Rabu, 04 November 2009

Tradisi dalam Sepotong Roti




Shutter Stock
Madu juga bisa digunakan sebagai pengganti selai untuk roti.
Minggu, 1 November 2009 | 06:55 WIB

Lusiana Indriasari


KOMPAS.com - Duduk di kedai sambil menyeruput kopi hitam atau teh panas, ditemani roti bakar sebagai cemilan, sudah menjadi kebiasaan lama masyarakat Singapura. Tradisi itu kini bahkan merambah sampai ke Jakarta.

Adalah Yakun Kaya Toast, kedai kopi milik Loi Ah Koon yang menjual tradisi itu ke Jakarta. Bedanya dengan tempat minum kopi lainnya di Jakarta yang modern, kedai kopi milik orang Singapura ini mempertahankan kesederhanaan dalam konsep makanan, penataan ruang, dan peralatan dapur yang digunakan.

Kesederhanaan, misalnya, bisa dilihat dari menu yang ditawarkan. Untuk roti bakar ada enam menu, roti bakar tradisional, roti bakar gula mentega, roti bakar keju, roti bakar perancis dengan keju dan selai kaya, serta roti bakar es krim.

Ada juga telur setengah matang, yang oleh orang Asia dipercaya mampu menambah stamina. Di daftar menu, telur setengah matang itu diberi nama soft-boiled eggs.

Cara memasak telur setengah matang ini ada tekniknya. Sebelum gerai dibuka, juru masak di Yakun Kaya Toast sudah lebih dulu merendam telur-telur ayam ras di dalam air panas selama 15 menit. Lantas bila ada yang memesan, telur yang sudah disiapkan di gerai tadi direndam lagi dengan air panas selama lima menit.

Hasilnya, telur setengah matang yang tidak benar-benar kental. Saat disendok, telur itu meleleh di dalam mulut. Agar tidak terlalu amis, telur setengah matang bisa ditaburi lada, garam, dan kecap asin yang disediakan.

Tradisi yang sederhana ini ternyata mampu menarik perhatian pembeli. Buktinya, sebagian besar pengunjung yang datang ke kedai kopi itu, menurut Andreas Susanto, Head Supervisor Yakun Kaya Toast, memilih menu tradisional Yakun Kaya Toast, seperti roti bakar tradisional dan telur setengah matang.

Dan perlu diketahui, roti bakar tradisional ini isinya sederhana saja. Dua lapis roti karamel dipanggang selama lebih kurang satu menit, lalu diolesi selai kaya. Di tengah-tengah roti tadi diberi beberapa potongan kecil mentega. Hidangan ini lebih enak kalau disantap saat masih hangat. Kalau digigit terasa garing di luar, tetapi ada kelembutan di dalamnya. Selain itu, perpaduan rasa selai kaya yang manis dan mentega yang gurih sungguh tidak bisa terlupakan. Nyes...!

Selai kaya

Selai kaya memang menjadi andalan utama Yakun Kaya Toast. Semua roti bakar di kedai itu selalu disajikan dengan selai kaya. Sebagian orang mengira selai kaya adalah selai yang terbuat dari buah srikaya. Namun, sebenarnya selai kaya ini terbuat dari santan, gula, dan telur yang dikocok halus lalu diberi aroma pandan.

Bagi konsumen yang kurang puas menikmati selai kaya dalam sepotong roti, gerai Yakun Kaya Toast juga menyediakan kemasan di dalam botol. Anda bisa membawa pulang selai yang gurih ini setelah membayar Rp 88.000 per botol. Mereka juga menjual kopi bubuk dan teh dalam kemasan kantong.

Karena semua roti bakar disajikan dengan selai kaya, yang kemudian bisa membedakan satu roti bakar dengan lainnya adalah pelengkap selai kayanya. Ada roti bakar isi mentega, roti bakar isi gula dan mentega, serta roti keju. Ada juga roti bakar es krim dengan rasa stroberi, cokelat, dan durian.

Yang membuat unik roti bakar Yakun Kaya Toast adalah roti karamel yang digunakan sebagai bahan dasar. Roti karamel ini dibuat dengan resep khusus keluarga Ah Koon, tetapi sudah bisa dibuat sendiri di Indonesia.

”Kami memiliki pemasok sendiri di Indonesia,” kata Andreas. Berbeda dengan roti tawar pada umumnya, roti karamel lebih padat. Namun, khusus untuk menu French toast, Yakun Kaya Toast menggunakan roti tawar yang empuk. Pertama, French toast dibakar, lalu di atasnya diberi keju jenis cheddar.

”Roti bakar yang enak bisa untuk memulai persahabatan hari ini.” Begitulah moto yang ditawarkan Yakun Kaya Toast untuk melayani calon pembelinya.

Moto itu dipakai generasi penerus Ah Koon untuk mengenang tradisi di kedai kopi. Pada masa lalu, ketika Ah Koon memulai berjualan kopi, teh, telur setengah matang, dan roti bakar di Telok Ayer Basin, Singapura, pada tahun 1944, pelanggannya datang dari berbagai kalangan, mulai dari kuli, pedagang, rentenir, polisi, dan seterusnya.

Para pelanggan ini bisa ngobrol di kedai kopi Ah Koon sampai berjam-jam. Ada yang sekadar mengobrol ringan dengan teman sampai mengobrol urusan bisnis serius.

Tradisi ini tampaknya berlanjut di Yakun Kaya Toast. Pengunjung yang datang ke gerai Yakun Kaya Toast di mal juga betah duduk berlama-lama. Andreas mengamati, ada pelanggannya yang bahkan selalu datang pada pagi dan sore hari.

Harga makanan dan minuman di Yakun Kaya Toast relatif murah. Aneka roti bakar itu dijual dengan harga Rp 13.000. Sementara untuk minuman harganya bervariasi antara Rp 11.000 dan Rp 15.000. Minuman yang ditawarkan memang hanya teh dan kopi. Variasinya pun tidak banyak, yaitu hanya teh/kopi asli atau teh/kopi dengan susu atau krim.

Konsep sederhana juga terlihat dari interior dan peralatan dapur yang digunakan. Kalau mau menilik ”dapur” Yakun Kaya Toast yang biasanya terletak di depan tempat penjualan, bisa dilihat teko-teko dengan corong panjang. Di atas teko ada saringan khusus untuk menyaring teh atau kopi yang akan disajikan. Teko-teko ini terbuat dari bahan baja antikarat.

Alat untuk memanggang roti di situ juga sederhana saja, yaitu dengan meletakkan kawat baja antikarat ukuran besar di atas kompor gas. Kombinasi kesederhanaan dan selai kaya membuat orang betah berlama-lama di kedai kopi Ah Koon.

Tidak ada komentar: