Sabtu, 30 Agustus 2008

hasil kemerdekaan

Perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan selama ini apa yang telah kita lakukan. Mungkin kita hanya terbenam pada mimpi kita sendiri dengan melupakan mimpi yang seharusnya terjadi pada negara kita. Ketergantungan pada luar negeri apalagi negara kita hanya termasuk negara berkembang. Suatu jargon yang digunakan untuk menekan negara yang lemah baik dari sisi ekonomi maupun politik. Akbatnya banyak warga negara kita yang dieksploitasi sebagai tenaga kerja kasar. Umumnya wanita, padahal mereka berjuang untuk menghidupi keluarganya.
Politik yang hanya berpihak kepada para penguasa, dan ekonomi yang selalu memberatkan rahyat. Dan hukum yang selalu berpihak pada orang yang memiliki uang. Ditambah pendidikan yang sangat buruk dan ditambah lagi kesehatan yang kita tidak tahu dimana orang miskin harus berobat. Makin diperparah korupsi yang semakin mengurita disetiap aspek kehidupan bangsa. Melihat filsafat jawa bahwa pemimpin yang baik akan membawa kesejahteraan rahyat yang dipimpinya. Maka seharusnya kita mencari pemimpin yang baik buat bangsa.
Masa kepemimpinan SBY memang lebih baik dari dua pemerintahan sebelumnya, malahan penegakan hukum baru terlihat sekarang. Tetapi masih hanya kata terlihat. Bukan terlaksana yang selalu kita impikan. Pemberantasan korupsi masih tebang pilih. Pohon yang merugikan yang hanya mengabil tanpa memberikan manfaat masih tetap dipertahankan karena mempunyai kepentingan yang sama. Atau memegang rahasia, atau merupakan angota keluarga. Seperti kasus BI 100 miliar , tetapi memang pengungkapan korupsi lebih baik karena banyak kasusu yang mulai terungkap. Seperti kasus bantuan BLBI. Bank Indonesia yang memiliki hak untuk mengatur mata uang kita dapat kita lihat memiliki bobrok yang banyak. Ataukah kasus yang diungkap untuk mengangkat popularitas presiden karena akan mendekati masa pemilu 2009.
Kembali kemasa reformasi, keinginan kita pada waktu itu hanya mengiginkan mengulinkan Soeharto turun dari jabatan Presiden. Tetapi kita melupakan tidak mungkin kesewenangan yang dilakukan selama ini atas dosa Soeharto saja. Tetapi dibantu oleh orang dekatnya atau intansi yang memimpin dari pemerintah pusat sampai desa. Tetapi itulah yang terjadi di Indonesia sekarang ini. Makanya korupsi tetap saja makin menghancurkan negara kita. Kita melupakan bahwa intansi yang memimpin kita tetaplah sama. Coba kita lihat pada masa pergantian dari jaman Orde lama yang berganti Orde baru, terjadi pembersihan. Seharusnya kita lakukan hal yang sama pada masa reformasi. Kita bersikan negara kita dari unsur yang selama ini mendukung pemerintahan Soeharto. Memang soeharto telah meningal tetapi dosa yang ditingalkanya tidak akan bersih dengan kematianya. Karena anak didik Soeharto masih memimpin negeri kita. Yang kita lakukan atau yang saya inginkan bukan untuk merubah bentuk dan isi Pancasila yang saya kita kelima silanya sangat baik. Tetapi pelaksanaan kelima sila tersebut yang selalu dihalangi oleh pemerintahan yang buruk. Yang kita inginkan bukan orang lama yang memimpin negeri kita. Yaitu orang yang selama masa reformasi dengan atas nama rakyat memmimpin pergerakan mahasiswa dan rahyat demo agar Soeharto turun. Karena setelah mereka memimpin setelah Soeharto turun malah berkoalisi dengan pembantu Soeharto. Bahkan saling menjegal saat ingin menguasai jabatan presiden. Pembersiha harus kita lakukan sekarang dengan Stop pada korupsi. Dan mengawasi peradilan dan aparat penegak hukum di negara kita, memang bukan hanya pengawasan yang kita butuhkan. Tetapi sekali lagi perubahan atau yang lebih ekstrim pembersiahan terhadap aparatur negara yang korup.
Mungkin yang menjadi penyebab utama terjadi korupsi adala cara perekrutan yang mengunakan jalur cepat dan korupsi. Apabila masuk keakademi polisi yang paling kita perlukan adalah koneksi dan uang. Bukan jiwa yang layak menjadi aparat penegak hukum. Haruskah kita terus terjebak dilingkaran setan yang selalu saja membelengu kita.
Kita memang harus kembali keagama yan merupakan jalan untuk menata moral bangsa kita yang telah rusak oleh hal duniawi. Kembali masalah penegakan agama dapat kita ketahui bagaimana kasus Jamaah Ahmadia karena tekanan Amerika selalu saja dilingdungi. Padahal kasus penyalahan agama sering terjadi dan orang yang memimpinya dan umatnya tidak dilindungi secara hukum. Tetapi lain dengan kasus Jamaah Ahmadia. Kita merubah negara negara kita, bisa saja tanpa jalr kekerasan tetapi kita bisa melalui semua ini tanpa mengharapakan juru selamat. Tetapi kita harus berusaha, dengan mempersiapkan kita sebagai pemimpin negara ini.

Tidak ada komentar: