Sabtu, 30 Agustus 2008

Puasa dan Peradaban Bangsa


Oleh Musa Asy’arie

Marhaban ya Ramadhan. Dengan sukacita umat Islam menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan dengan berpuasa selama satu bulan.

Orang tua, kaum muda, dan anak-anak menyambut bulan puasa dengan romantisme sendiri-sendiri. Suatu pengalaman spiritual yang sungguh indah.

Jiwa manusia sebenarnya terpenjara oleh tubuhnya sendiri. Dalam realitas kehidupan sehari-hari, kita bisa melihat betapa manusia didera nafsu untuk mengejar kepuasan tubuh semata, seperti mengejar kepuasan makan, minum, berpakaian, berhubungan seks, merebut kekuasaan, dan melampiaskan egoisme pribadi dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat.

Deraan nafsu sering mengalahkan akal sehat, lalu seseorang jatuh dalam penderitaan. Pada saat usianya lanjut, tubuh menjadi penjara bagi jiwa yang terus mengembara untuk kebenaran, kebaikan, dan keindahan yang tak mampu diwujudkan lagi karena tubuhnya kian rapuh tak berdaya.

Dorongan untuk memenuhi kebutuhan tubuh adalah alami, siapa pun tidak bisa menolaknya. Namun, manusia tidak seperti binatang karena dalam dirinya ada kekuatan jiwa yang merindukan kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Karena itu, tidak selamanya jiwa manusia merasa tenteram melihat kelakuan diri sendiri. Sering kali berbagai dorongan tubuh itu berlawanan dengan dorongan kejiwaan.

Berbagai dorongan tubuh manusia tidak bisa dimatikan dalam kehidupan, tetapi harus dikendalikan agar pemenuhan atas aneka dorongan tubuh tidak bertentangan dengan dorongan jiwanya sehingga tidak berlawanan dengan kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Bahkan, aneka dorongan tubuh dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata sesuai tuntutan jiwa sehingga realisasi dorongan-dorongan tubuh itu menjadi sesuatu yang benar, baik, dan indah.

Sebenarnya puasa merupakan pendidikan dan latihan agar seseorang dalam memenuhi aneka dorongan tubuhnya tidak melakukannya secara membabi buta, yang melanggar etika sosial keagamaan dan melanggar harmoni sosial kemasyarakatan. Karena itu, puasa dalam Islam ditujukan untuk mencapai tingkat ketakwaan tinggi guna melahirkan kesalehan sosial. Puasa tanpa kesalehan sosial akan sia-sia karena yang didapatkan hanya rasa lapar dan dahaga.

Peradaban bangsa

Pekan Olahraga Nasional di Samarinda dan Olimpiade Beijing, China, merupakan olahraga massal agar tubuh sehat. Kini kita memasuki babak olah jiwa massal, dengan menjalankan ibadah puasa satu bulan. Olah jiwa massal ini bermakna strategis sebagai kekuatan untuk membangun peradaban bangsa.

Peradaban suatu bangsa mengalami proses jatuh bangun. Dalam sejarah kehidupan bangsa-bangsa di dunia, kita menyaksikan puncak-puncak peradaban itu bergeser dan berpindah, dari suatu bangsa ke bangsa lain, dari suatu wilayah ke wilayah lain. Dulu puncak peradaban pernah ada di Yunani dengan tingkat pemikiran filsafat tinggi, yang hingga kini masih jadi rujukan.

Dari Yunani bergeser ke Arab dengan puncak peradaban Islam. Bangsa-bangsa di dunia belajar filsafat sebagai induk ilmu-ilmu, melalui penerjemahan buku filsafat Yunani ke dunia Arab. Akibat kejatuhan dunia Arab, puncak peradaban bergeser ke Barat dan berkembang melalui cabang-cabang sains dan teknologi hingga kini. Sebagai bangsa, kita pun pernah mencapai puncak peradaban tinggi saat menguasai lautan untuk menggerakkan perdagangan. Karya sastra dan filsafat pun mendapat tempat terhormat.

Kekuatan pluralitas

Puncak peradaban suatu bangsa pada dasarnya hanya bisa dicapai jika bangsa itu mampu melakukan olah jiwa massal untuk mencintai dan mewujudkan kebenaran, kebaikan, dan keindahan dalam realitas perilaku kehidupannya. Jika suatu bangsa tidak mampu melakukan olah jiwa massal, pluralitas tidak lagi menjadi kekuatan yang mendorong pengayaan spiritualitas, sebaliknya justru akan memicu konflik kekerasan akibat perebutan kekuasaan yang vulgar, yang terlepas dari etika politik bangsa untuk membangun keadilan sosial, kemakmuran bersama, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Puncak-puncak peradaban suatu bangsa akan mengalami kejatuhan jika kehidupan bangsa itu dilanda krisis moral secara massal, yang melahirkan krisis politik kekuasaan. Kekuasaan diperebutkan tanpa landasan spiritualitas etika sosial. Kekuasaan diperebutkan dan beredar hanya di kalangan elite, sementara rakyat hanya sebagai alat legitimasi kekuasaan elite, yang sama sekali tidak terkait dengan kepentingan rakyat.

Karena itu, puasa yang kita jalani tahun ini seharusnya menjadi momentum bagi bangsa untuk menggerakkan olah jiwa massal agar pemilu yang segera tiba memberi makna bagi kehidupan bangsa untuk mewujudkan cita-citanya. Puasa harus dapat membangun peradaban bangsa untuk mencapai ketakwaan tinggi, yang wujudnya tidak lain adalah kesalehan sosial, penghargaan atas pluralitas sebagai pengayaan spiritualitas, dan menempatkan kekuasaan untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan secara bersamaan. Kekuasaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bukan untuk membodohinya. Jika tidak, peradaban kita akan sulit bangkit kembali.

Musa Asy’arie Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

GARUDA PANCASILA Lambang Negara Republik Indonesia

GARUDA PANCASILA
Lambang Negara Republik Indonesia


Burung Garuda berasal dari mitos dahulu kala yang melambangkan sumber tenaga.
Warna emas burung ini menggambarkan kehebatan suatu negara,
sedangkan warna hitamnya menggambarkan alam.
Setiap bulu yang terdapat dalam lambang ini mempunyai arti tersendiri.
Jumlah bulu-bulunya adalah sebagai berikut:
pada tiap sayap: 17; pada ekor: 8; di bawah perisai: 19; di leher: 45.
Hal itu melambangkan tanggal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yaitu 17-8-1945.

Kaki burung Garuda Pancasila mencengkeram sebuah pita yang melengkung ke atas.
Pada pita itu ada tulisan "Bhinneka Tunggal Ika", yang berasal dari buku Sutasoma karangan
Empu Tantular, seorang mahaguru pada masa kerajaan Majapahit.
Bhinneka Tunggal Ika berarti "Berbeda-beda tetapi satu jua".
Maksudnya ialah kita bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku, kesenian,
bahasa, adat, dan agama, tetapi kita merupakan satu bangsa, dengan satu
kebudayaan nasional, dengan satu bahasa nasional.

Pada leher burung garuda tergantung sebuah perisai.
Garis melintang pada perisai yang digambar tebal melambangkan bahwa
Indonesia dilalui garis khatulistiwa.
Sedangkan perisai itu sendiri melambangkan kepercayaan diri dan warna merah dan putih
menunjukkan warna bendera nasional.

Dalam perisai itu terdapat gambar-gambar yang melambangkan Pancasila, yaitu:

Bintang - Ketuhanan Yang Maha Esa.

Rantai baja - Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pohon beringin - Persatuan Indonesia.

Kepala banteng - kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Panca berarti lima dan Sila berarti dasar.
Rumusan kelima dasar itu termuat dalam pembukaan UUD-1945 sebagai berikut :
“...maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Ada Keragu-raguan Menerapkan Pancasila


Ideologi
Ada Keragu-raguan Menerapkan Pancasila
Sabtu, 30 Agustus 2008 | 00:34 WIB

Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima para pengurus Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong atau Kosgoro yang dipimpin Bambang W Soeharto di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (29/8).

Kosgoro menyampaikan kepada Presiden agar menjadikan ideologi Pancasila sebagai ideologi yang bisa diterapkan dalam kehidupan berbangsa.

”Saat ini, untuk ideologi Pancasila, penerapannya terlihat masih banyak keragu-raguan di antara bangsa kita sendiri. Padahal, Pancasila telah berhasil mengkritisi komunisme, sosialisme, dan kapitalisme,” ujar Bambang dalam jumpa pers seusai pertemuan.

Globalisasi

Bambang mengemukakan, keragu-raguan kepada ideologi Pancasila muncul karena globalisasi dengan beragam nilai yang ditawarkannya. Padahal, sebagai ideologi, Pancasila bernilai luhur dan nilai-nilai yang ditawarkannya universal.

”Saat ini penting bagi generasi muda untuk mengetahui ideologi Pancasila sebenar-benarnya tidak untuk kepentingan kekuasaan seperti pada masa lalu,” ujarnya.

Selain membicarakan masalah Pancasila, Kosgoro juga menyampaikan rekomendasi, saran, masukan, dan dukungannya kepada pemerintahan yang dipimpin Presiden Yudhoyono dengan berbagai prestasinya.

”Empat tahun usia pemerintahan memberikan harapan cerah untuk masa depan Indonesia yang lebih baik,” ujar Bambang lebih lanjut.

Tridarma

Presiden Yudhoyono yang diberi dukungan minta Kosgoro menegakkan tridarmanya dalam setiap program yang dibuat, yaitu pengabdian, kerakyatan, dan solidaritas.

Pengurus Kosgoro yang hadir antara lain Hayono Isman (mantan tim sukses Yudhoyono tahun 2004), AM Abdullah, Tjokro Soeprijanto, Eliakim Tambun, Abdul Muin Angkat, JG Wowor, Lego Nirwhono, Novyan Kaman, Rathin Adiwaluyo, Bambang Sentanu, Soesanto Wismoyo, Titus Sarijanto, Uncu M Natsir, dan Basroni.

Kosgoro didirikan Mas Isman dan para pemuda pejuang eks Brigade XVII Detasemen I Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) pada 10 November 1957.(INU)

Buku Sekolah Elektronik


Departemen pendikan Nasional mengeluarkan e book. suatu perkembangan yang sangat baik jika kita melihat ide tersebut. tetapi seklai lagi yang menjadi sifat atau watak bangsa kita. bukunya tidak lengkap.
Senin, 28 Juli 2008
Sudah sekitar seminggu ini hampir tiap hari saya membaca kritik yang dilayangkan kepada program Buku Sekolah Elektronik (BSE) di koran Kompas. Memang wajar kalau program ini dikritisi, karena terdapat beberapa kelemahan mendasar pada saat dilaksanakan. Kelemahan yang paling menonjol adalah: sulitnya sekolah-sekolah memanfaatkan buku-buku elektronik yang terdapat di BSE karena kendala mendasar seperti: tidak ada listrik, tidak memiliki komputer dan tidak ada saluran internet yang tersedia. ..selengkapnya
Sumber: irwinday.web.id


Liku-Liku Merealisasikan Buku Murah
Sabtu, 19 April 2008
ADA hal menarik untuk kita simak ketika Mendiknas Bambang Sudibyo mengadakan silaturahmi dan diskusi tentang capaian kinerja Depdiknas 2005-2007 dengan pimpinan media massa di Solo, Sabtu 12 April lalu, yaitu tentang buku murah. ..selengkapnya
Sumber: www.radarsulteng.com/berita


Depdiknas Libatkan Pemda Cetak Buku Pelajaran Murah
Selasa, 24 Juni 2008
Keberadaan buku-buku teks pelajaran murah akan segera terealisasi hingga ke daerah. Kebijakan pengadaan buku teks pelajaran murah yang digagas Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)memungkinkan pemerintah daerah (pemda) untuk mengambil bagian mencetak sendiri buku-buku pelajaran tingkat SD hingga SMA...selengkapnya
Sumber: 202.155.15.208/koran_detail.asp


DEPDIKNAS LUNCURKAN PROGRAM BUKU MURAH
Senin, 23 Juni 2008 12:46 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) meluncurkan program buku murah dengan nama Buku Sekolah Elektronik. Buku ini bisa dicetak sendiri dan diperbanyak karena hak ciptanya sudah dibayar Depdiknas. Peluncuran proggram ini dilakukan Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo di Jakarta hari ini. Perwakilan Disdik provinsi se-Indonesia turut hadir dalam peluncuran program Buku Sekolah Elektronik ini...selengkapnya
Sumber: www.metrotvnews.com


Pemerintah Sediakan Buku Sekolah Elektronik Gratis
Senin, 14 Juli 2008
Untuk memuluskan program belajar sembilan tahun, pemerintah membuat terobosan baru dengan meluncurkan buku sekolah elektronik (BSE) yang bisa di download siswa secara gratis. Layaknya perkuliahan, siswa SD dan SMP dapat belajar menggunakan proyektor. Ada 200 buku yang disiapkan Departemen Pendidikan Nasional (Depdikdas) pada Agustus mendatang...selengkapnya
Sumber: www.beritajakarta.com

seorang yang saya butuhkan

jauh hari aku menatap langit
tapi apa yang ketemukan adalah kesendirian
bukan aku yang mengiginkan hal ini, tap sang waktu yang membawaku kepada kesendirian.
aku malu karena kau tak menemaniku
bukan sebagai belahan hatiku
hanya agar kau , memahamiku bahwa kau yang terbaik

Partai politik Parpol Baru dengan Beban Masa Lalu dari Pendirinya Sabtu, 30 Agustus 2008 | 00:37 WIB Sebagai partai politik baru, Partai Gerakan

Partai politik
Parpol Baru dengan Beban Masa Lalu dari Pendirinya
Sabtu, 30 Agustus 2008 | 00:37 WIB

Sebagai partai politik baru, Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra menyita perhatian publik. Promosinya, melalui media massa secara terus-menerus, memasuki ruang dan benak masyarakat. Iklan yang muncul hampir setiap hari itu juga memperlihatkan partai ini memiliki kemampuan dana.

Ketika iklan Partai Gerindra muncul, orang membicarakan siapa di balik partai, yang terlihat memahami pentingnya promosi untuk memperkenalkan produk baru. Parpol, termasuk Partai Gerindra, adalah produk baru yang harus merebut ”pasar” pemilih pada Pemilu 2009.

Prabowo Subianto Djojohadikusumo, nama itulah yang muncul. Mantan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad) itu, setelah dipensiun dini dari ketentaraan tahun 1998, menjadi pengusaha. Dia pernah memimpin sejumlah perusahaan dengan investasi di dalam dan luar negeri. Kini ia menjadi Presiden Direktur PT Kiani Kertas. Pantas, promosi Partai Gerindra ”besar-besaran”.

Secara resmi Prabowo baru bergabung ke Partai Gerindra pada 12 Juli 2008. Partai ini didirikan pada Februari 2008 serta tercatat di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) pada 3 April 2008. Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi mengakui, Prabowo ”campur tangan” dalam pembentukan partai itu, tetapi selama ini di belakang layar. Prabowo tak muncul sebab masih tercatat sebagai pengurus Partai Golkar.

Setelah melepaskan keanggotaannya di Partai Golkar, baru Prabowo bergabung dengan partai yang ikut dibidaninya itu. Pria yang (pernah) beristrikan Siti Hediati Haryadi, putri mantan Presiden Soeharto, itu juga yang memilih lambang Partai Gerindra, burung garuda, yang mirip ”kepala” tongkat komando di lingkungan militer. Pilihan ini membuat kesan Partai Gerindra dekat dengan militer.

Suhardi membantah partai itu lekat dengan kemiliteran. Hanya sedikit purnawirawan TNI/Polri yang menjadi pengurus dan calon anggota legislatif (caleg). Namun, kesan itu tidak mudah dihapuskan karena, meskipun sedikit, purnawirawan itu memegang jabatan strategis, seperti mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI AD (Kopassus) Muchdi Pr, yang menjadi wakil ketua umum. Partai Gerindra pun jauh-jauh hari sudah mencalonkan Prabowo sebagai presiden.

Prabowo pernah mengikuti konvensi calon presiden dari Partai Golkar, menjelang Pemilu 2004. Ia kalah. Salah satu ”titik lemah” Prabowo, yang akan dipolitisasi lawan politiknya, adalah dugaan keterlibatannya dalam kasus penculikan sejumlah aktivis tahun 1998, menjelang Soeharto lengser. Kasus itu pula yang membuat ia dipensiunkan dini dari kemiliteran.

Suhardi menilai, kasus penculikan aktivis itu tidak relevan lagi untuk ”menjatuhkan” Prabowo. Kasus itu tak lagi menjadi beban karena berulang kali dijawab dan tidak pernah bisa dibuktikan. Bahkan, Partai Gerindra kini memiliki ”perisai” kuat untuk menangkal tuduhan keterlibatan Prabowo karena dua korban penculikan tahun 1998, Pius Lutrilanang dan Desmond J Mahesa, menjadi kader dan caleg partainya.

Namun, beban masa lalu dari pendiri Partai Gerindra bukan hanya dari Prabowo. Kini Muchdi diadili karena diduga terlibat kasus pembunuhan terhadap aktivis HAM, Munir.

Dengan iklan di media massa yang bertubi-tubi, pengelola Partai Gerindra terlihat tengah melakukan branding. Melekatkan partai itu di benak rakyat. Namun, beban masa lalu itu juga perlu dijawab.... (dwa/tra)

peristiwa proklamasi Indonesia

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima di Jepang, oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokiritu Junbi Choosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok
Artikel utama untuk bagian ini adalah: peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.

Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno Hatta yang diantar oleh Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga Status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam.Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelahmenyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalka berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, BM Diah, Sudiro (Mbah) dan Sajuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalim dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "tranfer of power". Bung Hatta, Subardjo, BM Diah, Sukarni, Sudiro dan Sayuti Melik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nisjijima masih didengungkan.

Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[2] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi
Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di Monumen Nasional dengan bingkai[3]

Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4]. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.

Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.

Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Isi Teks Proklamasi

Isi teks proklamasi kemerdekaan yang singkat ini adalah:
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta

Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun 2605.
Naskah Otentik
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi.

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, hari 17, bulan 8, tahun 45
Wakil2 bangsa Indonesia.

Pertangung jawaban mana?

Saya poenya teman namanya henny plung2. Karakternya sanguinis. Orangngnya suka bicara bagai anjing mengunyah tulang. Anaknya cantik seeeh! Tapi bagai bunga dadap, sungguh merah tapi berbau tak sedap. Dia kalo sedang marah juga suka cepat kaki ringan tangan. Apalagi kalo lagi badmood, bagai air di atas daun talas. Kalo lagi nggak mudeng, bagai katak dalam tempurung. Kalo lagi maleees, bagai kambing disiram air. Kalo lagi seneng sukanya bermimpi, belum beranak sudah ditimang. Trus sukanya nantang2 yang laen, bagai ayam belum bertaji sudah berkokok. Kalo lagi ketakutan, bagai bergantung diujung rambut. Dia memiliki prinsip berat pikul sendiri ringan kamu yang jinjing. Trus dia juga tipe orang yang tidak setia, satu hidup satu mati. Trus kalo lagi bingung dia mengatakan ada kucing dimakan ikan, apa itu? Dia juga rajin bersih2 dengan berprinsip buah semangka dikupas durinya, buanglah sampah pada tempatnya. Joko sembung naik ojek, gak nyambung greeeng! Satu lagi henny itu orangnya males mikir, tapi banyak ngomong. Jadi air beriak tanda tak dalam! Tong kosong nyaring bunyinya! Oooh iya Henny itu juga sering membuat cemas dan ketakutan pada diri teman2 bagai air, air yang tenagn menghanyutkan.

Sekarang kita ngomong agak serius ya!

Aku mau ngomong tentang persahabatan. Buat aku henny berprinsip pada air susu harus dibalas dengan air tuba. Anak dipangku dilepaskan beruk dirimba disusukan. Oooh iya Henny sukanya mengembangkan ketiak amiiis! Gak suka pake rexona seeeeh!

Kalo masalah hidup, Henny berprinsip pada barmalas dahulu bersenang-senang seterusnya. Henny tuuuh orangnya juga bagai musang berbulu ayam.

Kasus BI

-PDIP Tak Dapat Uang
BK DPR Akan Periksa Agus Condro
Sabtu, 30 Agustus 2008 | 00:30 WIB

Jakarta, kompas - Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau F-PDIP DPR Tjahjo Kumolo menjamin tidak ada sepeser pun uang dari Miranda S Goeltom yang mengalir ke fraksi maupun dirinya terkait pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia.

Tjahjo secara resmi juga meminta maaf kepada Miranda dan Bank Indonesia (BI) karena anggota F-PDIP, Agus Condro Prayitno, yang mengakui menerima Rp 500 juta terkait pemilihan Deputi Gubernur Senior BI. ”Taruhannya saya sebagai ketua fraksi jika bisa membuktikan ada uang dari Miranda kepada fraksi atau saya,” ujarnya di Jakarta, Jumat (29/8).

Tjahjo membenarkan, ia pernah meminta anggota F-PDIP di Komisi IX DPR periode 1999- 2004 untuk memilih Miranda. Namun, dia tak pernah menjanjikan uang. ”Saat pemilihan Kepala Polri, Gubernur BI, semua juga saya perintahkan. Tetapi tidak ada deal uang,” ujarnya.

Soal 10 lembar cek yang diberikan Dudhie Makmun Murod, sebagaimana diakui Agus, Tjahjo mempersilakan wartawan menanyakannya pada Dudhie. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pun dipersilakan mengusutnya.

Tjahjo juga tak akan menuntut Agus sebab mencemarkan nama baiknya. Namun, ia mempersilakan partai memberikan sanksi sebab pengakuan Agus merusak nama baik partai, fraksi, dan BI.

Agus sebelumnya mempersilakan kepada semua pihak untuk menyampaikan bantahan. Menurut Agus, apa yang dia sampaikan kepada KPK sesuai apa adanya. ”Saya ingin memberi contoh kalau diperiksa itu harus jujur, karena diangkat sumpah,” ujarnya.

Teten Masduki dari Indonesia Corruption Watch (ICW) mengatakan, KPK harus melacak asal usul dana Rp 500 juta yang diungkap Agus. ”Pengungkapan kesaksian Agus itu untuk membongkar relasi orang BI dengan kalangan perbankan,” katanya.

Badan Kehormatan

Pimpinan DPR dalam rapat dengan Badan Kehormatan (BK) DPR, Jumat, mendukung keinginan BK untuk memeriksa lima anggota DPR yang kini ditahan KPK terkait dengan korupsi. BK juga diizinkan memeriksa Agus Condro.

Menurut Ketua BK DPR Irsyad Sudiro, surat Ketua DPR Agung Laksono, yang sebelumnya meminta BK menangani kasus kelima anggota DPR itu setelah selesai ditangani KPK, telah dicabut dan diganti surat baru. Pemeriksaan Agus bisa dilaksanakan paralel dengan pemeriksaan anggota Dewan yang ditahan KPK.

Namun, menurut Wakil Ketua BK DPR T Gayus Lumbuun, pemeriksaan terhadap Agus perlu koordinasi dengan KPK lebih dahulu karena belum cukup bukti. Apalagi, pimpinan DPR belum melampirkan bukti sebagaimana surat aduan masyarakat.

”BK DPR bisa memproses kalau ada aduan dari masyarakat atau instruksi pimpinan DPR,” kata Gayus, secara terpisah.

Khusus pemeriksaan lima anggota Dewan yang ditahan KPK, jelas Irsyad, bisa juga merembet ke pemeriksaan 52 anggota DPR yang terlibat aliran dana BI, sebagaimana disebutkan anggota Fraksi Partai Golkar, Hamka Yandhu, di pengadilan. (sut/vin)

kasus asrori

Kejaksaan Bersikeras Tak Salah Mendakwa
Sabtu, 30 Agustus 2008 | 02:34 WIB

Surabaya, Kompas - Kejaksaan Tinggi Jawa Timur dan Kejaksaan Negeri Jombang bersikeras tidak melakukan kesalahan dalam menuntut dan mendakwa dua terpidana dan satu tersangka kasus pembunuhan jenazah yang diyakini sebagai Asrori. Penemuan bukti baru berupa identifikasi DNA Asrori yang asli tidak serta-merta menjadikan dakwaan cacat hukum.

Demikian dikatakan Kepala Kejaksaan Tinggi Jatim Zulkarnain di Surabaya, Jumat (29/8). ”Kami (kejaksaan) tidak melakukan penyidikan terhadap Asrori. Itu tugas tindak pidana umum,” kata Zulkarnain. Ia mengatakan, dakwaan yang diberikan kepada terpidana Imam Hambali alias Kemat dan Devid Eko Priyanto sudah sesuai berdasarkan berkas acara pemeriksaan yang diberikan pihak kepolisian.

Pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sendiri menelisik kemungkinan adanya kekeliruan identifikasi mayat, selain kemungkinan kekeliruan menjerat tersangka. Untuk itu, polisi kini kembali akan memeriksa DNA dari mayat yang ditemukan di kebun tebu, Jombang. Polisi juga akan memeriksa kembali DNA jenazah yang ditemukan di rumah Ryan di Jombang yang diakuinya sebagai Asrori.

Hal itu disampaikan Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira, Jumat. ”Ada kemungkinan kesalahan dalam mengidentifikasi mayat. Meski demikian, semua kemungkinan akan kami teliti, selidiki sampai benar-benar jelas dan tuntas,” ujar Abubakar.

Ia mengatakan, kemungkinan soal kekeliruan dalam identifikasi itu muncul setelah meneliti kembali kronologi pengungkapan kasus mayat di kebun tebu yang menyeret tiga tersangka, yaitu Devid Eko Priyanto, Imam Hambali, dan Maman Sugianto.

Adapun kronologi kasus mayat itu adalah pada 29 september 2007 pukul 06.30 ditemukan mayat tak dikenal di kebun tebu di wilayah Polsek Bandar Kedung Mulyo oleh H Ishak Hidayat. Mayat kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Jombang.

Penemuan mayat itu lalu diinformasikan ke Polsek Perak, yang sebelumnya pada 27 September 2007 mendapatkan laporan orang hilang bernama Asrori alias Aldo. Kemudian, rombongan keluarga Asrori berjumlah enam orang, antara lain Djalal (ayah Asrori) dan Agung Wibowo (kakak Asrori), melihat jenazah.

Keluarga lalu meyakini bahwa mayat itu adalah Asrori meskipun kondisi wajah mayat tak dapat dikenali karena rusak. Keyakinan keluarga berdasarkan ciri-ciri: ada bekas luka akibat terkena knalpot panas di kaki kanan, gigi taring agak gingsul, kuku kedua tangan panjang dan terawat rapi, potongan rambut sisi kanan dan kiri tipis, sementara sisi atas dan belakang tebal.

”Namun, ketika itu penyidik memang tak melakukan tes DNA terhadap mayat itu dan keluarga Asrori. Identifikasi hanya berdasarkan pengakuan keluarga Asrori. Seharusnya ketika itu DNA juga turut diperiksa,” kata Abubakar.

Ia menambahkan, keikutsertaan Maman dalam perkara pembunuhan mayat di kebun tebu itu muncul berdasarkan pengakuan Devid secara tiba-tiba di persidangan. Pada awalnya, perkara mayat di kebun tebu itu hanya menyeret Devid dan Chambali. Namun, karena pengakuan Devid di persidangan, akhirnya Maman ikut diproses hukum. Karena itu, kata Abubakar, persidangan Maman berlangsung belakangan.

Dakwaan jaksa

Kepala Kejari Jombang Sumardi mengatakan, penyusunan dakwaan saat itu dilakukan setelah ada pertimbangan dengan cermat berdasarkan fakta hukum. ”Dalam KUHAP disebutkan, alat bukti itu bisa macam-macam, kami sudah berdasarkan pada keterangan saksi, keterangan tersangka di persidangan, dan barang bukti hasil visum et repertum,” kata Sumardi.

Oleh karena itu, penemuan hasil tes DNA jenazah korban pembunuhan Ryan adalah Asrori yang asli tidak serta-merta menjadikan dakwaan cacat hukum. ”Proses persidangan terhadap satu tersangka, Maman Sugianto alias Sugik, tetap harus berjalan. Saat ini kasus tengah dalam proses pembacaan dakwaan. Dihentikan atau tidak itu sepenuhnya kewenangan majelis hakim,” kata Sumardi.

Kepala Bidang Humas Polda Jatim Komisaris Besar Puji Astuti mengatakan, jenazah bernomor register IFRS 026 yang diidentifikasi sebagai Asrori masih belum diberikan kepada keluarga. Pasalnya, keluarga Asrori masih belum yakin jenazah itu adalah Asrori. ”Kami masih berupaya memberikan pemahaman kepada keluarga bahwa hasil tes DNA itu final sehingga jenazah Asrori dapat segera diambil, sedangkan jenazah yang awalnya diyakini Asrori kini masih dalam pemeriksaan forensik RS Bhayangkara,” kata Puji.

Menyangkut keterlibatan terdakwa baru, Maman Sugianto alias Sugik, ternyata sejak awal sudah bisa dipatahkan dengan hasil visum et repertum. Penelusuran Kompas, Jumat, pada hasil visum nomor 371/04/415.391 X/2007, yang ditandatangani dr Rudy Prayudiya Ariyanto dari RSUD Jombang pada 25 Oktober 2007, tidak disebutkan adanya luka atau trauma di bagian belakang kepala korban yang sebelumnya diduga sebagai Asrori (28).

Padahal, dalam sidang Sugik dituduh memukul bagian belakang kepala korban dengan sebatang balok kayu 1 meter panjangnya. PN Jombang mendakwa Sugik terlibat serta mengajukannya ke pengadilan, Kamis. Hasil visum sebagaimana tertuang dalam amar putusan terpidana Imam Hambali alias Kemat (35) hanya menyebutkan korban tanpa pakaian, tinggi 160 sentimeter (cm), berkulit hitam, bergigi tonggos, ada robekan di titik 5 cm di atas pusar, dan 1 cm dari garis tengah tubuh berbentuk elips dengan ukuran 2 cm x 4 cm.(DEE/INK/SF/IDR)

Kasus Asrori

hasil kemerdekaan

Perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan selama ini apa yang telah kita lakukan. Mungkin kita hanya terbenam pada mimpi kita sendiri dengan melupakan mimpi yang seharusnya terjadi pada negara kita. Ketergantungan pada luar negeri apalagi negara kita hanya termasuk negara berkembang. Suatu jargon yang digunakan untuk menekan negara yang lemah baik dari sisi ekonomi maupun politik. Akbatnya banyak warga negara kita yang dieksploitasi sebagai tenaga kerja kasar. Umumnya wanita, padahal mereka berjuang untuk menghidupi keluarganya.
Politik yang hanya berpihak kepada para penguasa, dan ekonomi yang selalu memberatkan rahyat. Dan hukum yang selalu berpihak pada orang yang memiliki uang. Ditambah pendidikan yang sangat buruk dan ditambah lagi kesehatan yang kita tidak tahu dimana orang miskin harus berobat. Makin diperparah korupsi yang semakin mengurita disetiap aspek kehidupan bangsa. Melihat filsafat jawa bahwa pemimpin yang baik akan membawa kesejahteraan rahyat yang dipimpinya. Maka seharusnya kita mencari pemimpin yang baik buat bangsa.
Masa kepemimpinan SBY memang lebih baik dari dua pemerintahan sebelumnya, malahan penegakan hukum baru terlihat sekarang. Tetapi masih hanya kata terlihat. Bukan terlaksana yang selalu kita impikan. Pemberantasan korupsi masih tebang pilih. Pohon yang merugikan yang hanya mengabil tanpa memberikan manfaat masih tetap dipertahankan karena mempunyai kepentingan yang sama. Atau memegang rahasia, atau merupakan angota keluarga. Seperti kasus BI 100 miliar , tetapi memang pengungkapan korupsi lebih baik karena banyak kasusu yang mulai terungkap. Seperti kasus bantuan BLBI. Bank Indonesia yang memiliki hak untuk mengatur mata uang kita dapat kita lihat memiliki bobrok yang banyak. Ataukah kasus yang diungkap untuk mengangkat popularitas presiden karena akan mendekati masa pemilu 2009.
Kembali kemasa reformasi, keinginan kita pada waktu itu hanya mengiginkan mengulinkan Soeharto turun dari jabatan Presiden. Tetapi kita melupakan tidak mungkin kesewenangan yang dilakukan selama ini atas dosa Soeharto saja. Tetapi dibantu oleh orang dekatnya atau intansi yang memimpin dari pemerintah pusat sampai desa. Tetapi itulah yang terjadi di Indonesia sekarang ini. Makanya korupsi tetap saja makin menghancurkan negara kita. Kita melupakan bahwa intansi yang memimpin kita tetaplah sama. Coba kita lihat pada masa pergantian dari jaman Orde lama yang berganti Orde baru, terjadi pembersihan. Seharusnya kita lakukan hal yang sama pada masa reformasi. Kita bersikan negara kita dari unsur yang selama ini mendukung pemerintahan Soeharto. Memang soeharto telah meningal tetapi dosa yang ditingalkanya tidak akan bersih dengan kematianya. Karena anak didik Soeharto masih memimpin negeri kita. Yang kita lakukan atau yang saya inginkan bukan untuk merubah bentuk dan isi Pancasila yang saya kita kelima silanya sangat baik. Tetapi pelaksanaan kelima sila tersebut yang selalu dihalangi oleh pemerintahan yang buruk. Yang kita inginkan bukan orang lama yang memimpin negeri kita. Yaitu orang yang selama masa reformasi dengan atas nama rakyat memmimpin pergerakan mahasiswa dan rahyat demo agar Soeharto turun. Karena setelah mereka memimpin setelah Soeharto turun malah berkoalisi dengan pembantu Soeharto. Bahkan saling menjegal saat ingin menguasai jabatan presiden. Pembersiha harus kita lakukan sekarang dengan Stop pada korupsi. Dan mengawasi peradilan dan aparat penegak hukum di negara kita, memang bukan hanya pengawasan yang kita butuhkan. Tetapi sekali lagi perubahan atau yang lebih ekstrim pembersiahan terhadap aparatur negara yang korup.
Mungkin yang menjadi penyebab utama terjadi korupsi adala cara perekrutan yang mengunakan jalur cepat dan korupsi. Apabila masuk keakademi polisi yang paling kita perlukan adalah koneksi dan uang. Bukan jiwa yang layak menjadi aparat penegak hukum. Haruskah kita terus terjebak dilingkaran setan yang selalu saja membelengu kita.
Kita memang harus kembali keagama yan merupakan jalan untuk menata moral bangsa kita yang telah rusak oleh hal duniawi. Kembali masalah penegakan agama dapat kita ketahui bagaimana kasus Jamaah Ahmadia karena tekanan Amerika selalu saja dilingdungi. Padahal kasus penyalahan agama sering terjadi dan orang yang memimpinya dan umatnya tidak dilindungi secara hukum. Tetapi lain dengan kasus Jamaah Ahmadia. Kita merubah negara negara kita, bisa saja tanpa jalr kekerasan tetapi kita bisa melalui semua ini tanpa mengharapakan juru selamat. Tetapi kita harus berusaha, dengan mempersiapkan kita sebagai pemimpin negara ini.

pengagas pergerakan nasional

Museum Haji Samanhudi di Kampoeng Laweyan
Bangunan Bekas Gudang Batik
Kamis, 21 Agustus 2008 | 18:33 WIB

SOLO, KOMPAS - Walaupun termasuk tokoh pergerakan nasional, sejarah dan perjuangan KH Samanhudi hingga kini tidak banyak orang yang mengenal dia. Untuk mengetahui perjuangan pendiri Serikat Dagang Islam yang kelak menjadi Serikat Islam, Yayasan Warna Warni mendirikan Museum Haji Samanhudi di tengah Kampoeng Batik Laweyan, Solo.

Museum Haji Samanhudi menampung sejumlah dokumen yang menceritakan kehidupan KH Samanhudi, terutama kisah dan perjuangannya hingga masa tua. Museum itu dibuka Jumat (22/8).

"Banyak generasi muda zaman sekarang kurang memahami sejarah perjuangan para tokoh pendiri bangsa. Saya berharap, adanya Museum Haji Samanhudi membuat generasi sekarang termasuk masyarakat luas mengetahui peran Samanhudi dalam panggung pergerakan nasional," ujar Pendiri

Yayasan Warna Warni Krisnina Akbar Tandjung di Solo, Rabu (20/8). Nina yang didampingi keluarga cucu Samanhudi, Iwan Hudi, mengakui mendapat ilham mendirikan museum dari sebuah buku karya Prof Takashi Shiraishi (ahli Indonesia dari Jepang).

Buku itu berjudul Zaman Bergerak:Radikalisme Rakyat Jawa 1912- 1926. Buku berjudul asli An Age in Motion:Popular Radicalism in Java 1912-1926 itu menceritakan peran batik Laweyan dan sejarah Serikat Islam dengan tokoh sentral KH Samanhudi. Bangunan bekas gudang

Di museum ini dipajang gambar, foto, dan dokumen tentang revolusi batik, politik, pendirian Serikat Islam, peran pemerintah kolonial terhadap Serikat Islam, Samanhudi dan Serikat Islam, serta Samanhudi pada masa tua.

Gambar atau foto yang dipajang antara lain foto Samanhudi bersama keluarga, dan sejumlah tokoh pergerakan nasional. Tidak ketinggalan foto KH Samanhudi pada puncak kejayaannya sebagai saudagar batik.

Lokasi Museum Samanhudi di Jalan Tiga Negeri Laweyan. Tempat itu adalah bekas sebuah gudang batik. Berdirinya museum diharapkan akan membantu para wisatawan yang berkunjung di Kampoeng Batik Laweyan mengetahui perjuangan Samanhudi dan sejarah kampung tersebut.

Tidak jauh dari museum terdapat rumah pemberian mantan Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno, kepada keluarga Samanhudi, pada 17 Agustus 1962. Rumah tersebut kini dihuni cucu Samanhudi. Adapun makam Samanhudi berada di seberang Sungai Kabanaran dekat Situs Bandar Kabaran.

Masih di Laweyan terdapat Masjid Laweyan di seberang Sungai Kabanaran, yang berdiri pada masa kerajaan Islam Pajang tahun 1546 Masehi serta makam Kiai Ageng Ngenis, keturunan Raja Brawijaya V yang kelak menurunkan raja-raja penguasa Kerajaan Mataram. (SON)

Selasa, 26 Agustus 2008

17an


sudah lama saya tidak mempoting blog ini karena ingin menyelesaikan novel saya yang akan dikirimkan. tapi tujuh belas Agustus. adalah awal kemerdekaan kita yang dibawa oleh para pemuda.