Senin, 29 Juni 2009


The Haven
"Somewhere but Nowhere"
 
kompas
 
Selasa, 2 Juni 2009 | 18:55 WIB

Lush green paddy field inspires the concept of The Haven, a compound consisting of an apartment, villas, and hotel. Inside the compound, modern-tropical architecture merges seamlessly with the warm Balinese atmosphere.

Memasuki gerbang apartemen The Haven, keriuhan utara Kuta, Bali, perlahan menghilang, suasana berganti tenang. Usai melewati deretan anak tangga di pintu masuk, lobby dengan pemandangan ke taman dan kolam renang, menyambut. Nyaman dan menyenangkan, seperti saat menginjakkan kaki di halaman rumah. Meski masih di Seminyak, berdiam di lingkungan The Haven, seolah berada entah dimana.

Sebagai salah satu condominium hotel yang baru selesai dibangun, The Haven sengaja didesain dengan konsep yang berbeda. “Ini memang Seminyak, pusat keramaian dan hiburan. Tetapi saya ingin suasananya seperti di tengah sawah, ada gubug, air yang mengalir dan pematang-pematangnya,” ujar Budi Tirtawisata, pengusaha, pengembang The Haven.

Bagi Karl W. Princic, arsitek lansekap The Haven, ide sawah yang dikemukakan pihak developer, memberikan banyak inspirasi saat ia dan arsitek Antony Liu merencanakan desain bangunan dan lansekap The Haven. “How can we keep the feeling of sawah,“ ujar Karl Princic menirukan ucapan Budi Tirtawisata.

Nuansa sawah harus tetap ada pada bangunan yang akan didirikan. Seperti terlihat pada denah, lokasi The Haven terletak memanjang di dua sisi jalan. Yaitu jalan Raya Seminyak dan sebuah gang kecil di jalan Arjuna. Bentuknya yang memanjang menjadikan lahan dapat dibagi menjadi tiga fungsi yaitu apartemen, villa dan hotel.

Maka selain pohon kelapa dan kamboja, kita melihat banyak airis, tumbuhan yang daunnya mirip padi, ditanam hampir di seluruh area kompleks peristirahatan. Airis juga tumbuh subur di beberapa bagian atap villa yang sengaja didesain mendatar, membentuk bentangan persis seperti kotak-kotak sawah yang menghijau. 

Lansekap The Haven memang didasarkan pada konsep different stages of sawah. Awalnya, sawah masih berupa lahan kosong yang digenani air. Kemudian sawah ditanami padi yang tumbuh dan tetap memerlukan pengairan.

Maka dimulai dari bagian hotel, eksterior bangunan berlantai empat dengan 96 kamar ini, menggambarkan tahap awal proses. “Sawah dengan genangan air itu seperti reflecting pond,” ujar Karl Princic. Itulah sebabnya terlihat banyak kolam di sekitar lobby. Tepat di bawah restoran juga terdapat air terjun besar berbentuk tangga. 

Selanjutnya, hamparan hijau airis yang menutupi sebagian atap villa-villa The Haven, melukiskan sawah dengan tanaman padi. Pada tujuh unit villa yang semuanya dilengkapi kolam renang pribadi ini, suasana desa sangat terasa. Bangunan villa didesain seperti layaknya sebuah kampung di Bali dengan atap ilalang dan gang-gang kecilnya.

Sementara apartemen The Haven terdiri dari 2 blok yang saling berhadapan. Lansekap di antara kedua bangunan tinggi itu, juga didesain berdasarkan ide sawah. Itu tergambar pada kumpulan airis di sepanjang pinggiran taman apartemen serta dek-dek kayu yang menghubungkan kolam-kolam renang yang ada di taman. Dek-dek itu, seolah pematang-pematang yang ada di sawah.

Di sini, kolam-kolam renang sengaja diletakkan zig zag mengikuti bentuk lahan keseluruhan kompleks yang memang tidak beraturan. Peletakan seperti itu dimaksudkan supaya diperoleh desain yang lebih dinamis. Tidak monoton apalagi membosankan.

Konsep sawah sendiri, menyebabkan tak banyak aksen pohon di area ini. Selain beberapa kamboja, hanya ada pohon tabebuya, suar atau trembesi dan cempaka yang ditanam di situ. Bila kamboja-kamboja yang telah tua ditanam untuk memperkuat karakter dan nuansa Bali yang ingin dimunculkan, tidak demikian dengan pohon-pohon lainnya.  

Menurut Karl Princic, keleluasaan pribadi para tamu adalah alasan lain mengapa pohon-pohon besar seperti tabebuya dan trembesi diletakkan di beberapa titik tertentu dari apartemen dan hotel. “Selain sebagai penghijauan, kami membutuhkan pohon-pohon besar itu untuk menjaga privasi tamu,” jelasnya.

Pohon tabebuya ditanam di depan lobby apartemen yang menghadap kolam renang, untuk melindungi para tamu yang sedang berenang. Lalu pohon trembesi dan cempaka ditanam di sudut-sudut perbatasan apartemen dan villa untuk membatasi pandangan tamu apartemen atau hotel ke arah villa. 

Hal senada juga diungkap arsitek Antony Liu. Menurutnya, sejak awal, bukan hanya desain dan konsep saja yang disiapkan secara matang oleh para konsultan yang terlibat di dalam proyek The Haven. Soal privasi tamu, terutama tamu apartemen dan villa, pun tak luput dari perhatian.

Lalu sebagai bangunan publik, hotel terbuka bagi siapapun yang datang untuk menginap atau hanya untuk sekedar menggunakan fasilitas restoran atau gym yang ada. Sebaliknya, apartemen meski merupakan bangunan dengan banyak unit seperti hotel, bersifat pribadi. Hanya penghuni apartemen saja yang bisa masuk ke dalam unit atau menggunakan fasilitas-fasilitasnya.

Berdasarkan perbedaan itu, hotel diletakkan di sisi jalan yang ramai, menghadap ke Jalan Raya Seminyak, sementara bangunan apartemen ditempatkan pada jalan kecil yang relatif sepi. Dengan demikian, privasi penghuni apartemen terjaga. 

Meskipun demikian, dibandingkan dengan apartemen apalagi hotel, villa bersifat lebih tertutup lagi. Mereka yang menginap di villa biasanya menginginkan keleluasaan pribadi yang sangat tinggi. Itulah sebabnya mengapa villa The Haven diletakkan di antara bangunan hotel dan apartemennya. 

The Haven memang mengutamakan keleluasaan dan kenyamanan tamu-tamunya. Fasad apartemen yang idenya diperoleh dari motif kotak-kotak kain yang disarungkan pada patung-patung di Bali misalnya, sebenarnya juga didesain untuk menambah privasi penghuni apartemen.

Menariknya, balkon di tiap unit apartemen didesain luas, bahkan untuk meletakkan kasur berukuran cukup besar. Dari situ, tamu apartemen bisa menikmati pemandangan taman dan kolam renang, tak ubahnya seperti sedang duduk di balai bengong pada rumah tinggal. Sementara interior kamar didesain dengan warna lembut dari kayu white oak dengan finishing touch yang didominasi warna putih dan dipadukan dengan warna-warna modern seperti abu-abu tua. 

Interior kamar villa pun ditata senatural mungkin dengan warna-warna lembut dan cozy. Di sini, warna kayu bangkirai yang memberikan kesan yang ringan dipadukan dengan warna muda, kayu white oak. Sementara kehadiran lantai teraso Bali, gorden berbahan linen dengan warna broken white menjadikan suasana kamar lebih fresh.

Seperti apartemen, semua ruang di dalam villa juga mendapatkan view yang langsung ke kolam renang atau dek. Bahkan semua kamar mandi villa dikelilingi oleh taman. Rancangan yang sangat detail dan teliti ini dimaksudkan agar konsumen mendapatkan pengalaman yang berbeda saat menginap di hotel, apartemen atau villa di The Haven. Seperti kata developernya, The Haven memang disiapkan dengan konsep “somewhere but nowhere”.

Mengenai konsep dan pemikiran arsitek Antony Liu dan rekannya, Ferry Ridwan ketika mendesain bangunan ini bisa dilihat di majlah Indonesia Design edisi 32 ‘Hot Estates in Bali’ yang menampilkan 6 properti terbaru yang berlokasi di Pulau Dewata tersebut.