Kamis, 26 Maret 2009

Elpiji Bakal Murah Kalau LNG Tidak Impor

 
KOMPAS/RIZA FATHONI
Pekeja mengisi tabung elpiji 12 kilogram di stasiun pengisian dan penimbunan bulk elpiji di kawasan Tanjung Barat, Jakarta, Rabu (25/2). PT Pertamina (Persero) berencana mengimpor 800.000 ton elpiji pada tahun ini. Jumlah ini mencapai 50 persen dari kebutuhan yang mencapai 1,6 juta ton dalam setahun. 
/
Artikel Terkait: 
Selama Pemilu, Pertamina Janji Harga Elpiji Tidak Berubah
Pertamina Jajaki Badak
Pertamina Dukung Tata Niaga Elpiji 12 Kg
Pertamina Percepat Pembangunan SPBBE
Konversi Gas Ditargetkan Hemat Rp 20 Triliun
 
 
Jumat, 27 Maret 2009 | 08:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Pertamina (Persero) berharap pemerintah memberikan izin membeli kelebihan produksi LNG Bontang untuk dikonversi menjadi elpiji. Pasalnya, biaya untuk memenuhi permintaan elpiji tahun ini bisa lebih murah dengan melakukan pengadaan dari dalam negeri ketimbang harus melakukan impor.

Menurut Vice President Gas Domestik Pertamina Wahyudin Akbar, perseroan dapat menghemat ongkos angkut sebesar 68 dollar AS per metrik ton (MT) kalau bisa memenuhi permintaan elpiji dari dalam negeri. "Kalau ambil LNG dari dalam negeri untuk kebutuhan elpiji harusnya lebih murah karena tidak ada ongkos angkut sekitar 68 dollar AS per MT," kata Wahyudin, Rabu (25/3).

Dengan meniadakan ongkos angkut sebesar itu, maka secara total perseroan bisa berhemat 16,3 juta dollar AS kalau membeli 6 kargo kelebihan produksi LNG Bontang, dengan asumsi 6 kargo setara dengan 240.000 MT. "Kemungkinan ada kelebihan 6 kargo. Saya sih siap saja nampung untuk diubah menjadi elpiji," imbuhnya.

Ditambahkan Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Achmad Faisal, LNG asal Kilang Bontang diharapkan bisa mengurangi rencana impor elpiji Pertamina.

Menurut Faisal, sepanjang tahun ini Pertamina berencana mengimpor elpiji 953.029 MT untuk melengkapi kebutuhan elpiji sebanyak 3,056 juta MT. Sementara sisanya dipenuhi dari Pertamina Pengolahan sebesar 952.740 MT, Pertamina Hulu 47.000 MT, kilang swasta 48.000 MT, KKKS Pressurized 155.282 MT, dan KKKS Refrigerated 900.000 MT.

"Untuk impor kita sudah terikat kontrak 800.000 ton dengan Petredec sehingga sisanya harus diambil dari sumber lain, salah satu pilihannya dari Bontang," kata Faisal.

Namun, Pertamina tampaknya harus bersabar menanti kepastian apakah mereka bisa menyerap kelebihan produksi Bontang. Menurut Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Raden Priyono, instansinya baru merapatkan alokasi kelebihan produksi Bontang tersebut pada Jumat pekan ini.

Tiga alternatif penjualan LNG Bontang akibat Jepang, Taiwan, dan Korea membatalkan pembelian 18 kargo adalah mengalokasikannya untuk kebutuhan pabrik pupuk PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), menjualnya ke Pertamina untuk dikonversi menjadi elpiji, serta menggantikan jatah pengiriman pertama LNG Tangguh ke pembeli Fujian, China. "Kita baru merapatkan Jumat ini, setelah itu baru bisa diketahui alokasinya," kata Priyono. (Gentur Putro Jati/Kontan

Elpiji Bakal Murah Kalau LNG Tidak Impor


Elpiji Bakal Murah Kalau LNG Tidak Impor 
 
KOMPAS/RIZA FATHONI
Pekeja mengisi tabung elpiji 12 kilogram di stasiun pengisian dan penimbunan bulk elpiji di kawasan Tanjung Barat, Jakarta, Rabu (25/2). PT Pertamina (Persero) berencana mengimpor 800.000 ton elpiji pada tahun ini. Jumlah ini mencapai 50 persen dari kebutuhan yang mencapai 1,6 juta ton dalam setahun. 
/
Artikel Terkait: 
Selama Pemilu, Pertamina Janji Harga Elpiji Tidak Berubah
Pertamina Jajaki Badak
Pertamina Dukung Tata Niaga Elpiji 12 Kg
Pertamina Percepat Pembangunan SPBBE
Konversi Gas Ditargetkan Hemat Rp 20 Triliun
 
 
Jumat, 27 Maret 2009 | 08:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Pertamina (Persero) berharap pemerintah memberikan izin membeli kelebihan produksi LNG Bontang untuk dikonversi menjadi elpiji. Pasalnya, biaya untuk memenuhi permintaan elpiji tahun ini bisa lebih murah dengan melakukan pengadaan dari dalam negeri ketimbang harus melakukan impor.

Menurut Vice President Gas Domestik Pertamina Wahyudin Akbar, perseroan dapat menghemat ongkos angkut sebesar 68 dollar AS per metrik ton (MT) kalau bisa memenuhi permintaan elpiji dari dalam negeri. "Kalau ambil LNG dari dalam negeri untuk kebutuhan elpiji harusnya lebih murah karena tidak ada ongkos angkut sekitar 68 dollar AS per MT," kata Wahyudin, Rabu (25/3).

Dengan meniadakan ongkos angkut sebesar itu, maka secara total perseroan bisa berhemat 16,3 juta dollar AS kalau membeli 6 kargo kelebihan produksi LNG Bontang, dengan asumsi 6 kargo setara dengan 240.000 MT. "Kemungkinan ada kelebihan 6 kargo. Saya sih siap saja nampung untuk diubah menjadi elpiji," imbuhnya.

Ditambahkan Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Achmad Faisal, LNG asal Kilang Bontang diharapkan bisa mengurangi rencana impor elpiji Pertamina.

Menurut Faisal, sepanjang tahun ini Pertamina berencana mengimpor elpiji 953.029 MT untuk melengkapi kebutuhan elpiji sebanyak 3,056 juta MT. Sementara sisanya dipenuhi dari Pertamina Pengolahan sebesar 952.740 MT, Pertamina Hulu 47.000 MT, kilang swasta 48.000 MT, KKKS Pressurized 155.282 MT, dan KKKS Refrigerated 900.000 MT.

"Untuk impor kita sudah terikat kontrak 800.000 ton dengan Petredec sehingga sisanya harus diambil dari sumber lain, salah satu pilihannya dari Bontang," kata Faisal.

Namun, Pertamina tampaknya harus bersabar menanti kepastian apakah mereka bisa menyerap kelebihan produksi Bontang. Menurut Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Raden Priyono, instansinya baru merapatkan alokasi kelebihan produksi Bontang tersebut pada Jumat pekan ini.

Tiga alternatif penjualan LNG Bontang akibat Jepang, Taiwan, dan Korea membatalkan pembelian 18 kargo adalah mengalokasikannya untuk kebutuhan pabrik pupuk PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), menjualnya ke Pertamina untuk dikonversi menjadi elpiji, serta menggantikan jatah pengiriman pertama LNG Tangguh ke pembeli Fujian, China. "Kita baru merapatkan Jumat ini, setelah itu baru bisa diketahui alokasinya," kata Priyono. (Gentur Putro Jati/Kontan)

Ultah ke-107, Nenek Ngebut 172 Km Per Jam

Ultah ke-107, Nenek Ngebut 172 Km Per Jam
 Dulcibella King-Hal/ Jumat, 27 Maret 2009 | 08:35 WIB

KOMPAS.com — ULANG tahun biasanya menjadi momen paling spesial dalam hidup seseorang. Ada banyak cara untuk merayakannya. Tak terkecuali Dulcibella King-Hall. Nenek berusia 106 tahun ini memilih merayakannya dengan hal yang memicu adrenalin. Ngebut di Sirkuit Brands Hatch di Kent, Inggris.

Ya, meskipun sudah berusia sangat uzur, bagi Dulcibella hal inilah yang sangat diidam-idamkannya sejak lama. Ulang tahunnya yang ke-107 memang baru jatuh hari Sabtu (28/3) besok, tapi keinginan Dulcibella seolah tak bisa ditunda lagi. Rabu (25/3) waktu setempat menjadi hari bersejarah bagi Dulcibella.

Setiba di Brands Hatch, Dulcibella langsung disambut tim yang menanganinya. Dulcibella yang menggunakan kursi roda datang dari rumah jompo Halliwell di Tunbridge Wells, Kent. Ia pun didorong menuju sirkuit yang akan dilaluinya. Sebelum masuk ke dalam mobil, si nenek sempat berpose di depan mobil sport BMW M3 yang akan dinaikinya. Tak lupa helm berwarna putih diletakkan di pangkuan. Ia juga diharuskan menandatangani asuransi senilai 5 juta poundsterling atau sekitar Rp 90 miliar.

Dulcibella mengenakan sandal warna hitam favoritnya, yang menjadi alas kakinya selama bertahun-tahun. Setelah itu, Dulcibella mengenakan helm dan duduk di jok terdepan. Memang bukan Dulcibella yang mengemudi, namun Gary Palmer, Kepala Pelatih di sirkuit Grand Prix tersebut. Toh, tetap saja Dulcibelle duduk di samping Palmer yang mengemudi. Sebelum memulai aksi kebut-kebutannya, Palmer memeriksa standar keamanan Dulcibella, seperti sabuk pengaman maupun helm yang dikenakannya.

Dan mulailah aksi mendebarkan tersebut. Palmer langsung memacu kendaraannya hingga 172 kilometer per jam. Ia memutari sirkuit sebanyak tiga kali. Nyatanya, Dulcibella yang duduk di sebelah Gary tak menunjukkan raut muka takut sedikit pun. Setelah selesai ngebut, Dulcibella mengungkapkan perasaannya dengan gembira.

“Sangat menyenangkan. Ini adalah impian yang menjadi kenyataan. Saya berterima kasih pada semua orang yang membuat hal ini nyata bagi saya,” ujar Dulcibella senang. Ia mengaku sangat takjub saat mobil mengitari sirkuit dan tak ada rasa takut sedikit pun dalam dirinya.

“Saya selalu menyukai mobil dan merasa ngebut sangat menyenangkan. Bagian terbaiknya adalah bisa meluncur sangat cepat di lajur yang lurus. Kami sempat mencapai kecepatan 172 kilometer per jam. Sangat fantastis,” imbuhnya.

Dulcibella menuturkan, ia masih belum percaya saat diberitahu impiannya bisa terpenuhi. “Saya tidak akan pernah melupakan hadiah ulang tahun seperti ini,” tegasnya. Saat turun dari mobil, botol-botol sampanye dan buket bunga langsung menyambutnya. Palmer yang mengemudikan mobil, tak ketinggalan ikut memuji Dulcibella. Ia menyebut si nenek memiliki senyum menyenangkan di wajahnya.

“Saya pikir ia wanita luar biasa. Banyak orang yang merasa takut jika harus naik kendaraan dengan kecepatan tersebut. Namun ia seperti menikmati setiap detik yang dijalaninya,” puji Palmer. Menurut Palmer, mereka mencapai kecepatan tertinggi 172 km per jam saat mendekati tikungan. “Sangat menyenangkan bisa mengantarkan dia. Dulcibella memiliki senyum manis di wajahnya,” imbuh Palmer.

Lahir di Devon tahun 1902, Dulcibella mencintai mobil sejak ia bekerja sebagai sopir penguji kendaraan militer di Perang Dunia II. Salah satu staf di rumah jompo Halliwell mengungkapkan, ia selalu meminta supir minibus di tempatnya berjalan lebih cepat dan ngebut. “Mobil seperti keinginan abadi Dulcibella. Selama Perang Dunia II ia selalu menguji coba segala jenis kendaraan yang telah dipakai penduduk sipil,” ujar Lena Akers, Koordinator Even Sosial Halliwell.

Menurutnya, hal ini tidak akan menjadi hal pertama yang mereka lakukan untuk Dulcibella. “Beberapa tahun lalu kami sempat melihatnya mengendarai mobil limo Rolls Royce dalam berbagai gaya. Tak ketinggalam juga Porches. Mobil yang dipegangnya seolah menyatu dengan dirinya,” ujar Akers. mail/sun/tis

Minggu, 22 Maret 2009

Geopolitik: Modern atau Posmodern?

Geopolitik: Modern atau Posmodern? 
Oleh Rizki Saputro 
Kategori: Analisis 


GeoPolitik Modern
John Agnew, bersama dengan rekannya, Corbridge, mencoba memberikan teorema-teorema umum geopolitik yang akan memposisikannya sebagai ide sekaligus praksis. Hasilnya adalah sebuah teori hibrida dari geopolitik dan ekonomi politik, Ekonomi Geopolitik. Ekonomi Geopolitik didapatkan dengan cara menggabungkan pemikiran Lefebvre dari Perancis tentang Aktivitas Keruangan (Spatial Practice) dan Gambaran Keruangan (Representation of Space) dengan pemikiran Gramsci dari Italia tentang hegemoni. Geopolitik Modern yang tersifati secara ekonomi ini diyakini sebagai hasil aktivitas manusia, bukan sekedar given. Ia disadari sebagai filosofi negara, sebuah teknologi mental untuk memerintah.


Henry Lefebvre mendefisiniskan Spatial Pratices sebagai Aliran, interaksi dan pergerakan material fisik, kedalam dan melintasi ruang; sebagai ciri fundamental dari produksi ekonomi dan reproduksi sosial. Sedangkan Representation of Space merupakan keseluruhan konsep, dan kode geografis yang digunakan untuk membicarakan dan memahami aktivitas keruangan. Mudahnya, aktivitas keruangan adalah bersifat material dan gambaran keruangan adalah wacana atas aktivitas keruangan.

Anthonio Gramsci menggunakan konsep hegemony untuk menambal kekurangan analisa Karl Marx. Marx meramalkan bahwa revolusi proletariat menuju masyarakat sosialis akan terjadi di negara kapitalis paling maju. Sementara kenyataannya, revolusi tersebut malah terjadi di negara agraris, Rusia. Gramsci dari penjara Italia mempertanyakan, mengapa revolusi tersebut sulit dilakukan di Eropa Barat? Hegemoni yang merupakan konsep keunggulan kepemimpinan adalah jawabannya. Hegemoni dapat dipahami sebagai langkah eksploitasi dan alienasi struktural, bisa juga sebagai kondisi statis hubungan antar negara.

Dari pembedaan Lefebvre dan konsep hegemoni Gramsci, Agnew dan Corbridge mencoba menjembataninya dengan relasi dialektis antara materi dan wacana, yang kemudian diatasnya dibangun dua istilah baru, yakni Orde Geopolitik dan Wacana Geopolitik. Orde geopolitik adalah aktivitas keruangan dalam ekonomi politik Dunia. Order sebagai rutinitas aturan, institusi, aktivitas dan strategi, dimana ekonomi politik internasional bekerja dalam periode sejarah yang berbeda-beda; memerlukan karakteristik geografis. Antara lain, derajat relatif sentralitas teritorial negara atas aktivitas ekonomi dan sosial, hirarkhi negara, jangkauan ruang aktivitas negara-negara dan aktor lain, keterhubungan atau keterputusan ruang antar aktor, aktivitas keruangan yang didukung oleh teknologi informasi dan militer, dan peringkat kawasan tertentu ataupun negara-negara dominan tertentu dalam hal ancaman dominasi ataupun keamanan militer dan ekonomi.

Dari karakteristik ini dapat kita simpulkan bahwa ada empat Orde Geopolitik semenjak istilah geopolitik sendiri lahir, yaitu Orde Inggris, Orde Persaingan antar Kerajaan, Orde Perang Dingin, Orde Liberalisme Transnasional. Dalam masing-masing orde tersebut terdapat hubungan hegemonik. Boleh jadi Orde geopolitik tidak memiliki satu negara hegemon, contohnya adalah Orde terakhir. Pasca Perang Dingin, dunia tidak dihegemoni oleh satu negara, akan tetapi beberapa negara kuat seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman, yang disatukan oleh Pasar Dunia dan institusi/organisasi transnasional semacam Uni Eropa, WTO, IMF dan Bank Dunia. Orde Liberalisme Transnasional menjelaskan bahwa dunia sedang mengalami perkembangan universal, yaitu perluasan dan penambahan Pasar Kapitalis di seluruh dunia.

Istilah kedua, Wacana geopolitik, merupakan Gambaran keruangan atas hegemoni yang terjadi di dunia. Gambaran tersebut didapat sebagai hasil pewacanaan para intelektual negara baik teoritisi maupun praktisi atas pembacaan maupun penulisan geografis dalam ekonomi politik internasional. Ada empat karakteristik Wacana geopolitik yang berupa mentalitas geopolitik. Pertama, adalah Visualisasi global, dimana dunia dipandang sebagai satu gambar yang dilihat dari satu sudut yang menguntungkan. Kedua, waktu dipahami dalam konsep ruang, diamana blok/kompleks ruang dipisahkan dan diberi label sesuai atribut periode waktu, relatif terhadap pengalaman sejarah ideal salah satu blok/komplek. Tiga, negara menjadi gambaran utama keruangan global, dengan asumsi bahwa negara memiliki power eksklusif atas wilayahnya (kedaulatan), bahwa hubungan domestik dan luar negeri merupakan bidang yang berbeda, bahwa batasan negara menjelaskan batasan masyarakat. Empat, pengejaran keunggulan oleh negara-negara dominan dalam sistem antar negara, dengan asumsi, bahwa power didapat dari keuntungan lokasi geografis, besar populasi, dan sumber daya alam, bahwa power adalah atribut yang digunakan untuk memonopoli dalam kompetisinya dengan negara lain.

Senada dengan Orde geopolitik, Wacana geopolitik, berdasarkan karakteristiknya, juga terperiode dalam empat Wacana, yaitu Wacana Peradaban (abad 19), Wacana Alami (akhir abad 19 hingga akhir Perang Dunia II), Wacana Ideologi (Perang Dingin), dan Wacana Perbesaran (Post Cold War). Wacana perbesaran ini dapat dilihat pasca Perang Teluk II, dimana pemerintahan Clinton, sebagai salah satu hegemon dunia melakukan perluasan atas komunitas negara yang menerapkan demokrasi pasar. Hal tersebut dilakukan dengan mewacanakan konsep Liberalisme Transnasional dalam diskusi-diskusi pakar, perkuliahan para mahasiswa, dan pemberitaan media massa.

Geopolitik Modern adalah pendekatan yang lebih relevan atas kondisi geopolitik dunia saat ini. Dimana negara-negara terkonsentriskan dalam hegemoni tersendiri, dengan satu rumpun wacana yang sama, globalisasi ekonomi kapitalis. Dimana negara-negara berusaha mencari power relatifnya atas negara lain/hegemon lain, yang terdiri dari komponen fisik dan komponen ide/wacana.

GeoPolitik PostModern
Posmodern didefinisikan oleh Lyotard sebagai keraguan atas meta-narasi (kisah-kisah besar). Tokohnya antara lain Michel Foucault yang mengatakan bahwa power dan pengetahuan memiliki hubungan yang determinis. Ia juga menganggap bahwa tidak ada kebenaran diluar rezim kebenaran, aforismanya adalah “bagaimana sebuah sejarah memiliki nilai kebenaran, apabila kebenaran itu sendiri memiliki sejarah?” Tokoh lainnya adalah Jacques Derrida yang mengkonsepkan dekonstruksi dan pembacaan ganda atas wacana dan teks.

Menurut Robert Rich, di era globalisasi dan transnasionalisme, geometri ekonomi ia gambarkan sebagai jaring-jaring global (Global Webs). Kebangsaan sebuah perusahaan tidak menjadi relevan; power dan kemakmuran mengalir cepat dalam jaring-jaring ekonomi tersebut, melalui efisiensi telekomunikasi dan transportasi. Teknologi informasi yang menciptakan hyper-reality menjadi sangat penting dalam geometri power yang baru.

Lebih jauh, Manuel Castells menyatakan bahwa fungsi dan proses dominan di era informasi adalah jaringan kerja sosial baru (new network society). Jaringan tersebut menentukan morfologi sosial, dan tentu saja merubah secara substansial hasil dan proses bekerjanya produksi, pengalaman, power, dan kebudayaan. Ia juga menyebutkan bahwa kini dunia terskemakan dalam flows-webs-connectivity-network.

Sedikit berbeda dengan teori jaringan Castells, Bruno Latour mengkonsepkan teori Aktor-Jaringan. Menurutnya, dunia ditinggali oleh kolektivitas manusia dan bukan manusia, yang membentuk lebih dari jaringan teknik ataupun sosial. Ilmu geografi, pemetaan, pengukuran, triangulasi, menurut teori aktor-jaringan, tidaklah berguna lagi. Ukuran universal atas kedekatan, jauh, dan skala tidak lagi berdasarkan ukuran-ukuran fisik, akan tetapi konektivitas jaringan. Jika geografi dikonsepkan ulang sebagai konektivitas, bukan lagi ruang, maka ruang sebenarnya yang berasal dari pemikiran tradisional hanyalah salah satu jaringan dari keseluruhan jaringan.

Sementara itu T. Luke mencoba memperiodisasi narasi hubungan manusia dan alam serta perubahan lingkungan dan order. Menurutnya ada tiga periode, yaitu First nature, Second nature, dan Third nature. Dalam first nature, hubungan manusia dan alam tidak dimediasi oleh sistem teknologi yang kompleks. Orde keruangan bersifat organik dan corporeal/hajatul udhowiyyah (sekedar memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh). Hubungan selanjutnya adalah manusia membuat teknologi artifisial melalui industri kapitalisme modern semenjak abad ke 18. Orde keruangan merupakan hasil rekayasa, yang ditandai dengan banyaknya kompleks perangkat keras yang senantiasa berevolusi. Di masa ketiga, orde keruangan dihasilkan oleh sistem saibernetis, segalanya menjadi elektronik dan digital. Hal ini disebabkan oleh kapitalisme yang berkembang cepat dan struktur informasi yang mengglobal. Geografi modern menjadi info-graf posmodern, yang bersifat telemetrik.

Untuk mengkonsepkan Geopolitik Posmodern, Gearód Ó Tuathail mencoba menggabungkan keempat pandangan tersebut guna menjawab lima pertanyaan berikut :

a. Bagaimana menggambarkan ruang global?

Kini dengan kemajuan teknologi yang ada, dunia dapat digambarkan melalui simulasi yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Geografis dan teknologi visualisasi dan simulasi telemetrik lainnya. Kejadian di suatu tempat yang jauh dapat dilihat didengar dan dirasa oleh manusia dan pembuat kebijakan di tempatnya secara langsung. Hal ini disebabkan oleh konektivitasnya dengan teknologi. Kecepatan, kuantitas, dan intensitas informasi menjadi perhitungan utama dalam refleksi dan pembuatan kebijakan luar negeri.

b. Bagaimana ruang global dipisahkan dalam blok indentitas dan perbedaan lainnya?

Pandangan dunia Eucidian yang membatasi dunia dengan batasan fisik, kini tidak relevan lagi, terlebih dengan adanya globalisasi pasar dunia. Dunia hanya bisa dipisahkan berdasarkan glokalisasi jaringan ekonomi produksi dan konsumsi. Hirarki keruangan modern digantikan binaritas keruangan wacana, yaitu liberal dan non-liberal (fundamentalis, revivaris).

c. Bagaimana mengkonsepkan power global?

Power di jaman modern terdiri dari GPS (Geografi, Populasi, dan Sumberdaya Alam). Melalui revolusi teknologi informasi, semuanya berubah menjadi telemetrik. Akhirnya dikenal konsep ISR (Informasi intelejen, Surveilance [observasi detail dari jarak jauh], dan Reconnaissance [Pengenalan ulang obyek]) dan C4I (Command, control, communications, computer processing, dan intelejen) untuk mendapatkan power relatif. Paradoks yang terjadi adalah hal ini akan mendekonstruksi keberadaan negara secara solid, sebab organisasi-organisasi hingga pribadi-pribadi mampu memiliki power tersebut.

d. Bagaimana ancaman global diruangkan dan bagaimana strategi reaksi atas ancaman tersebut dikonsepkan?

Pasca Perang Dingin, makna keamanan dan ancaman ditinjau kembali. Ia bukan lagi berasal dari musuh teritorial dimana konsep containment dan deterrence yang kaku diberlakukan. Ancaman-ancaman yang ada menjadi tidak pasti dan menyebar cepat. Ia muncul bukan dari teritorial, tapi muncul dalam bentuk terrorisme tanpa negara, sabotase, narco-terrorism, korupsi global, wabah penyakit, krisis kemanusiaan, kerusakan lingkungan, proliferasi senjata pemusnah massal, dll. Doktrin geostrategis telah berubah dalam acuan fleksibilitas dan kecepatan, akan tetapi ia masih harus dikompromikan dengan konsep teritorial. Dalam menghadapi ancaman tersebut, diambil kasus Amerika Serikat, dimana ia menerapkan dua konsep strategi pertahanan utama, yaitu kehadirannya diseluruh lautan, dan pameran/peragaan militer. Kedepan, strategi bionik, bahkan cyborgtik akan dikembangkan untuk menangani masalah ini.

e. Bagaimana aktor-aktor utama membentuk identitas dan konsep geopolitik?

Geopolitik kontemporer menggunakan para pemimpin dan elit pemerintahan untuk membentuk kebijakan yang nantinya membentuk identifikasi dan konsep atas geopolitik, yaitu konsep geopolitical-man. Di masa kecanggihan teknologi, dunia akan menyaksikan bahwa kebijakan-kebijakan penting akan diambil oleh kolektif manusia dan bahkan kolektif cyborg dalam sebuah network ekonomi, sosial, dan politik.

Dalam pandangan saya, geopolitik posmodern akan dirasakan oleh kebanyakan orang, hanya ada di awang-awang alias abstrak, ketimbang geopolitik modern yang memang berdasarkan penilaian rasional. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain, posmodern terlalu membesar-besarkan runtuhnya ekonomi negara, dan globalisasi. Selain itu, ia juga terlalu deterministik dalam menilai perkembangan teknologi, sehingga tidak menilai moral dan nilai dasar manusia yang didapatkannya dalam kehidupan intrapersonal maupun interpersonal. Konsep network pun terlalu dibesar-besarkan apabila ditempatkan diluar konteks ekonomi dan sosial. Atas hal inilah geopolitik modern kemudian banyak dirasakan lebih ‘nyata’ ketimbang pendekatan kalangan posmodern.

Bacaan:
Graham Evans. 1999. The Penguin Dictionary of International Relations. New York : Penguin Books
Alva Myrdal. 1978. The Game of Disarmament. New York : Pantheon Books
Keith B. Payne dan C. Dale Walton. 2001. Deterrence in the Post Cold War World. Fotokopi.
Gearód Ó Tuathail. 1998. Postmodern Geopolitics?. Fotokopi.
Steve Smith dan John Baylis.2001. The Globalization of World Politics. New York : Oxford University Press.
Muhadi Sugiono. 1998. Kritik Antonio Gramsci terhadap Pembangunan Dunia Ketiga. Yogyakarta : Putaka Pelajar.

[Rizki Saputro]

Terumbu Karang "Korban" Tsunami Pulih Lebih Cepat

KOMPAS/LASTI KURNIA
Jejak keberadaan koloni terumbu karang yang telah mati menjadi karakter unik kawasan tepi pantai yang berkarang di Pantai Pasir Putih, Desa Sukahujan, Malingping, Lebak, Banten, Senin (7/4). Kawasan pantai karang merupakan ekosistem yang sanggup beradaptasi dengan kondisi alam yang ekstrem, seperti pasang surut laut, gelombang tinggi, perubahan cuaca ekstrem, juga salinitas air laut yang berubah-ubah. 
/
 
Senin, 29 Desember 2008 | 17:19 WIB

NEW YORK, SENIN - Sejumlah peneliti melaporkan pemulihan yang menggembirakan pada terumbu-terumbu karang yang rusak akibat tsunami di Aceh empat tahun lalu. Padahal, sebelumnya dikhawatirkan sejumlah kawasan terumbu karang yang rusak di pantai Indonesia itu baru pulih sepuluh tahun kemudian.

Wild Conservation Society (WCS) yang berpusat di New York, AS menemukan bukti pertumbuhan terumbu karang yang sangat cepat di lokasi yang paling parah terkena hantaman tsunami. Bahkan, karang-karang yang rusak sebelum tsunami juga sedang dalam tahap pemulihan.

"Beberapa komunitas masyarakat tidak melakukan penangkapan ikan yang merugikan dan melakukan tranplantasi karang di area yang rusak. Ini adalah cerita yang bagus tentang percepatan pemulihan dan pengendalian ekosistem," kata Wakil kordinator WCS Indonesia Marine Program Stuart Campbell.

Temuan mengenai pertumbuhan hingga proses pemulihan karang yang cepat ini sangat berguna untuk membantu para peneliti untuk melakukan konservasi karang yang rusak. Hal tersebut juga menjadi dasar untuk menjaga kelestarian karang menghadapi perubahan iklim. 

Sementara itu, pakar karang dari Universitas Queensland di Australia Ove Hoegh dan Gulberg mengatakan, penemuan tersebut bukanlah hal yang mengejutkan. Ia mengatakan karang akan melakukan pemulihan dengan sendirinya tanpa pengaruh dari pemancingan dan perkembangan yang terjadi di sekitar pantai.

"Kami melihat sesuatu yang sama di sekitar selatan Great Barrier Reef dimana setelah dihantam malapetaka besar dapat tumbuh kembali dengan cepat," katanya.

C12-08

China Angkat Kapal Dinasti Ming
 
KOMPAS images/KRISTIANTO PURNOMO
Buli-buli yang dipamerkan pada Pameran Benda Muatan Kapal Tenggelam.
/
Artikel Terkait: 
Segitiga Koral, Jantung Dunia
Harta Karun The Beatles: Lagu dan Film Baru
Lanal TNI Al Selidiki Kapal Harta Karun di Perairan Subang
Harta Karun Hitler Sedang Diburu
 
Rabu, 11 Maret 2009 | 18:30 WIB

BEIJING, KOMPAS.com — Sejumlah arkeolog akan mengangkat sebuah kapal pengangkut keramik dari Dinasti Ming yang diyakini tenggelam di pantai Laut China Selatan 400 tahun lalu. Kantor Berita Xinhua, Rabu (11/3), menyatakan, pengangkatan kapal kuno itu diharapkan untuk mengungkap perdagangan luar negeri China waktu itu.

Diperkirakan, kapal itu mengangkut sekitar 10.000 keramik, sebagian besar dibuat pada zaman Wanli (1572-1620), yang merupakan periode akhir Dinasti Ming. Sekitar 200 keramik malah diidentifikasi berasal dari Dinasti Song (960-1279).

"Ini merupakan penemuan yang sangat menarik karena di bawah Penguasa Wanli, China menutup perdagangan lewat laut," kata Cui Yong, seorang arkeolog dari Institut Guangdong. "Pengangkatan ini akan sangat membantu kita mempelajari perdagangan luar negeri China di masa itu," tambahnya.

Untuk pengangkatan kapal dengan panjang sekitar 10 meter (33 kaki) yang berada 5,6 mil laut dari Pantai Shantou itu, Pemerintah Provinsi Guangdong akan mengorganisasi sebuah tim yang akan mulai bekerja tahun ini juga.

Kapal itu kemungkinan berlayar dari Guangdong karena keramik itu diproduksi oleh sebuah workshop yang tak jauh dari sana, apalagi Guangdong juga merupakan pusat perdagangan laut utama China di masa itu.

Menurut Xinuhua, kapal itu ditemukan oleh nelayan lokal pada tahun 2007. Lokasi sekitar kapal itu juga telah dijaga dan diawasi dengan radar untuk mencegah pencurian.