Sabtu, 31 Oktober 2009

Awas, Pemuda Palestina Bosan dengan Kebuntuan Politik


Sabtu, 31 Oktober 2009 | 16:26 WIB

BETHLEHEM, KOMPAS.com - Keretakan antara dua kelompok besar Palestina makin meluas. Sementara, banyak pemuda di Tepi Barat, yang selama berpuluh tahun mengejutkan tentara dengan gerakan nasional mereka, kian meningkat kekecewaannya terhadap para pemimpin mereka.
   
Jumlah keanggotaan mereka sulit bertambah, namun puluhan wawancara yang dilakukan dengan para mahasiswa di universitas seluruh Tepi Barat justru menumbuhkan kebencian atas kegagalan para pemimpin Palestina untuk menghentikan pendudukan Israel, atau bahkan membentuk fron persatuan untuk menentangnya.
   
Mohammed Abu Latifa, seorang mahasiswa dari Universitas Bethlehem mengatakan, dia kehilangan kepercayaan terhadap partai Fatah yang dipimpin Presiden Mahmud Abbas yang didukung negara-negara Barat, karena dia gagal menghentikan perluasan pemukiman Israel di Tepi Barat.
   
"Presiden Abbas mengatakan dia tidak akan berunding tentang pemukiman, sementara pembangunan pemukiman Yahudi terus berlangsung, dan perundinganpun terus berlangsung," katanya.
   
Mereka merujuk pada upaya-upaya AS untuk meluncurkan kembali perundingan-perundingan antara kedua pihak.
   
Namun, mahasiswa berumur 21 tahun itu lebih mendukung gerakan Hamas, yang telah menguasai Jalur Gaza pada Juni 2007, dan berjanji akan melenyapkan negara Yahudi tersebut. "Hamas tidak berinteraksi dengan kami, meskipun kami memahami mengenai segalanya, namun sebaliknya mereka memainkan emosi kami dan menghasut kami," katanya.
   
Emad Ghiyada, profesor pada Universitas Birzeit yang mengkhususkan diri pada gerakan mahasiswa, mengatakan pertikaian antarkelompok dan macetnya proses perdamaian itu telah menyebabkan kedua faksi tersebut berusaha mengajak para pemuda.
   
Tetapi, partai-partai itu gagal mewujudkan tujuan-tujuan mereka, apakah dengan perjuangan senjata atau dengan pemberontakan, atau dengan cara damai.
   
Pada awal bulan ini Birzeit menyelenggarakan acara untuk memprotes ancaman-ancaman Israel terhadap masjid suci Al-Aqsa, yang juga disucikan oleh kaum Yahudi, sebagai pusat pemberontakan bangsa Palestina pada tahun 2000.  
   
Polisi Israel bentrok dengan para pemrotes Palestina persis di luar mesjid tersebut beberapa hari sebelumnya, dan pihak penyelenggara memperkirakan sekitar 9.000 mahasiswa datang untuk menyampaikan kemarahannya.
   
Dalam survei baru-baru ini yang dilakukan oleh Pusat Kebijakan dan Riset Palestina didapati, 27 persen pemuda tidak mendukung partai politik.
   
Nader Said, seorang profesor sosiologi pada Universitas Birzeit juga mengatakan, perbedaan antara para pemimpin partai dan para mahasiswa itu telah dia pelajari. "Pemimpin Palestina dari semua kelompok kini menyanyi di lembah dan para mahasiswa menyanyi di lembah yang lain pula," ujarnya.

HERMENEUTIK

 
 
HERMENEUTIK 
Senin, 28 April 2008 di 03:45 | 
MULAINYA “PERSETUBUHAN”: SEBUAH KISAH NYATA

Oleh: Heru Susanto

Kisah nyata ini tampaknya memang harus saya ungkapkan dalam media yang cukup terbatas. Kisah ”persetubuhan” kali ini mulai teringat ketika salah satu mahasiswa mengajak saya dalam acara seminar proposal penelitian (skripsi). Salah satu proposal yang diajukan dalam seminar itu mengkaji salah satu kumpulan cerita pendek karya Gus Mus. Kajian yang digunakan untuk membedah cerpen tersebut ialah fenomenologi. Sekali lagi, kisah yang tertulis dalam tulisan ini merupakan kisah nyata yang sejauh ini masih dalam ingatan saya.

Yang menarik dari penelitian itu terlihat ketika penyaji mengungkapkan gagasannya mengenai fenomenologi yang juga didukung dengan kajian hermeneutik. Penyaji mengungkapkan bahwa untuk menggunakan kajian fenomenologi yang sarat dengan pandangan folosofis Hussrel, kajian tersebut juga didukung dengan pandangan hermeneutik. Penelitian ini secara umum memang menggunakan dua kajian yang berbeda, yakni kajian filosofis fenomenologi dan hermeneutik. 
Karena meletakkan dua pandangan yang terkesan berbeda, tidak heran ada salah satu peserta dalam seminar tersebut yang menegaskan untuk menggunakan salah satu dari kedua kajian itu. Sebenarnya, untuk menjawab permasalahan yang diajukan oleh salah satu peserta tersebut, perlu adanya penjabaran yang komprehensif mengenai fenomenologi dan hermeneutik. Hal itu disebabkan penelitian yang diajukan oleh penyaji lebih menggunakan konsep fenomenologi yang dikembangkan oleh Heidegger. Ketika kajian fenomenologi melibatkan nama besar filosof eksistensialis, Heidegger, kajian fenomenologi tersebut tampaknya memang harus bersinggungan dengan pandangan hermeneutik yang digagasnya.

Tulisan ini bukan untuk menjawab pertanyaan peserta seminar secara komprehensif, tetapi lebih mengarah pada diskusi lebih lanjut mengenai pemahaman awal tentang fenomenologi dan hermeneutika yang muncul bersamaan.

Hermeneutik

Hermeneutik pada dasarnya merupakan kajian interpretasi (penafsiran) terhadap teks yang pada awalnya lebih diidentikkan sebagai kajian teologi untuk mendekati bibel dan kajian filologi. Dalam kajian filologis, Friedrich Ast dan Frederich August Wolf merupakan dua tokoh yang sangat berpengaruh. Friedrich Ast berpandangan bahwa hermeneutik merupakan teori yang membangkitkan makna geistige (spirit) teks yang sangat bermanfaat bagi studi filologi untuk menangkap spirit antiquitas (zaman atau barang-barang purbakala), sehingga dapat diterima dengan jelas. Bagi Friedrich August Wolf , hermeneutik merupakan kaidah-kaidah untuk menangkap pemikiran yang terdapat dalam teks yang sesuai dengan apa yang dimaksud oleh pengarang. Dalam hal ini, hermeneutik lebih dipandang sebagai kaidah interpretasi dialog dengan pengarang. Kedua tokoh tersebut merupakan landasan pijak untuk lebih mengembangkan kajian hermeneutik oleh tokoh sesudahnya..

Schleiermacher lebih memandang hermeneutik sebagai ilmu pemahaman. Pemahaman merupakan hal yang paling awal untuk mendekati sebuah teks. Pada dasarnya pemahaman ini merupakan jembatan pembuka dialog antara pembaca dengan pengarang yang tidak sekadar didasarkan pada level linguistik. Ia memberikan dua langkah untuk melakukan pemahaman, yakni memahami bahasa dan psikologis. Pada taraf umum, pemahaman difokuskan pada gramatikal, sedangkan pemahaman psikologis lebih mengacu pada bagaimana individualitas pengarang. Wilayah psikologis ini dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang sesuai dengan pengarang.

Lama-kelamaan, hermeneutik mengalami perkembangan sebagai ilmu yang lebih luas mengkaji tentang ilmu-ilmu kemanusiaan (Geisteswissenschaften). Yang termasuk dalam Geisteswissenschaften ialah semua disiplin yang menafsirkan espresi-ekspresi ”kehidupan batin manusia”, baik dalam bentuk ekspresi isyarat (sikap), perilaku historis, kodifikasi hukum, karya seni dan sastra. Dilthey ialah salah satu pemikir yang meletakkan hermeneutik sebagai fondasi Geisteswissenschaften. Ia menegaskan landasan utama hermeneutik adalah makna. Makna inilah yang dijadikan wujud pencarian pemahaman hermeneutik. Dilthey meyakini bahwa manusia ialah makhluk historis. Konsep historislah yang menjadi pandangan utamanya. Oleh sebab itu, makna pun juga tidak dapat dilepaskan dari konteksnya atau bersifat historis. Makna tidak pernah terlepas dari keseluruhan bagian-bagian yang terlihat dari sudut pandang tertentu, saat tertentu, dan bagian-bagian tertentu.

Mengenai pandangan Heidegger tentang hermeneutik, hal itu dijabarkan pada bagian berikutnya. Tulisan ini memang tidak semuanya menjabarkan pemikiran tokoh hermeneutik secara keseluruhan.

Heidegger: Fenomenologi bersifat Hermeneutik

Membicarakan fenomenologi tentunya tidak dapat diabaikan begitusaja nama Edmund Hussrel. Baginya, fenomenologi merupakan pemunculan atau penampakan dari suatu peristiwa itu sendiri. Lebih jelasnya, fenomena diterima manusia bukan dari pemikiran manusia, tetapi fenomenalah yang memberikan pada manusia. Dalam permasalahan penggunaan bahasa, pengguna bahasa tidak memberikan kekuatan pada bahasa, tetapi kekuatan bahasa telah diberikan kepada pengguna bahasa tersebut.

Fenomenologi bermakna membiarkan sesuatu mewujudkan dirinya sendiri, memberikan kebebasan sesuatu peristiwa mengungkapkannya sendiri, tanpa kita memaksakan untuk memberikan kategori kepada sesuatu itu. 

Bagi Heidegger, fenomenologi pada dasarnya bersifat hermeneutis. Ia mengembalikan makna fenomenologi pada akar kata Yunani, yakni phainomenon atau phainesthai, dan logos. Heidegger mengatakan phainomenon berarti memperlihatkan dirinya sendiri, sesuatu yang termanifestasikan, sedangkan kata pha sama dengan kata Yunani pho>s, yang berarti cahaya atau terang benderang, sesuatu yang dapat dimanifestasikan, dapat terlihat. Logos menurut Heidegger merupakan sesuatu yang dipahami dalam pembicaraan. Logos juga merupakan fungsi untuk mengungkap sesuatu yang tersembunyi sehingga membiarkan sesuatu itu sebagai sesuatu yang terlihat. 

Dari permasalahan itu, fonomenologi pada dasarnya memiliki wujud yang mirip dengan hermeneutik. Hal itu pada dasarnya berkaitan dengan hermeneutik yang berusaha untuk membukakan sesuatu yang tersembunyi. Menurut Heidegger, makna fenomenologis adalah interpretasi, sehingga memiliki karakteristik hermeneutis.

Hermeneutik yang digagas Heidegger memang terkesan rumit. Akan tetapi, pada dasarnya hermeneutiknya merupakan teori pemahaman yang dimaknai secara ontologis, yakni kekuatan pemahaman dikembalikan kepada potensi keberadaan sesuatu itu sendiri. Oleh sebab itu, hermenetik yang digagas oleh Heidegger juga disebut pula sebagai hermeneutik-fenomenologis.

Bila kajian yang digunakan untuk membedah sebuah karya sastra adalah fenomenologi Heidegger, hal itu tidak dapat dilepaskan dari pandangan hermeneutik yang digagasnya. Hal itu disebabkan pemikiran filosofisnya dalam Being and Time sangat bernuansa hermeneutis. Heidegger memang berhutang budi kepada Husserl, tetapi keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Husserl memandang filsafat harus bersifat empiris yang kaku (kepastian dalam sains), sedangkan Heidegger memandang filsafat sebagai pemikiran historis, sebuah penemuan kreatif, dan suatu bentuk reinterpretasi. 

Dari sinilah, fenomenologi dan hermeneutik tidak lagi dipandang sebagai disiplin ilmu yang secara absolut terpisah. Bagi Heidegger, fenomenologi adalah hermeneutik dalam makna kata yang oerisinal yang menunjukkan persoalan interpretasi. Inilah mulainya ”persetubuhan” terjadi. 
Diposkan oleh HERU SUSANTO

Senin, 28 April 2008 di 03:45 | 
MULAINYA “PERSETUBUHAN”: SEBUAH KISAH NYATA

Oleh: Heru Susanto

Kisah nyata ini tampaknya memang harus saya ungkapkan dalam media yang cukup terbatas. Kisah ”persetubuhan” kali ini mulai teringat ketika salah satu mahasiswa mengajak saya dalam acara seminar proposal penelitian (skripsi). Salah satu proposal yang diajukan dalam seminar itu mengkaji salah satu kumpulan cerita pendek karya Gus Mus. Kajian yang digunakan untuk membedah cerpen tersebut ialah fenomenologi. Sekali lagi, kisah yang tertulis dalam tulisan ini merupakan kisah nyata yang sejauh ini masih dalam ingatan saya.

Yang menarik dari penelitian itu terlihat ketika penyaji mengungkapkan gagasannya mengenai fenomenologi yang juga didukung dengan kajian hermeneutik. Penyaji mengungkapkan bahwa untuk menggunakan kajian fenomenologi yang sarat dengan pandangan folosofis Hussrel, kajian tersebut juga didukung dengan pandangan hermeneutik. Penelitian ini secara umum memang menggunakan dua kajian yang berbeda, yakni kajian filosofis fenomenologi dan hermeneutik. 
Karena meletakkan dua pandangan yang terkesan berbeda, tidak heran ada salah satu peserta dalam seminar tersebut yang menegaskan untuk menggunakan salah satu dari kedua kajian itu. Sebenarnya, untuk menjawab permasalahan yang diajukan oleh salah satu peserta tersebut, perlu adanya penjabaran yang komprehensif mengenai fenomenologi dan hermeneutik. Hal itu disebabkan penelitian yang diajukan oleh penyaji lebih menggunakan konsep fenomenologi yang dikembangkan oleh Heidegger. Ketika kajian fenomenologi melibatkan nama besar filosof eksistensialis, Heidegger, kajian fenomenologi tersebut tampaknya memang harus bersinggungan dengan pandangan hermeneutik yang digagasnya.

Tulisan ini bukan untuk menjawab pertanyaan peserta seminar secara komprehensif, tetapi lebih mengarah pada diskusi lebih lanjut mengenai pemahaman awal tentang fenomenologi dan hermeneutika yang muncul bersamaan.

Hermeneutik

Hermeneutik pada dasarnya merupakan kajian interpretasi (penafsiran) terhadap teks yang pada awalnya lebih diidentikkan sebagai kajian teologi untuk mendekati bibel dan kajian filologi. Dalam kajian filologis, Friedrich Ast dan Frederich August Wolf merupakan dua tokoh yang sangat berpengaruh. Friedrich Ast berpandangan bahwa hermeneutik merupakan teori yang membangkitkan makna geistige (spirit) teks yang sangat bermanfaat bagi studi filologi untuk menangkap spirit antiquitas (zaman atau barang-barang purbakala), sehingga dapat diterima dengan jelas. Bagi Friedrich August Wolf , hermeneutik merupakan kaidah-kaidah untuk menangkap pemikiran yang terdapat dalam teks yang sesuai dengan apa yang dimaksud oleh pengarang. Dalam hal ini, hermeneutik lebih dipandang sebagai kaidah interpretasi dialog dengan pengarang. Kedua tokoh tersebut merupakan landasan pijak untuk lebih mengembangkan kajian hermeneutik oleh tokoh sesudahnya..

Schleiermacher lebih memandang hermeneutik sebagai ilmu pemahaman. Pemahaman merupakan hal yang paling awal untuk mendekati sebuah teks. Pada dasarnya pemahaman ini merupakan jembatan pembuka dialog antara pembaca dengan pengarang yang tidak sekadar didasarkan pada level linguistik. Ia memberikan dua langkah untuk melakukan pemahaman, yakni memahami bahasa dan psikologis. Pada taraf umum, pemahaman difokuskan pada gramatikal, sedangkan pemahaman psikologis lebih mengacu pada bagaimana individualitas pengarang. Wilayah psikologis ini dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang sesuai dengan pengarang.

Lama-kelamaan, hermeneutik mengalami perkembangan sebagai ilmu yang lebih luas mengkaji tentang ilmu-ilmu kemanusiaan (Geisteswissenschaften). Yang termasuk dalam Geisteswissenschaften ialah semua disiplin yang menafsirkan espresi-ekspresi ”kehidupan batin manusia”, baik dalam bentuk ekspresi isyarat (sikap), perilaku historis, kodifikasi hukum, karya seni dan sastra. Dilthey ialah salah satu pemikir yang meletakkan hermeneutik sebagai fondasi Geisteswissenschaften. Ia menegaskan landasan utama hermeneutik adalah makna. Makna inilah yang dijadikan wujud pencarian pemahaman hermeneutik. Dilthey meyakini bahwa manusia ialah makhluk historis. Konsep historislah yang menjadi pandangan utamanya. Oleh sebab itu, makna pun juga tidak dapat dilepaskan dari konteksnya atau bersifat historis. Makna tidak pernah terlepas dari keseluruhan bagian-bagian yang terlihat dari sudut pandang tertentu, saat tertentu, dan bagian-bagian tertentu.

Mengenai pandangan Heidegger tentang hermeneutik, hal itu dijabarkan pada bagian berikutnya. Tulisan ini memang tidak semuanya menjabarkan pemikiran tokoh hermeneutik secara keseluruhan.

Heidegger: Fenomenologi bersifat Hermeneutik

Membicarakan fenomenologi tentunya tidak dapat diabaikan begitusaja nama Edmund Hussrel. Baginya, fenomenologi merupakan pemunculan atau penampakan dari suatu peristiwa itu sendiri. Lebih jelasnya, fenomena diterima manusia bukan dari pemikiran manusia, tetapi fenomenalah yang memberikan pada manusia. Dalam permasalahan penggunaan bahasa, pengguna bahasa tidak memberikan kekuatan pada bahasa, tetapi kekuatan bahasa telah diberikan kepada pengguna bahasa tersebut.

Fenomenologi bermakna membiarkan sesuatu mewujudkan dirinya sendiri, memberikan kebebasan sesuatu peristiwa mengungkapkannya sendiri, tanpa kita memaksakan untuk memberikan kategori kepada sesuatu itu. 

Bagi Heidegger, fenomenologi pada dasarnya bersifat hermeneutis. Ia mengembalikan makna fenomenologi pada akar kata Yunani, yakni phainomenon atau phainesthai, dan logos. Heidegger mengatakan phainomenon berarti memperlihatkan dirinya sendiri, sesuatu yang termanifestasikan, sedangkan kata pha sama dengan kata Yunani pho>s, yang berarti cahaya atau terang benderang, sesuatu yang dapat dimanifestasikan, dapat terlihat. Logos menurut Heidegger merupakan sesuatu yang dipahami dalam pembicaraan. Logos juga merupakan fungsi untuk mengungkap sesuatu yang tersembunyi sehingga membiarkan sesuatu itu sebagai sesuatu yang terlihat. 

Dari permasalahan itu, fonomenologi pada dasarnya memiliki wujud yang mirip dengan hermeneutik. Hal itu pada dasarnya berkaitan dengan hermeneutik yang berusaha untuk membukakan sesuatu yang tersembunyi. Menurut Heidegger, makna fenomenologis adalah interpretasi, sehingga memiliki karakteristik hermeneutis.

Hermeneutik yang digagas Heidegger memang terkesan rumit. Akan tetapi, pada dasarnya hermeneutiknya merupakan teori pemahaman yang dimaknai secara ontologis, yakni kekuatan pemahaman dikembalikan kepada potensi keberadaan sesuatu itu sendiri. Oleh sebab itu, hermenetik yang digagas oleh Heidegger juga disebut pula sebagai hermeneutik-fenomenologis.

Bila kajian yang digunakan untuk membedah sebuah karya sastra adalah fenomenologi Heidegger, hal itu tidak dapat dilepaskan dari pandangan hermeneutik yang digagasnya. Hal itu disebabkan pemikiran filosofisnya dalam Being and Time sangat bernuansa hermeneutis. Heidegger memang berhutang budi kepada Husserl, tetapi keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Husserl memandang filsafat harus bersifat empiris yang kaku (kepastian dalam sains), sedangkan Heidegger memandang filsafat sebagai pemikiran historis, sebuah penemuan kreatif, dan suatu bentuk reinterpretasi. 

Dari sinilah, fenomenologi dan hermeneutik tidak lagi dipandang sebagai disiplin ilmu yang secara absolut terpisah. Bagi Heidegger, fenomenologi adalah hermeneutik dalam makna kata yang oerisinal yang menunjukkan persoalan interpretasi. Inilah mulainya ”persetubuhan” terjadi. 
Diposkan oleh HERU SUSANTO

Jenazah Munti Dibawa Estafet Tangan

Jenazah Munti Dibawa Estafet Tangan
 
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Langkanya lapangan kerja di dalam negeri dan dominannya struktur tenaga kerja tak terdidik membuat Indonesia masih mengandalkan TKW sebagai sumber devisa penting
Artikel Terkait: 
Jenazah Belum Jelas, Keluarga Munti Bingung
TKW yang Disiksa di Malaysia Akhirnya Meninggal
Mennakertrans Akan Tuntut Majikan Munti
TKW di Malaysia Dibotaki dan Tidur di WC
Sabtu, 31 Oktober 2009 | 19:24 WIB

JEMBER, KOMPAS.com - Kedatangan jenazah TKW Munti binti Bani (47) di Dusun Pondok Jeruk Barat, Desa Wringin Agung, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu (31/10) petang, disambut isak tangis keluarga almarhumah yang sudah menunggu lama di rumah duka.
   
Jenazah Munti tiba di rumah duka sekitar pukul 16:30 WIB, namun perjalanan ambulans menuju rumah duka mengalami kesulitan karena sepanjang jalan menuju rumah duka banyak warga yang ingin melihat lebih dekat jenazah almarhumah. 
   
Perwakilan keluarga Munti, Digdoyo, mengatakan, keluarga sudah menunggu terlalu lama pemulangan jenazah, bahkan ratusan warga di sekitar desa juga memadati rumah duka. "Peti jenazah akhirnya diangkat dan dibawa secara estafet melalui tangan warga satu ke tangan warga lainnya hingga rumah duka," kata pria yang akrab disapa Yoyok itu.
   
Sejak terdengar ambulans yang membawa jenazah Munti menuju rumah duka, keluarga sudah menangis histeris atas meninggalnya TKW yang sudah bekerja selama enam tahun di Malaysia tersebut.
   
Salah satu anak almarhumah Munti sempat pingsan ketika peti jenazah dibuka di rumah duka karena menahan sedih yang sangat mendalam. "Anak almarhumah sempat pingsan ketika peti jenazah dibuka beberapa menit, seluruh keluarga menyaksikan hal itu," katanya.
   
Setelah tiba di rumah duka, jenazah dishalatkan di masjid terdekat oleh seluruh keluarga dan warga yang hadir. "Kami segera memakamkan jenazah almarhumah di tempat pemakaman umum (TPU) Dusun Pondok Jeruk Barat, sekitar 200 meter dari rumah duka," ujarnya.
   
Perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur, beberapa perwakilan dari Kementrian yang terkait dengan persoalan TKW, dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Timur juga tampak dalam rombongan jenazah Muntik. "Kami berharap seluruh hak-hak TKW Muntik bisa diterima keluarga, termasuk gaji yang belum dibayar majikan Munti," kata Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Jawa Timur, Muhammad Cholily yang juga menyambut kedatangan jenazah Munti di rumah duka.
   
Seluruh pejabat di instansi terkait yang memproses hak Munti, lanjut dia, harus menyampaikan kepada keluarga almarhumah Munti dengan jelas dan transparan terkait dengan hak-hak yang diterima almarhum selama menjadi TKW di Malaysia.

MAU KIRIM NASKAH? ke Serambi aja!

MAU KIRIM NASKAH?

Serambi adalah penerbit buku-buku untuk konsumsi umum. Kami mencari buku-buku yang bersemangat inklusif, cerdas, berwawasan luas, profesional, berbudaya, humanis, dan religius. Kami menghindari penerbitan naskah yang mendorong semangat fanatik sempit, picik, antirefleksi, dan antipembelajaran (lihat juga visi dan misi Serambi di http://www.serambi.co.id/modules.php?name=About) 

I. Naskah Fiksi
Lini Gita Cerita Utama (GCU) menerbitkan karya fiksi dari dalam maupun luar negeri. 

Gita Cerita Utama - Fiksi Dunia: Potret Seribu Warna Kehidupan Manusia 
Berbeda dengan penerbit-penerbit lain yang kebanyakan hanya mengimpor buku-buku berbahasa Inggris, lini Serambi GCU Fiksi Dunia mempersembahkan karya-karya fiksi terbaik dari berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. 

Digarap dengan serius dan bertanggung jawab, serta sebisa mungkin diterjemahkan dari bahasa aslinya, novel-novel ini membuat Anda mengintip kehidupan di berbagai komunitas dengan cita rasa budaya yang tak terbayangkan sebelumnya—dari Turki sampai Australia, dari Libanon sampai Jerman. Pembaca akan larut dalam rumitnya problema manusia di mana pun berada, uniknya kebiasaan-kebiasaan di berbagai tempat, namun menyadari adanya benang yang menghubungkan kita semua.
Dengan kalimat-kalimat yang indah, orisinil, dan bebas klise, pembaca akan tergugah seolah ia belum pernah digugah—dan mungkin saja, bisa lahir dalam dirinya, sebuah pemikiran atau perasaan yang sama sekali baru. Dengan menyadari pentingnya seni penulisan bagi kehidupan manusia, kami pun berdedikasi untuk menyuguhkan karya-karya yang melapangkan hati dan mendorong pembaca untuk merenungkan ulang makna dunia, keberadaan, dan arti dari menjadi manusia.

Di sublini ini, kami telah menerbitkan Namaku Merah Kirmizi oleh Orhan Pamuk (Turki), Cinta oleh Toni Morrison (A.S.), Samarkand oleh Amin Maalouf (Libanon), Ali dan Nino oleh Kurban Said (Jerman), The Things They Carried oleh Tim O’Brien (A.S.), A Father’s Affair oleh Karel Glastra van Loon (Belanda), The True History of the Kelly Gang oleh Peter Carey (Australia), dan masih banyak lagi.

Gita Cerita Utama - Fiksi Umum: Yang Terbaik dan Terpopuler
menghidangkan karya-karya yang menghibur dengan berbagai warna dan cita rasa. Kami menerbitkan yang terbaik di genre thriller/suspense/detektif (Kode Da Vinci, Malaikat dan Iblis, Benteng Digital, dan Titik Muslihat oleh Dan Brown, Rule of Four oleh Caldwell dan Thomason, Winter and Night karya SJ Rozan, Mangsa Maut oleh John Sandford, Void Moon karya Michael Connelly, Mystic River karya Dennis Lehane), kisah-kisah cinta (Dancing on the Edge oleh Han Nolan, Musim Hujan Kali Ini oleh Kalpatareu), humor/komedi, horor/gothic, fiksi sejarah (Pope Joan karya Donna Woolfolk Cross, Negara Kelima oleh Es Ito), fiksi-sains/fantasi (Trilogi Garth Nix, Sang Penandai oleh Tere-Liye), memoar, dan fiksi populer lainnya. Karena kami hanya menerbitkan yang terbaik dan yang terpopuler, banyak dari buku-buku kami telah menjadi bestseller no.1 versi New York Times, banyak yang telah atau akan difilmkan, dan banyak pula yang telah meraih penghargaan seperti Shamus dan Anthony Award, Gold Dagger Award untuk novel detektif terbaik, Edgar Award, Creasey Award, Macavity Award, dan Prix du Roman d’Aventure, dll. Apik dan tidak picisan, menegangkan, mengharukan, dan menghibur—setiap buku baru keluaran lini Serambi Gita Cerita Utama: Fiksi Umum akan dinanti-nanti setiap pembaca setia di tiap genre.

Jika Anda mempunyai naskah novel orisinal (bukan karya terjemahan) yang cocok untuk Serambi, mohon kirimkan 
satu kopi naskah 
sinopsis (tidak lebih dari satu halaman)
biografi ringkas penulis, termasuk biodata, riwayat pendidikan, dan karya yang telah diterbitkan

Jika Anda ingin menerjemahkan sebuah novel asing untuk Serambi atau jika Anda memiliki sebuah naskah terjemahan, mohon kirimkan 
sinopsis novel asing tersebut menurut Anda (tidak lebih dari satu halaman)
biografi ringkas penulis asli
biografi ringkas penerjemah, termasuk biodata, riwayat pendidikan, dan karya yang telah diterbitkan
satu atau dua bab contoh naskah terjemahan berikut teks aslinya (untuk kami nilai kualitas terjemahannya)

*****

II. Naskah Nonfiksi 
Selama ini Serambi memang lebih banyak menerbitkan karya terjemahan, namun kami sangat mendorong para penulis dan peneliti dalam negeri untuk mengirimkan karya ke Serambi. Kami juga akan menyambut dengan sukacita para penulis dan peneliti asing yang ingin menerbitkan karya mereka dalam bahasa Indonesia dan membuat karya mereka tersedia di Indonesia.

Serambi menerbitkan buku nonfiksi di bidang-bidang berikut:

Gemala Ilmu dan Hikmah Islam (GIHI) : Berislam dengan Akal dan Hati
merupakan salah satu lini produk penerbit Serambi yang menyajikan informasi dan ulasan kontemporer seputar Islam, baik dalam konsep maupun aksi. Kata kunci yang menggambarkan ruh lini ini adalah dinamis dan progresif. Jadi, tak hanya menginformasikan dan mengulas Islam atau Muslimin, tapi juga menjawab tantangan-tantangan perubahan dengan semangat kemajuan. 

Dengan perencanaan matang, seleksi ketat, dan penggarapan naskah yang serius, lini ini diharapkan maksimal dalam menyajikan khazanah pengetahuan Islam, juga dalam membentangkan hikmah-hikmah pemicu amal saleh, peneguh iman, dan pelestari akhlak terpuji. 

Buku-buku yang sudah kami terbitkan di lini ini antara lain: Selamatkan Islam dari Muslim Puritan oleh Khaled M. Abou El Fadl, Pemikiran Politik Islam: dari Masa Nabi hingga Masa Kini karya Antony Black, History of the Arabs karya Philip K. Hitti, Perang Suci: Dari Perang Salib Hingga Perang Teluk karya Karen Armstrong, Perang Salib:Sudut Pandang Islam karya Carole Hillenbrand, Cita Humanisme Islam oleh George A. Makdisi, Quran Menurut Perempuan karya Amina Wadud, Tuhan yang Menentramkan karya Purwanto Abd Al-Gaffar, Islam dan Pluralisme karya Jalaluddin Rakhmat, Memahami Semangat Zaman karya Aidh al-Qarni, Perbankan Syariah karya Latifa M. Algauod dan Marvyn K. Lewis, Aku Beriman, maka Aku Bertanya dan Aku Menggugat, maka Aku Kian Beriman karya Jeffrey Lang, Segarkan Imanmu dengan Ibadah Berpikir karya Amru Muhammad Khalid dan Imam al-Ghazali, Blessing in Disguise karya Khalid Umar al-Disuqi, Pencerah Matahati karya Syekh Muzaffer Ozak, Tuhan, Rengkuh Aku dalam Petunjuk-Mu karya Muhammad Husayn Ya’qub, Muhammad karya Martin Lings, Ibrahim karya Jerald F. Dirk, Sunan Kalijaga, Syekh Siti Jenar, Al-Fatihah, Annas, dan Rahasia 10 Malam karya Achmad Chodjim.

Pustaka Islam Klasik (PIK): Buka Hati dengan Serambi
adalah salah satu lini produk penerbit Serambi yang mempersembahkan buku-buku karya ulama dari abad I hingga XII Hijriah, demi menyambungkan tradisi pemikiran Islam antara klasik dan modern yang cenderung terputus. 

Ditopang oleh tenaga redaksional yang andal di bidangnya sehingga menghasilkan terjemahan yang dapat dipercaya, lini ini diharapkan dapat membantu pembaca kontemporer mengakses langsung puncak-puncak pemikiran ulama pelopor—fakih, muhaddis, mufasir, dan sufi—merasakan vibrasi wacananya yang kaya dan mendalam, serta menikmati gaya tuturnya yang khas dan menggugah. 
Khazanah Islam klasik acap disebut “buku yang tak kunjung tamat”—karya yang tak cukup dibaca sekali dan terus saja menginspirasi pembacanya. Koleksi dan bacalah, insya Allah, Anda akan bergumam: “Bila buku demikian bermutu ... tak ada yang lama atau yang baru ... semuanya layak diburu.”

Di antara warisan kearifan Islam yang telah kami terbitkan antara lain Mata Air Kearifan, Rahasia Perumpamaan dalam Quran dan Sunah karya Al-Hakim al-Tirmidzi, Mengapa Harus Berserah dan Al Hikam karya Ibn’ Atha’illah, Pendar Kearifan karya Syekh ‘Abd al-Qadir al-Jaylani, Baik & Buruk dan Jangan Biarkan Penyakit Hati Bersemi karya Ibn Taymiyyah, Bijak dan Bahagia karya Ibn Hazm al-Andalusi, dll. 

Risalah Ilmu dan Falsafah (RIF): Tahu dan Peduli
menyajikan karya-karya di bidang humaniora, sains, filsafat, dan investigasi jurnalistik yang menyajikan terobosan, menggugah kesadaran, dan membuat pembaca memandang berbagai isu dengan cara yang baru. Jika Anda ingin membuka mata Anda terhadap hal-hal baru, jika Anda peduli akan isu-isu yang penting bagi kehidupan kita dan dunia kita, burulah buku-buku RIF Serambi.

Ditujukan untuk mengakrabkan tema-tema penting seputar sains dan ilmu sosial pada pembaca umum, buku-buku di lini ini disajikan dengan gaya penulisan yang menarik perhatian dan mudah dicerna. Namun bukan berarti buku-buku kami dangkal atau mengundang kontroversi murahan.

Sebaliknya, buku-buku dalam lini ini adalah buah dari riset yang menyeluruh, sehingga memudahkan pembaca untuk melihat asal-muasal sebuah masalah dan bagaimana perkembangannya seraya waktu bergulir. Penulis-penulisnya pun amat berdedikasi pada bidangnya dan seringkali terjun langsung ke lapangan, sehingga pembaca pun memperoleh informasi yang rinci dan hidup, seolah-olah pembaca diterjunkan langsung ke tengah-tengah tema yang diangkatnya. Penulis-penulis lainnya berasal dari kalangan profesional yang telah lama berkecimpung di bidang mereka, sehingga mereka dapat menuturkan dengan sudut pandang pribadi, seperti apa rasanya bergelut di bidang itu dari hari ke hari. Selesai membaca, pembaca akan memandang dunia dengan berbeda dan sarat akan pengetahuan akan bagaimana mengambil sikap terhadap sebuah masalah tertentu.

Sebelumnya kami telah menerbitkan Krakatau karya Simon Winchester, Abrahamic Faiths karya Jerald F. Dirks, Komplikasi karya Atul Gawande, dan Mapping Human History karya Steve Olson, dan Genetic Gods oleh John C. Avise.

RIF Teks Primer Klasik: Wacana Pemikiran Abadi untuk Semua
menghaturkan karya-karya pemikir-pemikir agung dari berbagai negara di bidang filsafat, ilmu sosial, dan sejarah intelektualitas. Amatlah penting bagi pembaca Indonesia untuk memperoleh akses serta membaca, merenungkan, dan memperdebatkan ide-ide yang telah membentuk dunia selama berabad-abad lamanya. Serambi berkomitmen untuk menyediakan karya-karya ini.

Diterjemahkan dan digarap oleh para ahli di bidangnya, dan diedarkan dengan harga terjangkau, Serambi RIF Teks Primer Klasik akan memberikan akses yang demokratis ke dalam puncak-puncak pemikiran Barat dan Timur, klasik dan modern, yang terus saja relevan di segala zaman.

Taktis untuk Bisnis (TUB): For the Difference Makers
adalah lini Serambi yang tersohor di bidang manajemen, bisnis, keuangan, ekonomi, dan kepemimpinan organisasi. Berbeda dengan yang lain, buku-buku kami memuat saran-saran praktis sekaligus landasan pemikiran di balik tips-tips tersebut. Ditujukan bagi para eksekutif yang peduli karier dan ingin membuat perubahan, baik dalam perusahaannya maupun di masyarakat luas.

Judul-judul yang telah kami terbitkan di antaranya Blue Ocean Strategy oleh W. Chan Kim dan Renee Maubourgne, 90 Hari Pertama oleh Michael Watkins, The 11th Element oleh Robert Scheinfield, The Medici Effect oleh Frans Johanson, dan Lightning Innovation Strategy oleh David Minter dan Michael Reid. 

Nafiri Negeri (NN)
menghadirkan berbagai wacana tentang keindonesiaan, termasuk sejarah, budaya, tokoh, dan sastra dengan perspektif yang lengkap dan ditujukan bagi pembaca umum. Buku-buku di lini ini akan mengungkap riset terkini tentang Indonesia, atau aspek-aspek yang selama ini kurang diketahui khalayak luas. Serambi memulai lini ini dengan menerbitkan Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 oleh M.C. Ricklefs, dan kami sangat menyambut naskah-naskah yang bisa mengembangkan lini ini. 

Bentara Harmoni Keluarga (BHK) 
menawarkan wacana sekaligus kiat-kiat praktis seputar persoalan rumah tangga dan pengasuhan anak, terutama di bidang-bidang sebagai berikut: (1) problema pernikahan; (2) kehamilan dan pengasuhan bayi(The Baby Book oleh William Sears dan Martha Sears dan Tak Ada Lagi Tangis oleh Elizabeth Pantley); (3) seputar masalah membesarkan anak (Stop Bullying: Resep Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah sampai SMU karya Barbara Coloroso, The Wonder of Boys karya Michael Gurian,dan Enneagram of Parenting oleh Elizabeth Wagele), (4) hubungan anak-orangtua; (5) pendidikan alternatif (Summerhill School karya A.S. Neill, Waldorf Education karya Jack Petrash); dan (6) pengasuhan anak-anak dengan kebutuhan yang spesial. 

Cerdas Jiwa Sehat Raga (CJSR) 
menghadirkan pemikiran-pemikiran yang out of the box di bidang pengembangan diri/kepribadian, kesehatan, spiritualitas, terutama tentang kebahagiaan (Art of Happiness oleh Khalil A. Khavari), kiat-kiat kebugaraan tubuh, keseimbangan nutrisi (Perricone Perscription), kestabilan emosi (Mengelola Kemarahan), penyembuhan (The Extraordinary Healing Power of Ordinary Things), dan hubungan interpersonal yang harmonis. Unik dari buku-buku lain yang ada di pasaan, kami menawarkan saran-saran praktis berikut landasan pemikiran di balik saran-saran tersebut. 

Jika Anda memiliki naskah yang cocok untuk Serambi atau ingin mengajukan proposal untuk menerbitkan buku bersama Serambi, mohon kirimkan:
deskripsi tentang isi buku secara padat dan representatif meliputi aspek-aspek berikut: tema, perspektif, konstruksi gagasan, dan sistematika pembahasannya
daftar isi dan perkiraan tebal naskah
satu kopi naskah atau, jika belum, rangkum satu atau dua bab contoh (terutama pengantar, pendahuluan, dan penutup)
biografi ringkas penulis, termasuk kualifikasi penulis dalam menulis tema yang dipilihnya, riwayat pendidikan, penghargaaan-penghargaan, dan daftar karya-karya yang telah dihasilkan dan diterbitkan
deskripsi jaringan pembeli dan strategi publikasi yang Anda punyai sebagai penulis berikut persentase daya serapnya terhadap oplah buku.

jika naskah tersebut adalah terjemahan, sertakan juga:
o biografi singkat penulis asli, berikut kualifikasinya
o satu atau dua bab contoh terjemahan dan teks aslinya (untuk kami nilai kualitas terjemahannya)

Alamatkan naskah Anda ke
PT Serambi Ilmu Semesta
attn Acquisition Editor 
Jl. Kemang Timur Raya no. 16 
Jakarta 12730, 
Telepon: 62.21.719.9621 ext 112. 
Naskah Anda akan kami putuskan selambat-lambatnya satu bulan setelah kami terima. Mengingat banyaknya tawaran naskah, kami hanya menjawab tawaran naskah yang sesuai dengan kriteria "layak terbit" kami. Bila setelah satu bulan Anda belum mendapat jawaban dari kami, kami mempersilakan Anda menawarkan naskah tersebut ke penerbit lain. 
Mengingat banyaknya naskah masuk, kami tidak menyediakan layanan pengiriman balik naskah kecuali yang disertai perangko secukupnya. Atau, Anda dapat mengambil sendiri ke kantor kami.

permohonan maaf

Maaf kalau isi Blog saya kalau kurang memadai, karena memang hanya mengkopi dari media yang lainya, bukan tulisan saya sendiri tentang suatu peristiwa. tapi mohon doanya yah! sekarang saya serius menulis cerpen-cerpen yang ide ceritanya sudah lama tersimpan di kepala saya. semoga saja hasil akhirnya sesuai dengan harapan saya.  


 
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri saat memberikan keterangan kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (30/10). Dalam kesempatan itu Kapolri menjelaskan dan menegaskan bahwa Polri tidak melakukan kriminalisasi dan pengkerdilan KPK.
Artikel Terkait: 
Presiden Diminta Bentuk Tim Koneksitas Usut Kasus Bibit-Chandra
Gus Dur: KPK Harus Berani
ICW: Sita Rekaman Penyadapan, Polisi Kalap
SBY: Polisi, Bertindaklah Profesional, Adil, dan Obyektif
Polri: Hak Kami Menahan
Sabtu, 31 Oktober 2009 | 22:49 WIB

MALANG, KOMPAS.com - Penjelasan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri tentang proses hukum dan penahanan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif, Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto menunjukkan ketidakpahaman polisi atas hukum. Yang sebenarnya terjadi, polisi termasuk Kapolri dalam keadaan tertekan, mungkin oleh kekuatan politik di luar dirinya, agar menghalangi kerja KPK.

Demikian penjelasan diantara para pengajar hak asasi manusia (HAM) dan hukum tata negara dari Fakultas Hukum dari tujuh perguruan tinggi yang sedang menyelenggarakan pertemuan di kampus Universitas Brawijaya, Malang, Sabtu (31/10). "Pernyataan yang disampaikan Kapolri bahwa menahan adalah hak, sebagaimana dikutip media cetak keesokan harinya. Padahal yang benar menahan adalah wewenang. Beda hak dan wewenang, karena wewenang melekat dalam jabatan dan hak adalah milik pribadi," kata Herlambang Perdana, dari FH Universitas Airlangga, Surabaya.

Bukan hanya soal ucapan, tindakan hukum yang dilakukan Polri dengan menahan yang disebutkan oleh Kapolri karena alasan Bibit Samad dan Chandra Hamzah dianggap membuat siaran-siaran pers adalah tindakan hukum yang keliru. Sebab, kata Bambang Sugiono, dari FH Universitas Cendrawasih, memberi pernyataan pers adalah ekspresi kebebasan berpendapat yang dilindungi oleh konstitusi.

"Warga negara tetap bebas berpendapat meski berstatus sebagai tersangka, bahkan terpidana. Ini menunjukkan Polri tidak memahami hak tersangka, dan mengacaukan pengertian hak dengan wewenang," kata Uli Parulian Sihombing, dari Indonesian Legal Resource Center, Jakarta.

Para pengajar HAM dari tujuh perguruan tinggi tersebut kemudian membuat pernyataan yang disiarkan untuk pers, yang mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak membiarkan kriminalisasi pimpinan KPK. Sebab pembiaran yang dilakukan presiden sama halnya dengan menjelaskan bahwa presiden tidak mampu memberantas