Stilistika
Oleh : Norief Warisman
Lewat bahasa, informasi untuk orang lain disampaikan. Maka dari itu dibutuhkan suatu penggayaan didalamnya agar tercipta suatu estetika di dalam bahasa itu sendiri. Kemudahan pemahaman akan tercapai jika dalam pemahaman bahasa yang digunakan untuk menyampaikan informasi tersebut telah mengalami keragaman didalamnya. Menurut Aminuddin (2004:72) menyatakan bahwa istilah gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan mengunakan media bahasa yang indah yang harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang menyentuh daya inteletual dan emosi pembaca. Pernyataan tersebut maksudnya ialah penggayaan bahasa merupakan suatu ekspresi seorang pengarang dalam mengeksploitasi bahasa sebagai bahan pembangun utama karyanya agar memiliki keindahan dan sarat nuansa makna yan harmonis sehingga enak saat dibaca. Sedang menurut Stanton (2007:61), gaya ialah cara pengarang dalam menggunakan bahasa, maksudnya yaitu gaya pengarang dalam mengolah bahasa yang digunakan untuk membangun karyanya. Selanjutnya stilistika menurut Sudjiman (1993:13) ialah style, yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa stilistika ialah suatu cara yang digunakan seorng pembicara atau penulis untuk mengungkapkan gagasannya dengan bahasa yang penuh ekspresi. Ketiga pendapa mengenai stilistika tersebut dapat disimpulkan bahwa stilistika ialah sutu cara yang digunakan pengarang untuk mengungkapkan idenya dengan bahasa yang indah sebagai medianya.
Gaya bahasa sesungguhnya terdapat dalam segala ragam bahasa: ragam lisan dan ragam tulis, ragam nonsastra dan ragam sastra, karena gaya bahasa ialah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu dan untuk maksud tertentu (Sobur, 2004:82). Maksud dari pernyataan itu ialah segala ragam bahasa pasti didalamnya tedapat unsur gaya bahasa. Berdasarkan cakupannya gaya bahasa memliki bagian yaitu diksi (pilihan kata), struktur kalimat, mjas dan citraan, pola rima, dan matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalamsebuah karya sastra (Sudjiman, 1993:13-14).
Berdasarkan batasan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, fokus penelitian ini ialah pada pilihan kata atau diksi dan majas. Maka penjelasan yang dilakukan selanjutnya hanya mengenai pilihan kata atau diksi dan majas saja. Hal ini dmaksudkan supaya penelitian ini mempunyai fokus pengkajian.
Diksi
ilihan kata atau diksi menurut Keraf (2006:22-23), bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa dan ungkapan. Maksudnya ialah pilihan kata atau diksi bukan hanya suatu kata-kata yang digunakan pengarang untuk menyatakan gagasannya, tetapi di dalam itu semua lebih menyangkut pada fraseologi, gaya bahasa yang digunakan serta ungkapan. Tidak banyak orang yang menyadari bahwa diksi atau plihan kata sesungguhnya sangat menentukan dalam penyampaian makna (Sudjiman, 1993:22). Maksudnya keterkaitan antara makna dan pilihan kata atau diksi sangat erat. Jika plihan kata yang digunakn tidak tepat maka makna yang ingin disampaikan akan sulit diterima karena adanya salah persepsi antara bacaan dan pembacanya. Selanjutnya sudjiman menuturkan kata, rangkaian kata dan pasangan kata yang dipilih dengan saksama dapat menimbulkan efek pada diri pembaca sesuai dengan apa yang dikehendaki pengarang.
Tujuan dari adanya pilihan kata ini untuk membuat bahasa yang digunakan menjadi indah, sebab bahasa ialah sebuah tanda yang digunakan manuia untuk menyampaikan maksudnya. Pilihan kata yang dimaksud tentunya bukan hanya mencari kemudian memasangkan kata yang puitis, tetapi pilihan kata itu meliputi proses pencarian, penyelesaian dan pemanfatan kata-kata tertentu yang dapat menimbulkan nlai estetika atau keindahan dalam arti luasdan sekaligus sarat makna serta efisen dan mampu merefleksi tema yang dijabarkan.
eraf (2006:24), memberikan tiga simpulan berkenaan tentang diksi atau pilihan kata. Pertama, diksi atau pilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikn suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat dan gaya mana yang paling baik sigunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi ialah kemampuan membedakan secara tepa nuansa-nuansa makna dari gasan yang ingin dsampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang ssuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Simpulan yang dinyatakan Keraf tersebut telah mewaili semua tentang seluk beluk pilhan kata atau diksi.
Kriteria Pemakaian Diksi atau Pilihan Kata
Pada dasarnya kata ialah suatu tanda untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasa, konsep, makna. Konsep itu berupa benda, gerak, sikap, keadaan, citarasa, perasaan dan banyak lagi (Dewabrata, 155-156). Maksudnya kata merupakan media penyampaian maksud. Dalam diksi atau pilihan kata, pemakaian kata untuk dirangkai menjadi sebuah kalimat tidak memiliki aturan khusus, terkecuali jika membuat kalimat gramatikal yang merupakan aturan paten dalam membuat kalimat. Tujuan dari diksi ialah memperindah dan memperjelas kalimat yang digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi.
Ketepatan dan Kesesuaian Diksi atau Pilihan kata
alimat bisa amat pendek terdiri dari sebuah kata saja, teapi juga bisa amat panjang terdiri dari beratus-ratus kata. Kalimat pendek biasanya mudah dipahami. Makin panjang sebuah kalimat, maka makin banyak umpukan konsepnya, tambah susah dipahami pesan utuhnya yang terkandung didalanya (Dewabrata, 2004:157). Pernyataan tersebut dapat dijabarkan bahwa kalimat yang panjan akan lebih sulit dipahami maknanya dari pada kalimat yang pendek. Jika pilihan kata yang digunakan tepat maka kalimat yang dihasilkan akan pendek dan tentunya juga makna atau maksud yang disampaikan akan mudah dipahami. Pemakaian kata yang tidak tepat seringkali menimbulkan distorsi pesan (Dewabrata, 2004:157).
Ketepatan pilihan kata menurut Keraf (2006:87), ialah mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dirasakan oleh penulis atau pembicara. Maksudnya ialah, dalam pemilihan kata yang akan digunakan sangat menanyakan apakah nanti kata yang digunakan tersebut dapat menimbukan mana yang sesuai dengan agasan yang ingin disampaikan. Keraf (2006:88-87), hal-hal yang harus diperhatikan agar bisa mencapai ketepatan pilihan kata yang akan digunakan, anara lain:
1) Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi, masudnya kata mana yang ingin digunakan untuk mencapai tingkat keemosionalan sesuai dengan gagasan. Jika menginginkan pembaca menebak-nebak makna maka gunakan kata yang bermana konotasi, dan begitu juga sebaliknya.
2) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim, maksudnya memilih kata-kata dengan tepat mana yang memiliki makna hampir sama, dan tentunya sesuai dengan gagasan yang dimaksud.
3) Membedakan kata-kata yang mirip dengan ejaannya. Artinya penulis harus bisa membedakan kata-kata yang dalam ejaannya ampir sama sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman makna.
4) Menghindari kata-kata ciptaan sendiri, maksudnya jangan menggunakan kata-kata ciptaan sendiri karena kata-kata tersebut tidak ada yang mengetahi maknanya, terkecuali dalam kalangan sendiri yang telah mempunyai kesepakatan tentang bahasa tersebut.
5) Waspada terhadap penggunaan akhiran asing, maksudnya supaya tidak terjadi interferensi terhadap bahasa Indonesia.
) Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.
7) Membedakan secara cermat kata umum dan kata khusus, maksudnya supaya pembaca tidak memikir dua kali dalam memahami makna. Kata khusus lebih tepat mengambarkan sesuatu daripada kata umum.
8) Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi yang khusus.
9) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
10) Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
Selanjutnya Keraf (2006:103-104), syarat-syarat kesesuian pilihan kata antara lain:
1) Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasi yang formal.
2) Membedakan secara cermat antara kata ilmiah dan kata popule, maksudnya pembacanya untuk kalangan apa, maka kata-kata yang digunakan harus sesuai dengan pemahaman bahasa pada kalangan tersebut.
3) Jangan menggunakan jargon karena hal tersebut dapat membuat rancu pemahaman, karena jargon merupakan bahasa yang bersifat rahasia.
4) Jangan menggunakan kata slang, karena kata slang termasuk kata-kata ciptaan sendiri.
5) Jangan menggunakan kata percakapan.
6) Hindarilah ungkapan-ungkapan yang sudah usang (idiom yang mati).
7) Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.
Gaya Bahasa atau Majas
uatu bahasa akan lebih indah dan menarik jika bahasa tersebut telah mengalami proses penggayaan didalamnya. Penggayaan bahasa yang dimaksud ialah dimana bahasa tersebut telah tercampur dengan unsur stilistika didalamnya khususnya majas atau gaya bahasa. Menurut Keraf (2006:113), majas atau gaya bahasa ialah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa supaya bahasa terlihat imajinatif. Maksudnya ialah majas merpakan salah satu cara pengarang dalam mengeksploitasi bahsa sehingga bahasa yang digunakan sebagai bahan pembangun karyanya tersebt menjadi menarik dan terlihat estetika kebahasaannya. Sedang menurut Aminuddin (2004:76-77), gaya bahasa ialah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya lewat media bahasa sehingga mewujudkan bahas yang indah dan harmonis. Maksudnya dengan penggunaan majas dalam bahas ayang digunakan akan memperindah bahasa tersebut. Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa majas merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang untuk memperindah bahasa yang digunakan untuk membangun karyanya.
Sumardjo dan Saini K.M (1986:92), gaya ialah pribadi pengarang itu sendiri. Maksudnya bentuk gaya bahasa yang digunakan pengarang merupakan bentuk asli jati dirinya, bagaiman sifat pengarang tersebut dapat diketahui saat dia mengolah suatu bahasa. Keterkaian pengarang dengan gaya bahasa memang sangat erat, karena kepribadian pengarang akan mempunyai pengaruh besar tehadap bentuk gaya bahasa yang akan digunakan nanti. Ada dua aliran yang terkenal berdasarkan teori gaya tersebut (Keraf, 2006:112).
1) Aliran Platonik, menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan; menurut mereka ada ungkapan yang memiliki style, ada juga yang tidak memiliki style.
2) Aliran Aristoteles, menganggap bahwa gaya ialah suatu kualitas yang inhern, yang ada dalam tiap ungkapan.
Dengan demikian, aliran Plato mengatakan bahwa ada karya yang memiliki gaya dan ada karya yang tidak memiliki gaya. Sebaiknya, aliran Aristoteles mengatakan bahwa semua karya memiliki gaya, tetapi ada karya yang memiliki gaya yang tinggi ada yang rendah, ada yang memiliki gaya yang kuat dan gaya yang lemah.
Jenis-jenis Gaya Bahasa
Keraf (2006:115) menjeniskan gaya bahasa berdasarkan dari berbagai sudut pandang.
1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
erdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Berdasarkan pilihan kata gaya bahasa dibagi menjadi:
1) Gaya bahasa resmi, ialah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang digunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara.
2) Gaya bahasa tak resmi, ialah yang digunakan dalam cakupan nuansa tidak resmi, dalam cakupan bahasa nonformal.
3) Gaya bahasa percakapan, ialah gaya bahasa yang digunakan dalam kata-kata populer dan percakapan.
2. Gaya bahasa berdasarkan nada
aya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana.
1) Gaya sederhana ialah gaya yang biasanya cocok untuk memberi instruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan dan sejenisnya.
2) Gaya mulia dan bertenaga ialah gaya yang penuh dengan vitalitas dan enersi dan biasanya digunakan untuk menggerakkan sesuatu.
3) Gaya menengah ialah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana senang dan damai.
3. gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk meciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini ialah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar