Perna aku menyatakan sepertinya aku waktu kelas SD lebih pintar daripada saat kuliah, ini bukan guyonan tetapi menurutku sebuah kenyataan. Aku pikir daya kritisku jauh lebih baik waktu itu, aku masih berani bertanya kepada orang lain karena aku angap mereka mampu memberikan jawapan tanpa tendensi apapun, waktu itu sebuah pertanyaan pasti mempunyai jawaban yang relevan dengan hal yang ilmiah. Bukan jawapan satu tambah satu sama dengan dua, karena itu memang jawabanya tetapi hukum jawaban tersebut merupakan pertambahan nomina satu dengan tambah satu nomina satu sama dengan dua.......orang lain merupakan pelengkab bagi lainya karena manusia tidak dapat hidup sendiri. waktu pertama kali mendegarkan penjelasan hak Veto di PBB aku langsung berpikir bahwa seharusnya kalau hak veto tidak di hapus seharusnya PBB di bubarkan, karena hanya membela kepentingan negara besar. Sekarang dapat kita lihat bagaimana perlakuan UN[PBB] bagi gerakan separatis antara yan berbasis agama Islam dibandingkan perlakuanya terhadap agama yang lainya.
Yang lucu yang terlintas dalam ingatan ku kembali bagaimana proses pemikiranku waktu SD, ketika aku mengiginkan berpikir lebih dalam yang aku tahu jawaban semuanya berasal dari alam dan diri kita sendiri. Saat keinginanku berpikir mulai tumbuh, segera aku menuju tempat persembunyianku; sebuah pohon sawo. Karena dekat kolam ikan aku suka di sana di dahanya yang paling tinggi biasanya aku bertengger sambil melihat ikan. Aku berpikir bagaimanakah aku akan hidup, mejadi ikan atau air kolam tersebut. Bila menjadi ikan aku akan tetap terpasung pada pola kehidupan ini lahir berkembang dan mati hanya untuk tuan manusia yang memberikan kehidupan; sebuah kehidupan yang sangat ironis kita selalu saja menurut padanya tanpa memperhatikan apakah esensi dari fungsi ilahi semua mahluk diciptakan.
Berbeda dengan air yang selalu saja memberikan kehidupan bagi sekitarnya, air idak perna mati ia terus saja hidup melalui siklus hidupnya, itu yang selalu saja aku inginkan walaupun aku tidak ada di dunia ini tetapi 100 tahun setelah kematianku tetap saja aku dikenal, seperti karya Leo Tol Stoy; bukan dari perbuatan kontroversialku tetapi dari hal baik yang aku berikan pada dunia. Aku yakin yang bisa aku berikan hanya tulisanku, walau sampai sekarang gaya penuisanku belum matang, khas ciri penulis pemula walaupun idenya sangat bagus, kecenderungan lebih bagus daripada penulis senior. Tapi bentuk tulisanya masih kaku; walaupun aku ingat pertama kali aku menulis waktu kelas tiga SD. Sebuah pengalaman yang sangat lama sesunguhnya. Tapi perkemabangan kreativitasku tidak berkembang pesat, dilihat dari waktu yang sudah melebihi lima belas tahun. Walaupun tulisan pertamaku ialah sebuah penceritaan ketika aku akan memulai kativitas berangkat sekolah. Sebuah tema yang sangat sederhana tetapi sampai sekarang masih melekat erat ada dalam ingatanku.
Yang lucu yang terlintas dalam ingatan ku kembali bagaimana proses pemikiranku waktu SD, ketika aku mengiginkan berpikir lebih dalam yang aku tahu jawaban semuanya berasal dari alam dan diri kita sendiri. Saat keinginanku berpikir mulai tumbuh, segera aku menuju tempat persembunyianku; sebuah pohon sawo. Karena dekat kolam ikan aku suka di sana di dahanya yang paling tinggi biasanya aku bertengger sambil melihat ikan. Aku berpikir bagaimanakah aku akan hidup, mejadi ikan atau air kolam tersebut. Bila menjadi ikan aku akan tetap terpasung pada pola kehidupan ini lahir berkembang dan mati hanya untuk tuan manusia yang memberikan kehidupan; sebuah kehidupan yang sangat ironis kita selalu saja menurut padanya tanpa memperhatikan apakah esensi dari fungsi ilahi semua mahluk diciptakan.
Berbeda dengan air yang selalu saja memberikan kehidupan bagi sekitarnya, air idak perna mati ia terus saja hidup melalui siklus hidupnya, itu yang selalu saja aku inginkan walaupun aku tidak ada di dunia ini tetapi 100 tahun setelah kematianku tetap saja aku dikenal, seperti karya Leo Tol Stoy; bukan dari perbuatan kontroversialku tetapi dari hal baik yang aku berikan pada dunia. Aku yakin yang bisa aku berikan hanya tulisanku, walau sampai sekarang gaya penuisanku belum matang, khas ciri penulis pemula walaupun idenya sangat bagus, kecenderungan lebih bagus daripada penulis senior. Tapi bentuk tulisanya masih kaku; walaupun aku ingat pertama kali aku menulis waktu kelas tiga SD. Sebuah pengalaman yang sangat lama sesunguhnya. Tapi perkemabangan kreativitasku tidak berkembang pesat, dilihat dari waktu yang sudah melebihi lima belas tahun. Walaupun tulisan pertamaku ialah sebuah penceritaan ketika aku akan memulai kativitas berangkat sekolah. Sebuah tema yang sangat sederhana tetapi sampai sekarang masih melekat erat ada dalam ingatanku.
bersambung.......tambah revisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar