Rabu, 09 Juli 2008

Pemikiran Timur : Flsafat atau Kepercayaan ?

Pemikiran Timur : Flsafat atau Kepercayaan ?

Pemikiran timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak sistematis, dan tidak kritis. Ini yang menyebabkan pemikiran timur diangap bukan filsafat. Sifat-sifat penegtahuan secara konfensional dipandang nharus ada dalam filsafat. Seringkali dipandang tidak ada dalam filsafat timur, oleh karena itu filsafat timur dipandang sebagai agama. Padahal agama dan filsafat saling bertolak belakang, agama emnagjarkan kepatuhan sedangkan filsafat mengandalkan kemampuan berfikir secara kritis yang sering ditampilakan dalam kemapuan kita untuk meragukan, mempertayakan, membongkar sampai keakar untuk kemudian dikontruksikan menjadi pemikiran yang baru yang lebih masuk akal.
Meskipun ada juga pemikiran yang mengangap bahwa agama dan filsafat adalah dua hal yang sejalan. Santo Aquinas sebagai filsuf yang juga agamawan kristiani, yang berpendapat bahwa agama dan filsafat adalah dua hal yang sejalan. Iqbal menegaskan bahwa agama islam dan filsafat semestinya beririgan untuk mencapai kebenaran. Tetapi pada praktiknya sangat sulit untuk melakukan hal tersebut secara mutlak. Selalu saja ada yang mesti dikorbankan untuk yang menjadi utama pemikiran kita adalah yang satunya merupakan tambahan saja.
Di abad pertengahan misalnya, filsafat adalah hambah bagi iman. Filsafat dimanfaatkan untuk membantu memperjelaskan permaslahan teologi. Semboyan fait over reason ( iman melampaui nalar) merupakan contoh bagi ketidak sejajaran agama dan filsafat dalam kehidupan kongkret. Dalam pemikiran Islam pertentangan agama dengan filsafat berlangsung hingga penghujung abad ke-21. Dalam pemikiran eropa, agama dan filsafat lebih sering dibedahkan. Filsafat sering dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan. Filsafat punya kemampuan untuk menyerang ilmu dan teologi tetapi juga mampu diserang oleh teologi dan ilmu.
Tetapi juga pemikiran timur dijadikan pisau bedah bagi banyak permasalahan filosofis, bahkan mereka mengembangkanya dengan sistematika pemikiran yang filosofis. Pemikiran yang filosofis bukan mutlak milik barat tetapi milik semua orang. Orang pasti perna memikirkan apakah yang selama ini dilakukanya dan apakah agama yang diimaninya merupakan hal yang benar atau salah. Apakah hanyalah perasaan takut akan kehidupan setelah mati. Bahkan seorang ateis pun sebenarnya seorang berpikir filosofis karena ia berpikir apakah tuhan itu benar-benar ada atau tidak.
Pemikiran etis dari Confucius, banyak membahas bagaimana hidup yang baik bagi manusia dan bagaimana manusia memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Pemikiran yang semacam itu memang sama dengan Aristoteles membahas tentang kebahagiaan dan bagaimana memperoleh kebahagian tersebut. Bagi Aristoteles bahwa kebahagiaan harus merupakan tujuan pada dirinya sendiri yang dapat tercapai apabila ia menjalani hidup dengan keutamaan dan praktiknya. Adalah hidup dimana manusia bisa mengatur perbuatanya dengan rasio yang selalu mengambil kendali atau dorongan instruktif yang menyesatkan.
Conficius mengajukan berbagai keutamaan manusia dalam hidupnya agar mencapai kebahagian. Jika kita memandang ajaran Confucius sebagai suatu kepercayaann yang sama dengan agama, karena pengikutnya juga demikian maka hal yang sama dapat kita lakukan pada ajaran Plato, Aritoteles. Mengingat tidak sedikit orang yang menganggap ajaran atau pemikiran mereka sama atau melebihi agama .
Ada satu pendapat yang menarik dari filsuf eksistensialisme Karl jasper. Ia menyimpulkan bahwa dalam sejarah peradapan manusia ada empat orang yang menciptakan dan mendemotrasikan cara hidup yang kemudian dijalankan oleh pengikutnya yang sangat banyak antara lain, Buddha, Confucius, Socrates, dan Jesus. Masing-masing memiliki keunikan dan memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Ungkapan Jasper menunujukan satu pengakuan bahwa pemikiran timur juga merupakan bagian dari kasanah filsafat.
Sanderso Beck mengungkapkan bahwa Confecius sejajar dengan Socrates. Ia juga menunjukan bahwa bagaimana sejarah timur tanpa pemikiran Confecius sebagaimana pemikiran barat tanpa Socrates, Aristoteles, dan Plato. Memang kalau kita beranggapan kalau filsafat adalah pemikiran yang harus memenuhi kriteria yang dipakai oleh kebanyakan sistem filsafat barat. Berbeda dengan filsafat barat, pemikiran timur tidak menampilkan sistematika yang biasa dipakai dalam filsafat barat. Seperti bagian bidang kajian filsafat menjadi metafisika, epistemologi dan axilogi. Selain itu pemikiran timur sering diterima begitu oleh penganutanya tanpa kajian kristis terlebih dahulu. Sehinga banyak pemikiran filsafat yang mengklaim pemikiran timur sebagi agama. Beberapa kajian terhadap pemikiran timur juga menunjukan kurangnya telaah kritis terhadap pemikiran timur yang dilakukan oleh mereka yang mendalaminya. Mereka lebih sering menafsirkan, berusaha memahinya. Mereka lebih sering mengamalkanya. Dari sini terkesan pemikiran timur hanya seperangkat tuntutan praktis untuk menjalani hidup, atau sebagai serangkaian aturan bagi manusia untuk mencapai kebahagian. Itu semua bukanlah patokan yang menentukan apakah pemikiran timur dapat digolongkan sebagai filsafat atau tidak.
Di barat sendiri pengertian filsafat sudah semakin bergeser. Kalau kita bicara tentang sistematika, filsafat yang ditampilkan oleh Robert Rorty, Quinne, dan Derida sudah tidak berbicara soal pembagian bidang kaijan filsafat lagi. Rorty bahkan menyatakan epismologi ( bidang filsafat yang mengkaji seluruh pengetahuan yang mungkin diperoleh manusia mulai dari asal usulnya, bagaimana cara mendapatkanya, sampai pengujian benar-salahnya dan sampai penegtahuan itu mati ).
Sampai di sini terlihat bahwa alasan pemikiran timur buhkanlah filsafat karena tidak memiliki sistematika yang harus dimiliki filsafat tidak relevan lagi. Pemikiran timur bisa jadi merupakan suatu bentuk filsafat meski tanpa sistematika seperti yang ditampilkan oleh pemikiran barat.
Hal ini juga merupakan pengaruh bahwa dominasi barat atas kriteria tentang filsafat dicoba pada filsafat atau pemikiran timur, memang secara etimologi filsafat memang berasal dari barat. Namun filsafat bukanlah monopoli barat saja. Karena timur juga mempunyai pemikiran yang tak kalah dalam, dan bahkan lebih mendalam, lebih analistis, dan lebih kritis.
Fu Yu lan menunjukan bahwa pnegrtian filsafat tidak hanya penegrtian yang digunakan oleh barat. Mengingat penegertian asal kata philosophy adalah philos dan sophis yang mempunyai arti cinta dan kebenaran. Dengan penegrtian cinta kepada kebenaran. Maka pemikiran timur dapat dikategorikan sebagai filsafat. Pemikiran timur juga merupakan proses berpikir manusia untuk memperoleh kebenaran yang didasari rasa cinta mereka terhadap kebenaran. Singaktnya adalah sebuah pemikiran yang berusaha untuk mendapatkan kebenaran dan didasari oleh rasa cinta pada kebenaran dapat disebut filsafat.
Hal yang dikuatkan oleh Socrates yang dikutip oleh Plato dalam Phaedrus :
Orang-orang yang gagasan dan pemikiranya didasari oleh pengetahuan tentang kebenaran dan dapat mempertahankanya dengan argumentasi yang kuat patut disebut Filsuf. Mereka adalah pecinta kebijaksanaan atau wisdom. Ada dua kondisi yang niscaya harus ada dalam penegrtian kebijaksanaan dan keduanya tak bis berdiri sendiri.
1.Pengetahuan tentang kebaikan tertinggi.
2.Tindakan untuk mencapai kebaikan tertinggi.
Mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak saja bukanlah kebijaksanaan. Begitu pula dengan melakukan sesuatu yang benar tetapi tidak mengetahui apakah hal tersebut benar. Untuk dapat menilai seseorang bijaksana kedua hal tersebut harus tampil dalam diri oran tersebut. Dua kondisi yan terkandung dalam kebijsanaan yang mungkin hilang atau samar dalam pemikiran dan pemahaman pengikut pemikir timur, mereka hanya mengamalkan saja segala hasil pemikiran yang mereka anut tanpa mencari kebijaksana. Pemikiran timur pada penganutnya tidak bersifat terbuka tetapi sudah menjadi suatu dogmatis.
Kriteria sitematis bukan berarti filsafat timur harus memiliki bagian-bagian seperti filsafat barat yang secara umum mencakup metefisika, epistemologi, dan axiologi. Pemenuhan kriteria secara sistematis bagi timur bisa berbeda antara sistem satu pemikiran dengan pemikiran yang lain. Pemikiran Cina misalnya, sistematikanya bisa berdasarkan pada kontruksi konologis. Dari mulai awal penciptaan alam hingga meningalnya manusia yang dijaln secara runut. Yang penting adalah alur yang runut dalam setiap sistem pemikiran. Ada masalah yang jelas, ada proses pengelolahan informasi sebagai upaya penyelesaian masalah, dan solusi bagi masalah itu.
Sifat radikal dalam artian mendalam sampai akar-akar pada filafat timur sudah tampak pada para pemikir timur. Pemikiran Shidarta Gautama adalah pemikiran yang diangap radikal pada masanya. Ia mencari hakikat hdup sampai-sedalam dalamnya. Ia bahkan mencabut akar kehidupanya yang lama untuk berganti akar kehidupan yan baru. Dimulai ketika ia melihat kematian orang miskin berbeda dalam kehidupan istananya yang mewah. Sehingga ia meningalkan gelar pangeran demi mencapai kebenaran kehidupan. Yang ia temukan dalam Budhisme.
Penegrtian kriteria yang menjadi dasar kategorisasi terhadap pemikiran timur. Pemikiran itu memungkinkan berbagai pemikiran yang diluar pemikiran filsafat barat. Dengan hal diatas Hinduisme, budhisme, Daoisme, Chan dan pemikiran Islam dapat disebut sebagai filsafat.

Tidak ada komentar: