. Orang yang mengalami kebosanan terus-menerus merasa menjadi tak berdaya. Merasa hidupnya tak berarti. Selain itu, orang-orang yang sering merasa bosan juga cenderung tidak dapat memaksimalkan kemampuannya dalam pekerjaan maupun prestasi akademik (Gosline, 2007). Bersiap-siaplah menjadi seorang medioker, pemurung atau pecandu narkoba.

Mengapa Bosan?
Salah satu sudut pandang yang dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan di atas adalah psikoanalisis. Orang menjadi bosan karena merasa dirinya tidak tertampung di dalam realitas yang dihadapi (aktivitas yang dikerjakannya). Ia seperti menghadapi sesuatu yang bukan dirinya yang dipaksakan oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya.

Di dalam perspektif ini kebosanan menjadi dekat artinya dengan alienasi (rasa terasing dengan diri sendiri). Para pekerja industri, misalnya mengerjakan suatu barang yang tidak diinginkannya, tetapi yang diinginkan oleh majikannya.

Pekerja juga tak dapat membubuhkan ciri keunikan pribadi di dalam benda yang dikerjakannya, karena yang diinginkan majikan adalah produk yang standar. Rasa bosan itu diperkuat oleh sifat monoton pekerjaan. Berbeda sekali dengan bagaimana seorang seniman bekerja. Ia menjadi perancang karyanya, memberikan idiom-idiom diri (meminjam istilah yang dipakai oleh Bollas seorang psikoanalis Inggris) di dalam karya yang dikerjakannya.

Kedua contoh ini merupakan prototipe ideal, bagaimana seseorang berhubungan dengan aktivitasnya. Hubungan kita dengan realitas berada di antara kedua kutub tersebut. Pertanyaannya bagaimana Anda memperlakukan hidup? Apakah Anda bersikap sebagai orang suruhan ataukah Anda bersikap sebagai seniman terhadap kehidupan Anda.

Proses menjadi budak sudah berlangsung semenjak kita kanak-kanak, ketika kita mendefinisikan realitas seturut kemauan orang dewasa dan bukan kemauan kita. Kita merepresi keinginan kita dan sekaligus cara pandang kita terhadap realitas, karena menjadi berbeda dengan orang-orang dewasa yang lebih berkuasa memiliki konsekuensi negatif, kita takut tidak dicintai, takut ditinggalkan.

Idiom-idiom yang kita pakai untuk menamai realitas adalah idiom yang terbatas, sejauh hal itu diterima oleh orang kebanyakan, sejauh itu sesuai dengan opini orang dewasa kebanyakan. Di samping itu mengikuti idiom dan kemauan orang lain membebaskan kita dari keharusan untuk membuat keputusan, untuk memikirkan sendiri apa yang sedang kita hadapi. Mengikuti apa kata orang dewasa, meminjam idiom-idiom mereka dan bergantung pada definisi realitas mereka adalah hal yang wajar dilakukan oleh anak-anak, tetapi menjadi tak wajar jika dibawa ke dalam kehidupan orang dewasa.

Bagaimana membebaskan diri dari kebosanan?
Saya tidak bermaksud untuk menyarankan Anda menjadi liar, menjadi orang gila yang menciptakan idiom-idiomnya secara autistik hingga tak dipahami oleh orang lain. Saya hanya ingin Anda mempertimbangkan apakah represi-represi habitual yang Anda gunakan untuk menata realitas Anda membuat Anda tidak dapat menjumpai realitas secara langsung sedalam-dalamnya. Realitas yang kita hadapi jauh lebih kaya ketimbang opini-opini yang kita buat terhadapnya.

Menjadi bosan adalah memasuki sebuah lingkaran setan. Kita bosan karena perspektif kita terhadap realitas terbatas, dan rasa bosan menjauhkan kita pada pertemuan yang sesungguhnya dengan realitas. Di dalam kebosanan terdapat rasa penolakan terhadap apa yang kita hadapi. Bagaimana kita dapat memperoleh perspektif baru terhadap realitas yang kita hadapi jika kita merasa enggan untuk menjumpainya?

Satu-satunya cara untuk keluar adalah menghadapinya dan bukan lari kepada banyak hal di luarnya yang menjanjikan sensasi atau melarikan diri ke dalam rasa kantuk dan tertidur. Kebosanan tak perlu dihindari, malahan ia dapat menjadi saat yang tepat untuk merefleksikan diri.

Salah satu caranya adalah membebaskan diri dari virus-virus opini, sebuah program yang siap mendefinisikan realitas tanpa kita perlu merasakan dan memikirkannya dengan sungguh-sungguh. Prototype idealnya adalah meditasi Zen. Di dalam meditasi itu orang hanya di minta untuk bersikap hening, menatap realitas apa adanya, dan mengamati pikiran-pikiran yang muncul tanpa menghakiminya.

Jika Anda bisa duduk diam barang 10 hingga 20 menit setiap hari secara teratur, Anda akan menjadi lebih peka pada kekayaan realitas.Pada saat Anda merasa bosan Anda dapat menerapkan meditasi tersebut, amatilah saja realitas yang Anda hadapi, dan tidak perlu memperturutkan perasaan untuk lepas dari realitas itu.

V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si, dosen pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Selasa, 17 Juni 2008

Makna Kehidupan


Apakah makna kehidupan ini, apakah kita hanya untuk menemukan cinta apakah hanya itu saja, akankah bila kita temukan kehidupan yang lain apakah tetap yang kita cari adalah cinta, cinta seperti obat dalam kehidupan kita. Akan berguna bagi kita apabila diberikan pada penyakit yang tepat dengan dosis yang. Apabila kamu menderita derita cinta yang tak terbalas seperti bila kamu sakit tetapi tidak mendapat obat atu bila kita memakai obat yang lain tidak akan meyembuhkan kita hanya akan sedikit menghilangkan rasa sakit kita. Dan orang yang paling sehat adalah orang gila, apabila orang tersebut tidak merasakan sama sekali sakit dalam hidupnya( cinta) dan orang yang paling parah sakitnya juga orang yang gila akibat perasaanya(cinta).
Kita berada ditengah-tengah orang tersebut, akal kita yang membuat kita untuk selalu mencari cinta dan untuk mendapatkan cinta. Kamu kukatakan manusia jika mempunyai kehendak, dan makna hidup. Kehendak jika kita mampu mengambil keputusan dan sikap terhadap kondisi tertentu. Kita bukan manusia yang ada hanya untuk menerima perintah juga bukan untuk memerintah manusia yang lain. Tetapi eksistensi kita akan terbentuk dengan apa yang telah kita lakukan. Apakah kita akan terus hidup karena orang lain. Tapi apakah ada orang yang benar-benar merasakan sendiri dalam hidupnya hidup hanya untuk dirinya sendiri, apabila hal tersebut ada maka manusia tersebut telah berevolusi menjadi kehidupan yang lain bukan termasuk manusia tetapi tidak memiliki akal tetapi juga merupakan hewan tetapi mempunyai akal.
Kehendak membuat kita memiliki hak yang mengarah kepada kebebasan yang mutlak. Yang akan terus berbenturan dengan kehendak orang lain.karena setiap kebebasan selalu di ikuti oleh tanggung jawap.
Makna hidup, apa yang kamu ketahui tentang ini. Yang aku tahu sekarang ini aku juga sedang mencarinya. Dimanakah makna kehidupan apakah terdapat dalam diri kita atau berada diluar jangkauan pemikiran kita. Menurut suatu penegertian makna hidup merupakan sesuatu yang diangap penting, sehingga kusus bagi seseorang akan mencari yang dinamakan makna kehidupan. Jika orang tersebut menemukan makana hidup maka orang tersebut akan merasakan bahwa kehidupanya akan bermakna dan sangat berarti. Pada akibatnya akan menimbulkan perasan bahagia karena berhasil mencapainya.
Apabila dikaitkan dengan cinta apakah cinta termasuk makna kehidupan, seringkali dalam hidup seseorang mencari cinta yang benar. Yaitu orang yang sangat membuatnya merasakan jatuh cinta. Bisa saja hal tersebut tibul karena hubungan timbal balik yang terjadi secara terus menerus atau karena dorongan kimia yang terdapat dalam tubuh kita. Maka seorang play boy dan play girl dapat saya masukan sebagai orang yang tidak konsisten. Karena mereka menerima segenap cinta yang datang padanya. Atau bisa juga mereka adalah orang yang kebingungan mencari makna kehidupanya(cinta) yang dapat memenuhi segala hasratnya terpendam dalam hatinya.
Mereka adalah orang-orang yang berani menerima dan mencampakan makna kehidupan orang lain(cinta). Keberanian itu juga akibat dorongan makna hidupnya, maka akibat oder thing yang selalu menuntutnya untuk mencapainya.
Proses perjalanan mereka selalu saja menarik untuk kita perhatikan, karena dalam hati kita sebenarnya mengingikan hal tersebut. Kita masih terikat oleh kehendak kita untuk selalu bebas dan tidak bertanggung jawap terhadapa apa yang kita lakukan. Sebab perasaan kita terlalu ditekan oleh ikatan hubungan yang sebenarnya hanya sebuah ikatan perasaan semu belaka. Keinginan untuk bebas membawa kita untuk menyalurkan hasrat kita juga secara bebas, membawa kejarum kenikmatan yang tertinggi didunia. Kembali kepada proses makna kehidupan, tapi yang pertama saya sebutkan adalah ciri makna kehidupan yang pertama makna kehidupan bersifat unik dan personal. Artinya yang diangap bermakna dan penting bagi seseorang belum tentu menjadi sesuatu yang berharga dan penting bagi orang lain. Dalam proses pencarian makan kehidupan(cinta) kita harus membuang segala egoisme dalam diri kita. Apa salahnya menyatakan cinta pada teman yang telah kita kenal sangat lama. Atau apa salahnya bila kita CLBK kepada mantan pacar kita bila orang tersebut sebenarnya sangat berharga dalam hati kita.
Bila kita terusik oleh perasaan yang ada sebelumnya coba hilangkan perasaan itu, tanpa mengubah siapakah sebenarnya kita. Apabila kamu masih terikat, maka lepaskanlah karena makna hidupmu menunggumu. Apabila makna hidupmu tidak menerimamu maka adalah pilihanmu sendiri tetap sabar pada makna hidup yang kamu tujuh ataukah mencari makna hidup yang lain.
Yang ketiga makna kehidupan selalu memberikan pedoman dan perbuatan yang kita lakukan, kita menjadi seperti pesuruh oleh hati kita sendiri. Segala perbuatan kita merupakan hasil olah hati kita bukan merupakan hasil pemikiran kita, bila kita tidak memenuhi hal tersebut akan membuat kita seolah menentang pemikiran kita. Tapi sebenarnya secara rasioanal hal tersebut tak perlu kita lakukan.
Apabila, Baumeister menganalogikan cinta dengan obat candu, karena cinta sendiri akan tubuh secara sedikit demi sedikit. Seperti candu apabila kita gunakan akan terus membutuhkan dosis yang lebih tinggi, yang tiap dosis yang kita masukan dalam tubuh kita akan menimbulakan perasaan bahagia. Dan perasaan bahagia apabila jumlah dan caranya tetap sama akan menimbulakan kebosanan dan apabila kita kita hentikan candu kita masukan dalam tubuh kita akan menyebabkan kita menderita karena sudah menjadi kebutuhan kita adic. Tetapi apakah cinta juga seperti candu yang apabila pada tahap tertentu yang tubuh kita menolaknya akan membuat mati kita. Dalam kasus cinta yang akan mati adalah cinta tersebut dalam hati kita yang munkin layak untuk dikubur.
Apakah, apabila yang kita terima adalah penolakan akankah sikap yang kita lakukan selalu adalah sikap negatif yang akan selalu kita tunjukan bukan hanya kepada heart breaker tetapi kepada seseorang yang biasanya kita jadikan pelampiasan. Kadang pula yang dihasilakan dari penolakan adalah menutub diri, cuek, bahkan merendahkan diri orang lain. Padahal sebelum peristiwa penolakan terjadi sikap kita tidak seperti itu, perubahan sikap kearah negatif harus kita hindari.
Hal negatif tersebut merupakan reaksi yang kita tunjukan karena kita merasa menderita akibat cinta kita ditolak, yang membuat kita memandang kehidupan hanya dari satu sisi saja. Yaitu penderitaan dan kecemasan, apabila kita terus memnadang kehidupan hanya dengan satu sisi saja maka penderitaan dalamkehidupan kita tidak akan perna berakhir. Makanya sikap berani harus kita ambil yaitu mencari makna kehidupan yang lain.

Analisa Stukur dan kesalahan Berita Surya Minggu 20 April 2008 Hal 11( Kulakan Sayur, Dipengal ’ Kembang Turi’)

Analisa Stukur dan kesalahan Berita Surya Minggu 20 April 2008 Hal 11( Kulakan Sayur, Dipengal ’ Kembang Turi’)

Judul dari berita tersebut adalah Kulakan Sayur, Dipengal ’ Kembang Turi’ dari judul berita saja kita dapat mengetahui ambigu yang bisa ditangkap oleh pembaca. Seharusnya judulnya ada penganti obyek atau korban tetapi oleh surya malah diganti dengan keterangan tempat kejadian pembunuhan berlangsung. Dari judul berita di atas memang mungkin ditujukan untuk menarik minat pembaca. Karena dari nalar sendiri tidak mungkin seseorang yang membeli sayur untuk dijual kembali kulakan dipengal kebang turi yang merupanakan sejenis sayuran yang biasanya dibuat lauk makan. Tetapi makna yang sebenarnya dari Kembang Turi adalah sejenis celurit yang makna kata ini hanya dapat ditangkap oleh orang yang benar-benar memahami makna yang disebutkan. Jenis judul berita yang digunakan adalah cross line headline( judul berita garis lurus) karena berdasarkan contohnya judul berita hanya mengunakan satu judul berita yang terdiri dari satu dech ( Kulakan Sayur, Dipengal ’ Kembang Turi).
Pada bagian yang kedua yaitu teras berita, yang memuat inti dari berita. Teras berita atau Lead merupakan inti dari berita itu sendiri, teras berita merupakan laporan singkat yang bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkanya. Untuk memenuhi rasa ingin tahu pembacanya secara cepat, teras berita dibuat sehingga bisa membuat pembaca isi berita secara keseluruhan. Teras berita dirumuskan sebagai 5W + 1H ( what,Who,When,Why, dan How). Jadi dengan haya membaca teras berita saja pembaca berita dapat mengetahui isi berita yang ada pada kolom. Tetapi pada berita Kulakan Sayur, Dipengal ’ Kembang Turi’ tidak terdapat teras berita. Jadi unsur 5W+ 1H dapat ditemukan pada Kelengkapan(body) berita. Peniadaan teras berita sebenarnya mengurangi nilai dari berita tersebut tetapi Surya mengantinya dengan sebagian berita yang dibuat dengan memuatnya di halaman depan.
di Surabaya, nyawa manusia seperti tidak ada nialinya. Belum kering tanah kubur M Kholik,39, kasir wisma 29 lokalisasi Dolly yang tewas dicacah celurit di Dukuh pakis pada rabu (16/4) pagi, kini gilran nyawa Reginaldi Ratu Buysang,30, melayang akibat senjata tajam.
Unsur-unur yang wajib ditemukan dalam berita dapat ditemukan seperti siapakah korbanya adalah Reginaldi Ratu Buysang. Tempat kejaidianya adalah di pasar Keputren, Jl Kaputran Surabaya. Kejadian tersebut pada rabu tanggal 16 April 2008. kejadian pembunuhan terjadi karena korban ditebas kepalanya sampai putus dan terjatuh dua meter dari tubuh korban. Pelaku masih diselidiki oleh polisi.
Pengunaan kartun dalam berita Kulakan Sayur, Dipengal ’ Kembang Turi’ memang berfungsi sebagai penganti lead atau teras berita karena memang samping tajuk rencana kartun dimaksudkan untuk meluiskan kejadian atau memperjelas perkara atau urutan kejadian. dalam kartun terdapat penjelasan yang sebenarnya dapat menceritahkan berita secara menyeluruh. Dalam era sekarang banyak pembaca yang merasa senang dengan dan merasa memperoleh cukup waktu untuk hanya membaca kartun atau karikatur sebagai penganti berita secara keseluruhan Suhandang (2004 158). Oleh karena itu dengan melihat judul berita saja dan kartun pembaca berita dapat memahami keseluruhan berita yang dipaparkan.
Dalam kartun terdapat empat urutan kejadian, kejadian pertama adalah saat awal sebelum kejadian pemengalan kepala belum terjadi saat korban menunggu di motor. Kejaian yang kedua adalah tiba-tiba datang seoang laki-laki yang datang bersama tersangka yang lain memukul Lisa istri dari korban. Kejadian yang ketiga adalah kejadian saat peristiwa itu terjadi. Pelaku memengal kepala Reki yan membuat kepalanya putus dan jatuh dua meter dari tubuhnya.
Kejadian yang ketiga adalah setelah kejadian tersebut saat istri korban mengetahui bahwa suaminya telah dipengal kepalanya. Dan istri korban kemudian pingsang. Setelah peristiwa tersebut jenasah korban di bawah ke RSU Dr. Sutomo. Keterangan yang lain yang terdapat dalam kartun tersebut adalah tempat kejadian peristiwa tersebut.
Kesalahan yang ditemukan dalam berita tersebut terutama judul berita yang mengunakan istilah atau kata jawa, seperti pada kata kulakan adalah kata bahasa jawa dan kembang merupaka bahasa jawa dari bunga. Pengunaan kata atau istila dalam Bahasa Jawa sendiri sesuai dengan segmen pasar dari Surat kabar harian Surya sendiri yang memiliki pasar pembaca di Surabaya dan sekitaranya. Yang mayoritas masih mengunakan bahasa jawa dalam percakapan sehari-hari.

Daftar Rujukan
Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, produk, & Kode Etik. Bandung: Penerbit Nuansa.

analisa sebuah berita

Tajuk merupakan inti dalam surat kabar, tema sentral yang disajikan dalam surat kabar yang merupakan intisari dari isi tajuk yang disajikan. Ketika membaca tajuk, gambaran tentang berita serta opini yang aktual disuguhkan dalam koran atau surat kabar segera dapat diketahui. Hal itu disebabkan karena tajuk secara tidak langsung merupakan karangan kreatif yang mencerminkan seluruh tulisan atau berita yang ada dalam surat kabar .
Menurut Kusumaningrat (2006:249) tajuk rencana biasanya ditulis oleh pemimpin surat kabar yang bersangkutan, lebih lanjut, Suhandang (2004: 152) menyatakan bahwa selain pada surat kabar, surat kabar kecil penulisan tajuk rencana dikerjakan oleh suatu staf yang terdiri dari dua atau tiga orang penulis editorial, bahkan di surat kabar yang besar dikerjakan oleh sepuluh atau dua belas penulis bahkan lebih. Berdasarkan ulasan di atas tajuk ditulis tidak hanya dikerjakan oleh satu orang saja. Tetapi dapat berupa tim yang memang dikushuskan untuk menulis tajuk. Dalam penulisan tajuk, penulis harus jeli dan memiliki kemampuan yang bagus dalam mengulas suatu berita fakta serta oponi-opini yang tidak berat sebelah dalam pemberitaanya serta memiliki bahasa yang lugas dan mudah dipahami. Secara jelasnya, penulisan tajuk dikerjakan oleh orang yang benar-benar piawai, sebab tajuk rencana merupakan bagian dari keseluruhan berita yang dimuat dalam surat kabar.
Fungsi tajuk adalah membentuk dan mengarahkan opini publik dan menterjemahkan berita terkini kepada pembaca dan menjelaskan maknanya. Fungsi tajuk adalah suatu penegasan bahwa tajuk layaknya sebuah petunjuk yang mengarahkan pandangan seluruh isi berita yang dimuat dan memberikan panduan terhadap pembaca agar memudahkan menangkap isi berita yang disampaikan.
2. Analisis

Analisi tajuk difokuskan pada surat kabar Jawa Pos edisi 1 Januari 2008, tahap-tahap analisis meliputi, stuktur tajuk, gaya tajuk, dan ruang tajuk untuk mengawali penganalisaan. Diawali dengan analisa stuktur tajuk pada surat kabar Jawa Pos edisi 1 Januari 2008.
Stuktur tajuk tergolong sederhana. Stuktur tersebut terdiri dari 1) Caption atau head line atau judul, 2) News page atau informasi yang mendasarinya, 3) Opini yang timbul atas news page tersebut.
Untuk memahami stuktur tajuk lebih lanjut, di bawah ini akan diulas stuktur tajuk dari surat kabar Jawa Pos edisi 1 Januari 2008.
1. Judul Tajuk
Menkeu Jangan Curiga Penyerapan DAK ( Dana Alokasi Khusus)
2. Informasi yang mendasari
Ada hal yang menarik dari tutup buku angaran pemerintah tahun ini yakni pemda lebih tertarik menghabiskan DAK ( Dana Alokasi Khusus) ketimbang DAU ( Danan Alokasi Umum)
3. Opini yang timbul dari informasi
Mungkin, faktor penyebab adalah kehati-hatian(ketakutan) aparat pemerintah daerah karena maraknya pejabat pemerintah yang diperiksa KPK maupun kejaksaan. Jadi aparat pemerintah lebih aman merealisaikan program pemerintah pusat saja ketimbang program yang dibuat sendiri.
4. Alasan yang memunculkan opini
Ada beberapa alasan yang memunculkan opini tersebut Yang akan dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, sebagian besar pemerintah daerah seakan berlomba menyerap sepenuhnya dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah pusat. Bahkan, beberapa Pemda menyerap seratus persen DAK. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui dana alokasi belanja APBD yang berasal dana alokasi umum (DAU) tidak banyak diserap. Sampai akhir tahun angaran rata-ratanya terserap 75% dari dana yang disediakan. Lebih banyak untuk angaran tidak langsung, seperti belanja pegawai. Padahal dana yang dialokasikan melalui proses penyusunan program yang sudah dirancang pemerintah pusat.
Kedua, asumsinya karena prosedur, jungklak, juknis program yang menyertai DAK dibuat oleh pemerihtah pusat. Dengan hanya menjalankan program pusat mereka terhindar dari kesalahan prosedur dan adminitrasi yang membayangi program yang dibuat sendiri.
Dalam penulisan tajuk, ada beberapa gaya yang harus diperhatikan, gaya tajuk dapat digambarkan secara singkat sebagai berikut.
1. Penulis tajuk yang bijak, akan menolak headline yang menghebohkan, mengandung kejahatan, atau nafsu dan benih-benih pertentangan. Dalam surat kabar Jawa Pos edisi 1 Januari 2008, headline tidak mengandung kejahatan atau nafsu, tetapi masih berpotensi mengandung perdebatan. Judul Menkue Jangan Curiga Penyerapan DAK memiliki arti bahwa Departemen Keuangan tidak akan memiliki cukup alasan untuk mencurigai pencairan DAK secara besar-besaran oleh pemerintah daerah menjelang akhir tahun 2007.
2. Penulisan tajuk tetap memperhatikan pengunaan yang tepat guna.
Dalam surat kabar Jawa Pos edisi 1 Januari 2008, pengunaan kata yang disajikan secara lugas tepat guna, tidak ada unsur hinaan, dan semuanya mengandun unsur yang informatif.
3. Gaya tajuk sebenarnya bebas, terkadang memmerlukan tambahan gaya penulisan.
Dalam surat kabar Jawa Pos edisi 1 Januari 2008, terdapat gaya penulisan daerah yang menyuguhkan pertayaan yang relevan dengan permasalahan. Persoalanya, mengapa daerah lebih tertarik menghabiskan DAK ketimbang DAU ? padahal, DAK umumnya diberikan pemerintah pusat berupa paket kegiatan. Artinya, pemerintah daerah hanya menjalankan program yang diancang pemerintah.
Dalam surat kabar Indonesia, tajuk rencana biasanya ditempatkan pada halaman opini dan biasanya ditulis oleh pimpinan redaksi surat kabar. Ruang tajuk menempati sebuah kotak dua kolom yang memanjang kebawah dan diletakan pada pojok kiri atas halaman. Begitu juga dengan surat kabar Jawa Pos, ruang tajuk terletak di pojok kiri atas halaman, yang terdapat di sebuah kotak memanjang kebawah

SURYA SEHARUSNYA PERHATIKAN PENGGUNAAN BAHASA JUDUL BERITA

Oleh: Heru/Ganes/Nur Chalimah

Peran media massa sangat berpengaruh kuat dalam perkembangan bahasa. Secara tidak langsung, bahasa mengalami perkembangan yang pesat karena media massa setiap hari menyuguhkan berbagai informasi yang berbeda. Berbedanya suatu informasi berpengaruh pula pada bahasa yang mengemasnya. Oleh sebab itu, pemakaian bahasa untuk menginformasikan suatu peristiwa pun membutuhkan fleksibelitas bahasa yang sesuai dengan peristiwa yang diberitakan.
Media massa merupakan ”guru” yang tidak hanya memberikan suatu informasi semata, namun juga menjadi teladan dalam menyampaikan informasi. Dalam hal ini, media massa sangat berpengaruh dalam penggunaan bahasa untuk menyampaikan suatu informasi. Bila bahasa yang digunakan media massa tidak teratur, hal itu sama dengan memberikan contoh kepada masyarakat untuk berbahasa yang tidak teratur pula. Oleh sebab itu, pihak yang terlibat dalam media massa sudah seharusnya menyadari dengan saksama bahwa peran yang digelutinya tidak sekadar memberikan informasi, tetapi juga bagaimana menyampaikan informasi, secara jelasnya mengajarkan berbahasa yang tepat kepada masyarakat. Namun, bagaimana jika justru media massa menyampaikan informasi dengan bahasa yang tidak teratur?
Salah satu ketidakteraturan dalam penggunaan bahasa tidak hanya terjadi dalam tubuh berita. Namun, ironisnya ketidakteraturan bahasa justru terjadi dalam penyusunan judul berita. Judul berita pada dasarnya merupakan bagian pertama dalam struktur berita. Karena merupakan bagian pertama, judul berita memiliki peran sentral dalam membuka suatu berita. Judul berita tidak jarang dikonstruksi semenarik mungkin. Hal itu berdasarkan asumsi ketika judul berita menarik, pembaca juga ikut tertarik untuk membaca isi berita. Dalam hal ini, judul berita merupakan sentral penarik minat para pembaca. Oleh sebab itu, dalam pengkonstruksian judul berita, pengeksplorasian kata pun sering terjadi. Namun, bagaimana jika pengeksplorasian kata dalam judul berita justru menyebabkan ketidaklogisan dan kerancuan berbahasa? Inilah kasus yang menarik untuk dikaji dalam tulisan ini. Kasus ini khususnya terdapat dalam Harian Surya.


No. Judul Berita Terbit
1 Balita Disiksa Setrika Rabu, 5 Maret 2008
2 Ibu dan 2 Bayi Bunuh Diri Senin, 24 Maret 2008
3 Belajar Berdesak-desakan Jumat, 28 Maret 2008
4 Buruh Mengadu Dewan Jumat, 28 Maret 2008
5 Tak Bisa Larang Bekerja ODHA Sabtu, 29 Maret 2008

Apa jadinya ketika pembaca mulai tertarik dengan judul berita yang dianggap ”luar biasa” dalam suatu berita? Namun, apa jadinya bila pembaca tidak menemukan suatu peristiwa yang ”luar biasa” itu dalam isi berita? Tidak diragukan lagi, pembaca pasti kecewa dan asumsi yang sangat logis, media massa dianggap ”bohong” belaka. Inilah peristiwa yang terjadi ketika judul menghadirkan suatu peristiwa yang ”luar biasa” tetapi setelah membaca isi berita malah tidak sesuai dengan judul berita. Bukankah Balita Disiksa Setrika dan Ibu dan 2 Bayi Bunuh Diri merupakan judul berita ”luar biasa”?
Dalam penyusunan judul berita, memang ada beberapa aturan khusus untuk menjadikan berita lebih ”hidup”, seperti penghilangan awalan me-, kalimat harus berbentuk aktif, dan bahasa judul mesti padat dan dinamis. Namun, setidaknya ”menghidupkan” berita bukan berarti ”menghancurkan” kelogisan bahasa. Surya, Rabu, 5 Maret 2008, memuat berita di halaman pertama dengan judul Balita Disiksa Setrika yang dicetak dengan ukuran besar dan ditebalkan. Mungkinkah setrika dapat menyiksa balita? Judul yang menarik, tetapi tidak logis. Maksud yang ingin disampaikan dalam judul itu sebenarnya balita yang disiksa dengan setrika, bukan setrika yang menyiksa balita. Dalam isi berita, pelaku yang menyetrika balita tersebut adalah ibunya. Ketidaklogisan judul berita disebabkan karena menghilangkan pelaku penyiksaan dan bentuk judul tidak aktif melainkan pasif yang melesapkan kata keterangan dengan pada Balita Disiksa (dengan) Setrika.
Senin, 24 Maret 2008, di halaman pertama, terdapat judul berita Ibu dan 2 Bayi Bunuh Diri yang dicetak dengan huruf ukuran besar dan ditebalkan. Berita tersebut tampaknya merupakan berita utama. Sekilas, judul berita tersebut tidak bermasalah. Bila dicermati, judul berita itu bermasalah karena berita tersebut sebenarnya mengandung makna yang tidak sesuai dengan isi berita. Permasalahan yang terjadi adalah pengkonstruksian judul tidak memperhatikan kelogisan bahasa.
Judul tersebut menarik, tetapi tidak logis. Ada dua peristiwa yang berbeda yang terkandung dalam judul itu, yaitu ibu bunuh diri dan dua bayi bunuh diri. Peristiwa ibu bunuh diri memang dapat berterima, tetapi benarkah dua bayi dapat bunuh diri? Bukankah ini berita yang ”luar biasa”? Dua bayi yang memiliki sifat seperti orang dewasa dan memiliki kesadaran serta kemampuan untuk bunuh diri? Bila dicermati dalam isi berita, peristiwa yang terjadi sebenarnya bukan dua bayi yang bunuh diri, tetapi seorang ibu yang membunuh dua bayinya kemudian ibu tersebut bunuh diri. Ketidaklogisan berbahasa dalam pengkonstruksian judul disebabkan pemaksaan dua peristiwa yang berbeda dalam suatu peristiwa yang sama. Peristiwa bunuh diri seorang ibu dipukulratakan terhadap pembunuhan kedua bayi, sehingga yang terbentuk adalah ibu dan kedua bayi sama-sama bunuh diri.
Pada judul Belajar Berdesak-desakan, makna yang terkandung dalam judul tersebut adalah belajar tentang berdesak-desakan. Yang terdapat dalam isi berita sebenarnya bukan belajar tentang berdesak-desakan, tetapi karena tempat belajar yang sempit, siswa yang sedang belajar berdesak-desakan dengan siswa yang lainnya. Permasalahan pada judul itu muncul karena adanya pelesapan pada kata keterangan yang menengahi kata belajar dan berdesak-desakan. Kata keterangan yang seharusnya muncul seharusnya sambil atau dengan. Bila kata yang dilesapkan tersebut muncul, judul berita tersebut menjadi Belajar sambil Berdesak-desakan sehingga ketidaklogisan bahasa dapat dihindari.
Tidak sesuainya judul dengan isi berita dapat pula terjadi karena kerancuan yang dimunculkan penyusunan judul. Judul berita Buruh Mengadu Dewan, Jumat, 28 Maret 2008 jelas tidak sesuai dengan isi berita. Ada kerancuan yang disebabkan oleh judul berita. Makna yang terdapat dalam judul berita tersebut seakan-akan buruh mengadu dewan dengan dewan yang lain, atau buruh mengadu dewan dengan pihak lain. Seakan-akan ada nuansa ”adu domba” dalam judul tersebut. Anehnya buruh mengadu domba para anggota dewan. Namun, sebenarnya yang terjadi dalam isi berita adalah buruh mengadu ke anggota dewan karena pihak buruh merasa mendapat perlakuan tidak adil dari manajemen perusahaan, bukan buruh mengadu domba dewan. Judul berita yang benar seharusnya menyertakan preposisi ke sebelum kata dewan sehingga judul tersebut menjadi Buruh Mengadu ke Dewan. Adanya pelesapan preposisi ke menyebabkan kerancuan pada judul berita. Penghilangan preposisi ke dimaksudkan untuk memadatkan judul agar judul lebih hidup, tetapi yang terjadi justru menghadirkan kerancuan makna dalam judul berita.
Pada judul Tak Bisa Larang Bekerja ODHA, Sabtu, 29 Maret 2008, struktur bahasa yang menyusun judul tersebut menjadikan makna rancu. Bila dicermati, judul tersebut bermakna tidak dapat melarang bekerja sebagai ODHA. ODHA merupakan seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS. Mungkinkah ada pekerjaan ODHA? Sebenarnya, yang ingin disampaikan penulis berita adalah tidak dapat melarang orang yang terjangkit HIV/AIDS (ODHA) bekerja sebagai penjaja seks komersial (PSK). Ada beberapa alternatif untuk menghindari kerancuan tersebut, yaitu dengan manggunakan tanda baca koma sebelum kata ODHA atau menempatkan kata ODHA sebelum kata Bekerja, sehingga menjadi Tak Bisa Larang Bekerja, ODHA atau Tak Bisa Larang ODHA Bekerja.
Ketidakteraturan penggunaan bahasa dalam judul berita akan menyebabkan tidak sama pula antara makna pada judul dengan maksud isi berita. Seperti judul Ibu dan 2 Bayi Bunuh Diri, hal itu jelas berbeda dengan isi berita karena yang ada hanya pembunuhan kedua bayi oleh ibunya sendiri setelah itu ibunya bunuh diri. Kedua bayi tidak pernah bunuh diri. Maksud penulisan judul berita tersebut sebenarnya memang tidak menebar ”kebohongan”. Namun, ketidaksesuaian judul dengan isi berita semata-mata disebabkan kesalahan penggunaan bahasa. Seharusnya, para pekerja media juga memperhatikan struktur gramatikal dalam penyusunan berita.
Dari beberapa judul tersebut, ada indikasi bahwa penggunaan bahasa dalam media massa, khususnya Surya masih belum memperhatikan dampak penggunaan bahasa terhadapat kelogisan serta kerancuan makna. Walaupun judul berita membutuhkan kepadatan serta keindahan agar berita lebih menarik, makna yang dihasilkan dari konstruksi pemakaian bahasa judul perlu diperhatikan. Alangkah baiknya jika kepadatan dan keindahan judul berita sejalan dengan makna yang terkandung di dalamnya.
Ketidakteraturan penggunaan bahasa seperti itu memang terkesan sepele. Akan tetapi, ketika apa yang dituliskan tidak sesuai dengan maksud yang diinginkan, hal itu menunjukkan kurang mampunya menjaga keteraturan pemikiran dengan pengucapan. Bukankah keteraturan berbahasa juga mencerminkan keteraturan pola pikir manusia?

ngawur


sebuah ktrativitas seseeorang dapat diukur dari apa yang selama ini dihasilkanya. apakah kita telah mencapai yang sebenarnya kita inginkan. apakah kita merupakan orang yang selalu mengikuti arus. jika begitu maka kamu harus berubah sekarang juga karena perkerjaan jangan lagi menjadi penyebab kamu melakukan sesuatu. apakah kamu tidak bosan berangkat tiap pagi hanya untuk sesuatu yang sebenarnya tidak kamu sukai. mulai sekarang bebaskan diri kamu dari yang namanya "some thing di's like" atau jadilah dirimu. 
mulailah kamu melakukan nsesuatu yang kamu sukai.