Museum Haji Samanhudi di Kampoeng Laweyan
Bangunan Bekas Gudang Batik
Kamis, 21 Agustus 2008 | 18:33 WIB
SOLO, KOMPAS - Walaupun termasuk tokoh pergerakan nasional, sejarah dan perjuangan KH Samanhudi hingga kini tidak banyak orang yang mengenal dia. Untuk mengetahui perjuangan pendiri Serikat Dagang Islam yang kelak menjadi Serikat Islam, Yayasan Warna Warni mendirikan Museum Haji Samanhudi di tengah Kampoeng Batik Laweyan, Solo.
Museum Haji Samanhudi menampung sejumlah dokumen yang menceritakan kehidupan KH Samanhudi, terutama kisah dan perjuangannya hingga masa tua. Museum itu dibuka Jumat (22/8).
"Banyak generasi muda zaman sekarang kurang memahami sejarah perjuangan para tokoh pendiri bangsa. Saya berharap, adanya Museum Haji Samanhudi membuat generasi sekarang termasuk masyarakat luas mengetahui peran Samanhudi dalam panggung pergerakan nasional," ujar Pendiri
Yayasan Warna Warni Krisnina Akbar Tandjung di Solo, Rabu (20/8). Nina yang didampingi keluarga cucu Samanhudi, Iwan Hudi, mengakui mendapat ilham mendirikan museum dari sebuah buku karya Prof Takashi Shiraishi (ahli Indonesia dari Jepang).
Buku itu berjudul Zaman Bergerak:Radikalisme Rakyat Jawa 1912- 1926. Buku berjudul asli An Age in Motion:Popular Radicalism in Java 1912-1926 itu menceritakan peran batik Laweyan dan sejarah Serikat Islam dengan tokoh sentral KH Samanhudi. Bangunan bekas gudang
Di museum ini dipajang gambar, foto, dan dokumen tentang revolusi batik, politik, pendirian Serikat Islam, peran pemerintah kolonial terhadap Serikat Islam, Samanhudi dan Serikat Islam, serta Samanhudi pada masa tua.
Gambar atau foto yang dipajang antara lain foto Samanhudi bersama keluarga, dan sejumlah tokoh pergerakan nasional. Tidak ketinggalan foto KH Samanhudi pada puncak kejayaannya sebagai saudagar batik.
Lokasi Museum Samanhudi di Jalan Tiga Negeri Laweyan. Tempat itu adalah bekas sebuah gudang batik. Berdirinya museum diharapkan akan membantu para wisatawan yang berkunjung di Kampoeng Batik Laweyan mengetahui perjuangan Samanhudi dan sejarah kampung tersebut.
Tidak jauh dari museum terdapat rumah pemberian mantan Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno, kepada keluarga Samanhudi, pada 17 Agustus 1962. Rumah tersebut kini dihuni cucu Samanhudi. Adapun makam Samanhudi berada di seberang Sungai Kabanaran dekat Situs Bandar Kabaran.
Masih di Laweyan terdapat Masjid Laweyan di seberang Sungai Kabanaran, yang berdiri pada masa kerajaan Islam Pajang tahun 1546 Masehi serta makam Kiai Ageng Ngenis, keturunan Raja Brawijaya V yang kelak menurunkan raja-raja penguasa Kerajaan Mataram. (SON)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar