Rabu, 09 Juli 2008

Filsafat Hindu: Menyatu dengan alam, meraih kebajikan abadi

Filsafat Hindu: Menyatu dengan alam, meraih kebajikan abadi
India merupakan wilayah yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendunia dan bahkan dijaman Modern juga melahirkan Mahatma Gandhi yang memiliki pemikiran yang digunakan di India. Diantaranya adalah pemikiran hindu dalam agama hindu. Kata hindu sendiri yang berkaitan dengan hindustan yang berarti tanah india. Filsafat hindu menyelediki alam, mencari intisarinya, diselami hakikatnya, dicari sebab-sebab yang sedalam-dalamnya. Akan tetapi tidak berhenti di situ saja, masih mempunyai tujuan yang lain yaitu kebebasan.
Filsafat hindu tidak lepas dari agama hindu atau hinduisme. Yang awal mulanya berkembang utara anak India pada saat tahun 2000 Sm. Pada masa itu ada perpaduan antara kebudayaan bangasa Aria dengan kebudayaan asli yang mengunakan bahasa dravida. Atau tradisi lisan dalam Veda atau dalam bahasa Indonesia adalah Weda. Menurut Veda, korban dipersembahkan bagi banyak dewa yang disebutkan dalam veda tetapi yang utama hanya beberapa saja. Dewa-dewa itu antara lain Dewa Indra, Dewa Perang, Dewa Vishnu, Dewa Agni, Surya, dan Rudra.
Dalam agama bukan hanya persembahan kepada dewa-dewa saja yang penting tetapi rita juga penting, rita menujukan kepada hukum dan peraturan yang mengatur hubungan antara suami-istri, anak-orangtua, pembesar dan bawahan, dan sebagainya. Rita bukanlah dewa, ia meliputi segala-galanya baik dewa maupun isi dunia lainya. Rita tak berkehendak dan tak berbudi yang merupakan aturan dan hukum yang tidak boleh diabaikan atau dilanggar.
Rita adalah tuhan sebagai harmoni abadi, suara primordial, getaran, atau frekuensi kehidupan suptil tuhan di balik wilayah kesadaran biasa, tetapi dapat dicapai melalui kotemplasi.
Kesadaran akan rita ini bagi orang hindu merupakan pangkalan pemikiran yang amat dalam. Kesadaran ini memuculkan pertayaan” kalau sesunguhnya rita itu meliputi dewa, dunia, dan isinya, maka apakah bedanya manusia degan dewa” jawapanya dalam filosofi hindu sebenarnya antara dewa dengan manusia sama saja yang membedakan mereka adalah dunianya saja yang lebih makmur.
Sifat mereka melebihi manusia, tidak menjadi tua, tidak mati, namun mungkin sedih hati, bingung, cemburu, sombong, tidak baik hati, baik hati dan sebagainya.pemikiran hindu menunjukan manusia sebagi pemerhati utama dalam pemikiran filosofinya.
Perkembangan Pengertian tentang yang maha kuasa
Para filsuf hindu dalam perenunganya tentang manusia, alam, dan dewa-dewi menemukan hal yang tidak memuaskan dalam penjelasan alam vedisme. Misalnya dalam upacara korban; manusia yang berkorban kepada dewa bisa memaksakan keinginanya supaya terkabul kepada dewa-dewi. Pertanyaanya siapakah yang berkuasa manusia ataukah dewa. Disini terkesan manusia yang lebih berkuasa. Namun manusia juga tidak dapat berbuat apa-apa tanpa upacara korban, jadi korbanlah yang lebih tinggi atau lebih berkuasa.
Menurut filsuf hindu manusia adalah bagian dari alam yang tak terpisahkan. Manusia dan juga makhulk lainya berpartipasi dalam karakter alam sebab segala sesutu memanifeskan dan mengkomunikasikan realitas yang maha kuasa. Karena itu pemahaman tetang manusia tak dapat dilepaskan dari pemahaman tetang yang maha kuasa. Dalam manusia terdapat kekuasaan alam.
Pengamatan terhadap manusia dan hubunganya dengan yang maha kuasa. Mereka melihat kekuatan-kekuatan yang ada pada manusia tidak bertindak satu persatu. Melainkan ada pendukungnya. Walaupun pada manusia ada kekuatan untuk berjalan, melihat, mendengar, bercakap-cakap, dan seterusnya. Mata tidak melhat sendiri telinga tidak mendengar sendiri, namun diperkejakan oleh manuisanya. Jadi ada suatu pusat yang mengatur semua itu.
Mereka melihat pada nafas. Karena jika kaki hilang nafas tetap hidup tetapi apabila nafas hilang dapatkah manusia hidup. Namun nafas terlalu jasmani. Lalu ada istilah Atman dalam istilah hindu Atman merupakan pendukung segala tindakan dan kekuatan manusia. Tetapi menjadi satu dalam persamaan Atman adalah Brahman dan Brahman adalah Atnan.
Manusia dan alam bukanlah dua hal tetapi merupakan kesatuan. Tapi jika itu manusia itu bersatu dengan alam dengan pusat adalah Brahman yang maha kuasa, maka kesatuan itu kok tidak dirasakan manusia ? karena kedaran itu terbungkus oleh empat lapisan, semakin dalam lapisan itu akan semakin halus. Lapisan pertama adalah badan, lapisan yang kedua adalah nafas, lapisan yang ketiga adalah budi, dan lapisan yang keempat adalah qnosis yang merupakan penegtahuan yang sudah tersinergi dalam diri manusia. Pengetahuan tersebut yang ada tanpa perantara indra dan jalan pikiran. penegrtian qnosis dapat juga berarti dengan wahyu dari yang Mahakuasa.
Karena manusia tidak dapat menembus lapisa tersebut maka manusia tidak dapat merasakan braman. Braman merupakan realitas satu-satunya. Dewa dan dewi merupakan perwujudan partikular dari sifat-sifat maha kuasa. Lewat perenungan tentang bentuk dan sifat alam semesta secara intensif, mereka pada akhirnya akan menemukan bahwa sang maha kuasa adalah satu dan manusia merupakan kesatuan dengan Mahakuasa.
Pemahaman hindu, manusia tidak dapat melakukan pelanggaran terhadap aturan braman( yang Mahakuasa) tetapi terjadi kekeliruan indra karena manusia secara umum tidak mampu menembus empat lapisan yang menutupinya. Pengertian dosa atau kejahatandalam braman adalah keterkurungan dalam maya. Kekeliruan juga yang menyebabkan kita melihat ada keberagaman. Rasa kesadaran bahwa orang itu berbeda dengan orang lain. Baik manusia atau bukan disebut ahangkara. Dan ahangkara dikenal dengan hawa nafsu, tingkah laku yang mengikuti ahangkara disebut karma.
Karma yang menhalangi kesatuan dengan brahman. Pencapaian sifat yang Mahakuasa(moksa) dapat dicapai bila seluruh karma hilang.
.

Tidak ada komentar: