Hastuti, Sri. 1985. Ringkasan Sejarah Sastra Indonesia. Yogyakarta: Intan Pariwara.
A.Asal-Usul Bahasa Indonesia
Telah kita ketahui bersama bahwa dasar bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Dalam perkembangan selanjutnya bahasa Indonesia menyesuaiakan diri dengan para penutur bahasa yang mengunakanya.
1.Sejarah bahasa Melayu mulai dikenal kurang lebih pada tahun 680 M, bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa Melayu-johor.
2.Pada pertengahan abad-7, Melayu dibawah kekuasaan kerajaan Sriwijaya ibukotanya di sekitar Palembang
3.Informasi ini dipeloreh dari berbagai sumber, buk sejarah negeri Cina.
4.Bermacam-macam piagam: Piagam di Palembang, yang ditemukan di kedukan Bukit(tahun 604 tarikh syaka atau tahun 683 tarikh Masehi)
5.Pada tahun 1788 bahasa Portugis masih menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah rumah miskin di Jakarta. Percobaan menjadikan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar gagal.
6.Pemakaian Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi mula-mula oleh VOC, kemudian oleh Gubenur Hindia Belanda; baik dalam surat menyurat maupun komunikasi dengan pemimpin rahyat di nusantara.
7.Pada tahun 1731-1733 bahasa Melayu di Ambon menjadi bahasa pengantar antar sekolah-sekolah agama Kristen.
8.Salinan Bijbel oleh Leydekker mengunakan bahasa Melayu dan sangat terkenal.
Pada tanggal 28 oktober 1928, kongres Pemuda di Jakarta telah mencetuskan Sumpah Pemuda yang isinya;
Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu- Tanah Indonesia.
Kami putra-putri Indonesia emngaku berbangsa satu- Bangsa Indonesia.
Kami putra-putri Indonesia menjujung bahasa persatuan-Bahasa Indonesia.
9.Bahasa indonesia ialah; bahasa pengantar Lingua Farca bagi nusantara.
B.Balai Pustaka
Usaha dan perkembanganya
Kemenangan kaum Replublik Eropa ikut berpengaruh di Indonesia. Sejak tahun 1848 timbul politik etik yang diantaranya mendirikan sekolah-sekolah untuk mendidik rahyat. Tetapi akibat politik ini bbanyak orang Indonesia yang pandai, dan seperti koloni Inggris di India terjadi juga di Indonesia maka karena itu melalui Dr. Rinkes mengajukan surat kepada Ratu Wilhelmina menerangkan kekewatiranya.
Pada tanggal 14 September 1908 dibentuk sebuah komisi( Commisie Vocrhet Volkslectuuur) yang dipimpin oleh Drs. G.A.J. Hazeu, yang mempunyai tugas antara lain;
1.Memberikan pertimbangan kepada Kepala Pengajaran dalam hal memilih karangan dan buku yang baik bagi bumiputra.
2.Mengadakan bacaan yang bersifat membangun dengan corak yang membentuk budi perkerti dan membawa pada kecerdasan
titik-titik dalam kehidupan akan aku ingat dan coba aku maknai kembali dalam sebuah tulisan
Selasa, 16 Desember 2008
Hastuti, Sri. 1985. Ringkasan Sejarah Sastra Indonesia. Yogyakarta: Intan Pariwara. A.Asal-Usul Bahasa Indonesia
Hastuti, Sri. 1985. Ringkasan Sejarah Sastra Indonesia. Yogyakarta: Intan Pariwara.
A.Asal-Usul Bahasa Indonesia
Telah kita ketahui bersama bahwa dasar bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Dalam perkembangan selanjutnya bahasa Indonesia menyesuaiakan diri dengan para penutur bahasa yang mengunakanya.
1.Sejarah bahasa Melayu mulai dikenal kurang lebih pada tahun 680 M, bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa Melayu-johor.
2.Pada pertengahan abad-7, Melayu dibawah kekuasaan kerajaan Sriwijaya ibukotanya di sekitar Palembang
3.Informasi ini dipeloreh dari berbagai sumber, buk sejarah negeri Cina.
4.Bermacam-macam piagam: Piagam di Palembang, yang ditemukan di kedukan Bukit(tahun 604 tarikh syaka atau tahun 683 tarikh Masehi)
5.Pada tahun 1788 bahasa Portugis masih menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah rumah miskin di Jakarta. Percobaan menjadikan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar gagal.
6.Pemakaian Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi mula-mula oleh VOC, kemudian oleh Gubenur Hindia Belanda; baik dalam surat menyurat maupun komunikasi dengan pemimpin rahyat di nusantara.
7.Pada tahun 1731-1733 bahasa Melayu di Ambon menjadi bahasa pengantar antar sekolah-sekolah agama Kristen.
8.Salinan Bijbel oleh Leydekker mengunakan bahasa Melayu dan sangat terkenal.
Pada tanggal 28 oktober 1928, kongres Pemuda di Jakarta telah mencetuskan Sumpah Pemuda yang isinya;
Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu- Tanah Indonesia.
Kami putra-putri Indonesia emngaku berbangsa satu- Bangsa Indonesia.
Kami putra-putri Indonesia menjujung bahasa persatuan-Bahasa Indonesia.
9.Bahasa indonesia ialah; bahasa pengantar Lingua Farca bagi nusantara.
B.Balai Pustaka
Usaha dan perkembanganya
Kemenangan kaum Replublik Eropa ikut berpengaruh di Indonesia. Sejak tahun 1848 timbul politik etik yang diantaranya mendirikan sekolah-sekolah untuk mendidik rahyat. Tetapi akibat politik ini bbanyak orang Indonesia yang pandai, dan seperti koloni Inggris di India terjadi juga di Indonesia maka karena itu melalui Dr. Rinkes mengajukan surat kepada Ratu Wilhelmina menerangkan kekewatiranya.
Pada tanggal 14 September 1908 dibentuk sebuah komisi( Commisie Vocrhet Volkslectuuur) yang dipimpin oleh Drs. G.A.J. Hazeu, yang mempunyai tugas antara lain;
1.Memberikan pertimbangan kepada Kepala Pengajaran dalam hal memilih karangan dan buku yang baik bagi bumiputra.
2.Mengadakan bacaan yang bersifat membangun dengan corak yang membentuk budi perkerti dan membawa pada kecerdasan.
3.Pada tahun 1917 kemudia badan tersebut berubah menjadi Balai Pustaka yang dipimpin oleh; yang pertama Dr. D.A. Rinkes, yang kedua Dr. G.W.J. Drewes, yang ketiga oleh Dr. K.A.H. Hidding.
Tujuan Balai pustaka, selain memberikan bacaan pada rahyat dalam penerbitan buku sastra Balai Pustaka juga berperan, tetapi memiliki syarat agar bukunya layak diterbitkan.
Syarat-syarat Nota Rinkes
a.Netral dari agama
b.Tak boleh mengandung politik
c.Tak boleh menyingung kesusilaan.
Keuntungan Berdirinya Balai Pustaka bagi kesustraan Indonesia:
1.Memberikan tempat kepada mereka yang berbekat sastra untuk menulis.
2.Dengan penyiaran buku-buku oleh Balai Pustaka, terjalinlah hubungan antara penulis dengan masyarakat.
3.Masayarakat mendapatkan bahan bacaan, ikut serta mengembangkan bahasa Melayu.
4.Menimbulkan kegemaran membaca di kalangan rahyat.
5.Cerita lama dapat hidup terus.
6.Memperkenalkan cerita bangsa sendiri. Sebelumnya sastra Melayu ada di Malaka buku terbitanya memakai bahasa Arap. Setelah terbit Balai Pustaka kesustraan pindah ke Batavia aau Jakarta dan penerbitanya mengunakan tulisan Latin.
Kerugian Berdirinya Balai Pustaka Bagi Kesustraan Indonesia:
1.Dengan adanya Nota Rinkes, maka tidak ada kebebasan pengarang untuk menciptakan karya sastra, hal ini merupakan keluhan Sanusi pane
2.Adanya sensor yang ketat, terhadap terbitan suatu buku terutama karya sastra. Seperti Belenggu yang tidak lulus sensor yang tidak bisa diterbitkan melalui Balai Pustaka. Kemudian Salah Asuhan yang isinya sebagian besar telah berubah, karena tuntutan Nota Rinkes.
Puncak Karya Sastra pada Balai Pustaka
1.Siti Nurbaya (1922), dilihat dari bentuk ceritanya sudah berbeda dari cerita yang ada pada jamanya. Bukan lagi cerita yang fantastis, tetapi ceritanya bisa saja terjadi di dalam masyarakat.
2.Salah Asuhan (1928), isinya juga menyingung adat tetapi pendidikan lebih diutamakan dalam cerita ini, bagaimana seorang meningalakan adat yang mengakibatkan dia hidup sengsara.
3.Layar Terkembang (1936), isinya tentang perjuangan yang dilakukan masyrakat merdeka dan masyarakat pada waktu itu. Perjuangan terhadap bangsanya dan emasipasi wanita.
4.Belenggu (1940), isinya adalah perjuangan yang dilakukan manusia dan dalam kehidupanya dan dipandang oleh pengarang itu terlepas dari masyrakat.
Ciri-Ciri Karangan Balai Pustaka
1.Bersifat mendidik dan masyarakat yang membacanya; hal ini sesuai dengan tujuan Balai Pustaka, misalnya pada karya Azap dan Sengsara dan Pertemuan jodoh.
2.Persoalan cerita umunya adalah mengenai pertenangan antara golongan tua dengan golongan muda, sesuai umur pengarang yang secara umum berusia masih muda. Dan pertenang budaya tradisonal dan barat;.
3.Cara penulisan pengarang masih mengarah ke cerita lama, misalnya pantun, nasihat, klise bahasa yang digunakan.
Pengarang Balai Pustaka secara umum beraal dari daerah Sumatra, karena bahasa yang digunakan pada buku yang dihasilkan balai pustaka secara umum buku yang mengunakan bahasa Melayu tinggi. Pengarang dari daerah Sumatra antara lain;
1.Marah Rusli karanganya antara lain: Siti Nurbaya, Anak dan kemenakan, dan lain-lain
2.Merari Siregar karanganya antara lain: Azab dan sengsara, Si Jamin dan Si Johan, dan Binasa Karena Gadis Priagan.
3.Abdul Muis karanganya antara lain: Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Suropati, dan Robert Anak Suropati.
4.Nur Sutan Iskandar, buah penanya adalah Hulubalang Raja, Katak Hendak Jadi Lembu, Salah Pilih, dan lain-lain.
C.Pujangga Baru
Pada tahun 1932, STA dengan teman-temanya bersama-sama mendirikan majalah bulanan kebudayaan yang maksudnya menjadi tempat pertemuan penulis muda. Modal yang menjadi utama adalah antusiasisme, pada tahun 1933 ditemukan sebuah propektus yang berisi:
1.Cita-cita Pujangga Baru, membimbing semangat baru yang dinamik untuk membentuk kebudayaan.
2.Aksi Masyarakat terhadap Pujangga Baru, kehadiran Pujangga Baru disambut hangat oleh masyarakat, meskipun kritik yang pedas terutama dari golongan lama. Antara lain; Linea Recta(surat kabar Suara Umum di Surabaya) mengatakan bahwa Pujangga Baru tak akan hidup lama sebab pendukungnya hanyalah anak muda yang terkenal.
3.Sambutan Armyn Pane terhadap pendapat itu, syair dan pantun sudah tidak sesuai dengan jiwa angkatan baru, jiwa harus menciptakan bentuk-bentuk yang sesuai. Indonesia tidak usah malu terhadap bentuk yang berdasarkan asli Indonesia dengan pengaruh Barat.
4.Aksi beberapa politisi, Pujangga Baru akan melemahkan perjuangan dan hanya merupakan perwujudan semangat muda saja.
5.Pendapat H. Jayadiningrat, Pujangga Baru adalah suatu perjuangan untuk memajukan kesustraan baru sebagai kader kebudayaan baru yang sesuai dengan jiwa Indonesia.
6.Arah penerbitan majalah Pujangga Baru, Pujangga Baru nomor I terbit 29 Juli 1933. sembilan tahun kemudian Pujangga Baru mati. Perkembangan Pujangga Baru dapat dilihat dari tulisan kulit Pujangga Baru .
Pujangga Baru
Setiap generasi membawa perbedaan visi yang dibawanya, begitu juga dengan Pujangga Baru dengan angkatan Balai Pustaka. Perbedaan itu antara lain:
1.Pujangga Baru sudah ada cita-cita yang di dukung bersama membentuk kebudayaan persatuan Indonesia yang baru, sedangkan Balai Pustaka belum mempunyai cita-cita yang di dukung bersama. Hanya punya cita-cita organisasi yaitu memberi bacaan bagi rahyat.
2.Pujangga Baru, belum ada esei, puisinya ada perkembangan: soneta prosa liris. Sedangkan Balai Pustaka, belum ada esei, puisi bentuknya adalah puisi lama.
3.Pujangga Baru sudah ada drama sedangkan Balai Pustaka belum ada drama, tetapi kemudian ada Bebasari.
4.Pujangga Baru sastra yang dihasilkan sudah bermutu sebagai sastra, tapi Balai Pustaka mutu sastranya masih rendah.
5.Pujangga Baru sudah ada kesadaran berbahasa Indonesia, sedangkan Balai Pustaka belum ada masih mengunakan bahasa melayu tinggi.
6.Berdirinya Pujangga Baru oleh swasta, sedangkan Balai Pustaka oleh pemerintahan kolonial.
Pujangga Baru dan Angkatan 88 belanda
Keduanya menentang Angakatan Lama. Di negara Belanda Angakatan Lama disebut kesustraan pendeta.
Angkatan 88 menentang agama karena yang di puja keindahan.
Angkatan 88 bersifat individual, jauh dari masyarakat.
Angakatan Pujangga Baru bersifat masyarakatan dan kolektif.
Angakatan 88 menjujung seni bertendes.
Tokoh-tokoh Pujangga Baru
1.Sutan Takdir Alisyabana (STA)
2.Amir Hamzah
3.Armyn Pane
4.Sanusi Pane
5.Y.E. Tatengka
6.Muh. Yamin
7.Rustam Efendi
8.Ali Hasyim(Hasymi)
9.Intoyono
D.Kesustraan pada Masa Jepang
Pada masa penjajahan Jepang, surat kabar, majalah dan buku-buku harus disensor oleh badan sensor yang didirikan oleh Jepang. Yang disebut sebagai Jawa Shinbun Kai.
Segala bentuk perkumpulan dilarang dan sebagai gantinya didirikan perkumpulan 3A yang masuk dari perkumpulan tersebut untuk mengalang sinpati kepada Jepang dengan slogan 3A;
1.Nippon pemimpin Asia
2.Nippon pelindung Asia
3.Nippon cahaya Asia
Setiap periode merupakan kesatuan yang khas isinya, dan tak dapat disamakan nilainya dengan periode lain. Kekhususan ini di wujudkan oleh jenis prosa dan puisi.
Penyusunan sejarah sastra harus memahami alam pikiran dan sikap dimasa lampau serta menerima norma-norma mereka dan mencegah masuknya sejarah atau pikiran sekarang. Pendapat ini disebut sebagai misterisme, berkembang di Jerman pada abad ke-19 meskipun mendapat kritikan dari Erst-Traesch. Yang mengatakan bahwa sejarah sastra adalah rekonstruksi yang dimaksud pengarang.
Perkumpulan 3A merupakan Pusat Tenaga Rahyat (Putera) atau yang disebut Jawa Hokaido. Pada waktu majalah Puajangga Baru mati. Pada tanggal 1 April 1943 lahirlah Keimin Bunka Shidosho-Kantor Pusat Kebudayaan itu di pimpin oleh:
1.Sakai ( orang Jepang sebagai penasihat)
2.Armyn Pane (Ketua)
3.Usmar Ismail(anggota)
4.Sutomo Johar(anggota)
5.Inukertapati (anggota)
Tugas dari Kanto Pusat Kebudayaan adalah sebagai alat propaganda Jepang untuk menindas perkembangan kebudayaan Indonesia. Sebagian besar sajak Chairil Anwar ditolak karena bernuansa pemberontakan dan Barat dan individualis, tulisan Idrus corat-coret tidak diterbitkan karena membahayakan jiwanya.
Angkatan 45
Pendapat umum tentang Angkatan 45:
1.Angkatan 45 ialah suatu angkatan( kumpulan sastrawan) yang timbul di Indonesia sejak masa sesudah Perang Dunia II. Pelopornya adalah Chairil Anwar
2.Nama Angkatan 45 ini menjadi pertentangan, karena adanya pihak yang setuju dengan pihak yang tidak setuju. Yang setuju beralasan: Bahwa tahun tersebut adalah tahun yang mulia bagi sejarah kebangsan Indonesia meskipun banyak terjadi kekisruan. Sebab kalau tidak terjadi demikian maka tidak ada kemerdekaan.
3.Yang tidak setuju beralasan bahwa tahun 1945 tidak dapat dianggap sebagai tahun yang baik, karena kejadian dan peristiwa yang terjadi pada tahun tersebut banyak hal yang bertentangan dengan kebaikan misalnya; pembunuhan, korupsi, aglitasi, fasisme, perampokan dan sebagainya.
4.Nama tersebut diresmikan oleh Rosihan Anwar pada tanggal 9 Januari 1949 dalam majalah Siasat.
5.Nama yang perna digunakan sebelumnya adalah; Angkatan Kemerdekaan, Angkatan Chairil Anwar, Angkatan Perang, Generasi Gelanggang, Angkatan sesudah Pujangga Baru, dan Angkatan Pembebasan.
6.Angakatan 45 muncul karena mereka merasa berbeda dengan Pujangga Baru. Dalam pandangan sikap hidup, perasaan dan serta cara pengucapan.
Perbedaan antara Pujangga Baru dengan Angkatan 45
Pujangga Baru Angkatan 45
1.Bergaya Impresi. 1. Ekspresi dan revolusioner.
2.Bercorak romantis idealis. 2. Romantis realis.
3.Bertujuan Nasionali. 3. Universal nasionalis.
4.Bersifat teoritis. 4. Praktis.
5.sikap hidup dan visi hidup 5. Segalanya baru.
yang baru. 6. Pengolahan kehidupan berdarah-darah.
6. Tidak adanya Kelompok. 7. Tidak berteriak, tetapi melaksanakan.
8. Berelan.
A.Asal-Usul Bahasa Indonesia
Telah kita ketahui bersama bahwa dasar bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Dalam perkembangan selanjutnya bahasa Indonesia menyesuaiakan diri dengan para penutur bahasa yang mengunakanya.
1.Sejarah bahasa Melayu mulai dikenal kurang lebih pada tahun 680 M, bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa Melayu-johor.
2.Pada pertengahan abad-7, Melayu dibawah kekuasaan kerajaan Sriwijaya ibukotanya di sekitar Palembang
3.Informasi ini dipeloreh dari berbagai sumber, buk sejarah negeri Cina.
4.Bermacam-macam piagam: Piagam di Palembang, yang ditemukan di kedukan Bukit(tahun 604 tarikh syaka atau tahun 683 tarikh Masehi)
5.Pada tahun 1788 bahasa Portugis masih menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah rumah miskin di Jakarta. Percobaan menjadikan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar gagal.
6.Pemakaian Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi mula-mula oleh VOC, kemudian oleh Gubenur Hindia Belanda; baik dalam surat menyurat maupun komunikasi dengan pemimpin rahyat di nusantara.
7.Pada tahun 1731-1733 bahasa Melayu di Ambon menjadi bahasa pengantar antar sekolah-sekolah agama Kristen.
8.Salinan Bijbel oleh Leydekker mengunakan bahasa Melayu dan sangat terkenal.
Pada tanggal 28 oktober 1928, kongres Pemuda di Jakarta telah mencetuskan Sumpah Pemuda yang isinya;
Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu- Tanah Indonesia.
Kami putra-putri Indonesia emngaku berbangsa satu- Bangsa Indonesia.
Kami putra-putri Indonesia menjujung bahasa persatuan-Bahasa Indonesia.
9.Bahasa indonesia ialah; bahasa pengantar Lingua Farca bagi nusantara.
B.Balai Pustaka
Usaha dan perkembanganya
Kemenangan kaum Replublik Eropa ikut berpengaruh di Indonesia. Sejak tahun 1848 timbul politik etik yang diantaranya mendirikan sekolah-sekolah untuk mendidik rahyat. Tetapi akibat politik ini bbanyak orang Indonesia yang pandai, dan seperti koloni Inggris di India terjadi juga di Indonesia maka karena itu melalui Dr. Rinkes mengajukan surat kepada Ratu Wilhelmina menerangkan kekewatiranya.
Pada tanggal 14 September 1908 dibentuk sebuah komisi( Commisie Vocrhet Volkslectuuur) yang dipimpin oleh Drs. G.A.J. Hazeu, yang mempunyai tugas antara lain;
1.Memberikan pertimbangan kepada Kepala Pengajaran dalam hal memilih karangan dan buku yang baik bagi bumiputra.
2.Mengadakan bacaan yang bersifat membangun dengan corak yang membentuk budi perkerti dan membawa pada kecerdasan.
3.Pada tahun 1917 kemudia badan tersebut berubah menjadi Balai Pustaka yang dipimpin oleh; yang pertama Dr. D.A. Rinkes, yang kedua Dr. G.W.J. Drewes, yang ketiga oleh Dr. K.A.H. Hidding.
Tujuan Balai pustaka, selain memberikan bacaan pada rahyat dalam penerbitan buku sastra Balai Pustaka juga berperan, tetapi memiliki syarat agar bukunya layak diterbitkan.
Syarat-syarat Nota Rinkes
a.Netral dari agama
b.Tak boleh mengandung politik
c.Tak boleh menyingung kesusilaan.
Keuntungan Berdirinya Balai Pustaka bagi kesustraan Indonesia:
1.Memberikan tempat kepada mereka yang berbekat sastra untuk menulis.
2.Dengan penyiaran buku-buku oleh Balai Pustaka, terjalinlah hubungan antara penulis dengan masyarakat.
3.Masayarakat mendapatkan bahan bacaan, ikut serta mengembangkan bahasa Melayu.
4.Menimbulkan kegemaran membaca di kalangan rahyat.
5.Cerita lama dapat hidup terus.
6.Memperkenalkan cerita bangsa sendiri. Sebelumnya sastra Melayu ada di Malaka buku terbitanya memakai bahasa Arap. Setelah terbit Balai Pustaka kesustraan pindah ke Batavia aau Jakarta dan penerbitanya mengunakan tulisan Latin.
Kerugian Berdirinya Balai Pustaka Bagi Kesustraan Indonesia:
1.Dengan adanya Nota Rinkes, maka tidak ada kebebasan pengarang untuk menciptakan karya sastra, hal ini merupakan keluhan Sanusi pane
2.Adanya sensor yang ketat, terhadap terbitan suatu buku terutama karya sastra. Seperti Belenggu yang tidak lulus sensor yang tidak bisa diterbitkan melalui Balai Pustaka. Kemudian Salah Asuhan yang isinya sebagian besar telah berubah, karena tuntutan Nota Rinkes.
Puncak Karya Sastra pada Balai Pustaka
1.Siti Nurbaya (1922), dilihat dari bentuk ceritanya sudah berbeda dari cerita yang ada pada jamanya. Bukan lagi cerita yang fantastis, tetapi ceritanya bisa saja terjadi di dalam masyarakat.
2.Salah Asuhan (1928), isinya juga menyingung adat tetapi pendidikan lebih diutamakan dalam cerita ini, bagaimana seorang meningalakan adat yang mengakibatkan dia hidup sengsara.
3.Layar Terkembang (1936), isinya tentang perjuangan yang dilakukan masyrakat merdeka dan masyarakat pada waktu itu. Perjuangan terhadap bangsanya dan emasipasi wanita.
4.Belenggu (1940), isinya adalah perjuangan yang dilakukan manusia dan dalam kehidupanya dan dipandang oleh pengarang itu terlepas dari masyrakat.
Ciri-Ciri Karangan Balai Pustaka
1.Bersifat mendidik dan masyarakat yang membacanya; hal ini sesuai dengan tujuan Balai Pustaka, misalnya pada karya Azap dan Sengsara dan Pertemuan jodoh.
2.Persoalan cerita umunya adalah mengenai pertenangan antara golongan tua dengan golongan muda, sesuai umur pengarang yang secara umum berusia masih muda. Dan pertenang budaya tradisonal dan barat;.
3.Cara penulisan pengarang masih mengarah ke cerita lama, misalnya pantun, nasihat, klise bahasa yang digunakan.
Pengarang Balai Pustaka secara umum beraal dari daerah Sumatra, karena bahasa yang digunakan pada buku yang dihasilkan balai pustaka secara umum buku yang mengunakan bahasa Melayu tinggi. Pengarang dari daerah Sumatra antara lain;
1.Marah Rusli karanganya antara lain: Siti Nurbaya, Anak dan kemenakan, dan lain-lain
2.Merari Siregar karanganya antara lain: Azab dan sengsara, Si Jamin dan Si Johan, dan Binasa Karena Gadis Priagan.
3.Abdul Muis karanganya antara lain: Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh, Suropati, dan Robert Anak Suropati.
4.Nur Sutan Iskandar, buah penanya adalah Hulubalang Raja, Katak Hendak Jadi Lembu, Salah Pilih, dan lain-lain.
C.Pujangga Baru
Pada tahun 1932, STA dengan teman-temanya bersama-sama mendirikan majalah bulanan kebudayaan yang maksudnya menjadi tempat pertemuan penulis muda. Modal yang menjadi utama adalah antusiasisme, pada tahun 1933 ditemukan sebuah propektus yang berisi:
1.Cita-cita Pujangga Baru, membimbing semangat baru yang dinamik untuk membentuk kebudayaan.
2.Aksi Masyarakat terhadap Pujangga Baru, kehadiran Pujangga Baru disambut hangat oleh masyarakat, meskipun kritik yang pedas terutama dari golongan lama. Antara lain; Linea Recta(surat kabar Suara Umum di Surabaya) mengatakan bahwa Pujangga Baru tak akan hidup lama sebab pendukungnya hanyalah anak muda yang terkenal.
3.Sambutan Armyn Pane terhadap pendapat itu, syair dan pantun sudah tidak sesuai dengan jiwa angkatan baru, jiwa harus menciptakan bentuk-bentuk yang sesuai. Indonesia tidak usah malu terhadap bentuk yang berdasarkan asli Indonesia dengan pengaruh Barat.
4.Aksi beberapa politisi, Pujangga Baru akan melemahkan perjuangan dan hanya merupakan perwujudan semangat muda saja.
5.Pendapat H. Jayadiningrat, Pujangga Baru adalah suatu perjuangan untuk memajukan kesustraan baru sebagai kader kebudayaan baru yang sesuai dengan jiwa Indonesia.
6.Arah penerbitan majalah Pujangga Baru, Pujangga Baru nomor I terbit 29 Juli 1933. sembilan tahun kemudian Pujangga Baru mati. Perkembangan Pujangga Baru dapat dilihat dari tulisan kulit Pujangga Baru .
Pujangga Baru
Setiap generasi membawa perbedaan visi yang dibawanya, begitu juga dengan Pujangga Baru dengan angkatan Balai Pustaka. Perbedaan itu antara lain:
1.Pujangga Baru sudah ada cita-cita yang di dukung bersama membentuk kebudayaan persatuan Indonesia yang baru, sedangkan Balai Pustaka belum mempunyai cita-cita yang di dukung bersama. Hanya punya cita-cita organisasi yaitu memberi bacaan bagi rahyat.
2.Pujangga Baru, belum ada esei, puisinya ada perkembangan: soneta prosa liris. Sedangkan Balai Pustaka, belum ada esei, puisi bentuknya adalah puisi lama.
3.Pujangga Baru sudah ada drama sedangkan Balai Pustaka belum ada drama, tetapi kemudian ada Bebasari.
4.Pujangga Baru sastra yang dihasilkan sudah bermutu sebagai sastra, tapi Balai Pustaka mutu sastranya masih rendah.
5.Pujangga Baru sudah ada kesadaran berbahasa Indonesia, sedangkan Balai Pustaka belum ada masih mengunakan bahasa melayu tinggi.
6.Berdirinya Pujangga Baru oleh swasta, sedangkan Balai Pustaka oleh pemerintahan kolonial.
Pujangga Baru dan Angkatan 88 belanda
Keduanya menentang Angakatan Lama. Di negara Belanda Angakatan Lama disebut kesustraan pendeta.
Angkatan 88 menentang agama karena yang di puja keindahan.
Angkatan 88 bersifat individual, jauh dari masyarakat.
Angakatan Pujangga Baru bersifat masyarakatan dan kolektif.
Angakatan 88 menjujung seni bertendes.
Tokoh-tokoh Pujangga Baru
1.Sutan Takdir Alisyabana (STA)
2.Amir Hamzah
3.Armyn Pane
4.Sanusi Pane
5.Y.E. Tatengka
6.Muh. Yamin
7.Rustam Efendi
8.Ali Hasyim(Hasymi)
9.Intoyono
D.Kesustraan pada Masa Jepang
Pada masa penjajahan Jepang, surat kabar, majalah dan buku-buku harus disensor oleh badan sensor yang didirikan oleh Jepang. Yang disebut sebagai Jawa Shinbun Kai.
Segala bentuk perkumpulan dilarang dan sebagai gantinya didirikan perkumpulan 3A yang masuk dari perkumpulan tersebut untuk mengalang sinpati kepada Jepang dengan slogan 3A;
1.Nippon pemimpin Asia
2.Nippon pelindung Asia
3.Nippon cahaya Asia
Setiap periode merupakan kesatuan yang khas isinya, dan tak dapat disamakan nilainya dengan periode lain. Kekhususan ini di wujudkan oleh jenis prosa dan puisi.
Penyusunan sejarah sastra harus memahami alam pikiran dan sikap dimasa lampau serta menerima norma-norma mereka dan mencegah masuknya sejarah atau pikiran sekarang. Pendapat ini disebut sebagai misterisme, berkembang di Jerman pada abad ke-19 meskipun mendapat kritikan dari Erst-Traesch. Yang mengatakan bahwa sejarah sastra adalah rekonstruksi yang dimaksud pengarang.
Perkumpulan 3A merupakan Pusat Tenaga Rahyat (Putera) atau yang disebut Jawa Hokaido. Pada waktu majalah Puajangga Baru mati. Pada tanggal 1 April 1943 lahirlah Keimin Bunka Shidosho-Kantor Pusat Kebudayaan itu di pimpin oleh:
1.Sakai ( orang Jepang sebagai penasihat)
2.Armyn Pane (Ketua)
3.Usmar Ismail(anggota)
4.Sutomo Johar(anggota)
5.Inukertapati (anggota)
Tugas dari Kanto Pusat Kebudayaan adalah sebagai alat propaganda Jepang untuk menindas perkembangan kebudayaan Indonesia. Sebagian besar sajak Chairil Anwar ditolak karena bernuansa pemberontakan dan Barat dan individualis, tulisan Idrus corat-coret tidak diterbitkan karena membahayakan jiwanya.
Angkatan 45
Pendapat umum tentang Angkatan 45:
1.Angkatan 45 ialah suatu angkatan( kumpulan sastrawan) yang timbul di Indonesia sejak masa sesudah Perang Dunia II. Pelopornya adalah Chairil Anwar
2.Nama Angkatan 45 ini menjadi pertentangan, karena adanya pihak yang setuju dengan pihak yang tidak setuju. Yang setuju beralasan: Bahwa tahun tersebut adalah tahun yang mulia bagi sejarah kebangsan Indonesia meskipun banyak terjadi kekisruan. Sebab kalau tidak terjadi demikian maka tidak ada kemerdekaan.
3.Yang tidak setuju beralasan bahwa tahun 1945 tidak dapat dianggap sebagai tahun yang baik, karena kejadian dan peristiwa yang terjadi pada tahun tersebut banyak hal yang bertentangan dengan kebaikan misalnya; pembunuhan, korupsi, aglitasi, fasisme, perampokan dan sebagainya.
4.Nama tersebut diresmikan oleh Rosihan Anwar pada tanggal 9 Januari 1949 dalam majalah Siasat.
5.Nama yang perna digunakan sebelumnya adalah; Angkatan Kemerdekaan, Angkatan Chairil Anwar, Angkatan Perang, Generasi Gelanggang, Angkatan sesudah Pujangga Baru, dan Angkatan Pembebasan.
6.Angakatan 45 muncul karena mereka merasa berbeda dengan Pujangga Baru. Dalam pandangan sikap hidup, perasaan dan serta cara pengucapan.
Perbedaan antara Pujangga Baru dengan Angkatan 45
Pujangga Baru Angkatan 45
1.Bergaya Impresi. 1. Ekspresi dan revolusioner.
2.Bercorak romantis idealis. 2. Romantis realis.
3.Bertujuan Nasionali. 3. Universal nasionalis.
4.Bersifat teoritis. 4. Praktis.
5.sikap hidup dan visi hidup 5. Segalanya baru.
yang baru. 6. Pengolahan kehidupan berdarah-darah.
6. Tidak adanya Kelompok. 7. Tidak berteriak, tetapi melaksanakan.
8. Berelan.
Hastuti, Sri. 1985. Ringkasan Sejarah Sastra Indonesia. Yogyakarta: Intan Pariwara.
Tokoh Angkatan 45
1.Chairil Anwar
Ia seorang penyair.
Mulai aktif mengarang semenjak jaman Jepang
Sesudah H.B. Jassin menafsirkan sajaknya dan keterangan Sutan Syaril pada tahun 1947 ia menjadi terkenal.
Sajaknya perna diterjemahkan oleh Dorlf Verspoor dalam bahasa Belanda pada majalah Orientasi, dan juga bahasa Inggris, Spayol, dan Italia.
Karyanya; Deru Campur Debu(1949), Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Yang Terputus, Tiga Menguak Takdir(diterbitkab Balai Pustaka tahun 1950 bersama Asrul Sani dan Rivai Apin sesudah ia meniggal)
2.Asrul Sani
Ia dilahirkan tanggal 10 Juni 1926 di Riau, Sumatera. Walaupun ia seorang sastrawan pendidikanya adalah sekolah Kedokteran pada Kedokteran Hewan Bogor. Ia adalah orang yang memiliki banyak pengalaman, pada zaman Revolusi ia ikut pergerakan memimpin Laskar Rahyat. Bersama Rivai Apin ia mendirikan majalah Gelanggang. Pada tahun 1952 ia pergi ke belanda. Karyanya:
a.Catatan Atas Kertas Merah Jambu
b.Surat Singkat Tentang Esai, dan lain-lain
3.Rivai Apin
Ia dilahirkan pada 30 Agustus 1927 di Padang, Sumatera. Pendidikan SMTA.
Ia adalah seorang penyair dan penulis esei. Tetapi karyanya terutama puisi belum sematang Chairil Anwar.
Aktif dalam dunia film dan seni lukis.
Seorang nihilis-emosionil sebab tidak tahu apa yang harus diperbuatnya untuk dunia ini,
Tak perduli karanganya, dan mencemooh semuanya
4.Pramudya Ananta Toer
Pramudya dilahirkan 6 Februari 1925 di Blora, Jawa Tengah. Pendidikanya hanyalah SR secara resmi. Tetapi ia menguasai bahasa Belanda dengan baik. Dan juga menguasai bahasa Rusia dengan baik. Ia perna menjadi pegawai Domei pada jaman penjajahan Jepang. Redaksi minguan Sadar dan Balai Pustaka. Karyanya pada awalnya masih biasa saja bahkan pada tahun enam puluhan hampir semua karyanya bertendes, karena ia ikut Lekra yang nota bene bagian dari PKI. Ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang perna di nominasikan hadia Nobel Sastra. Tetapi sampai akhir hayatnya ia hanya dinominasikan saja. Tanpa perna memenangkanya. Karya terbaiknya adalah tetra logi pulau Buru. Dan novel sejarah Arus Balik.
5.Idrus
6.Akhdiat Karta Miharja
7.Utuy Tatang Sontani
8.Sitor Situmorang
9.Mochktar Lubis
10.S. Rukiah
11.Waluyati ( Lousie Waluyati Hatmaharsoyo)
12.Aoh Kartahadimaja
13.Mohamad Rustamdi Kartakusuma
14.Trino Sumarjo
15.Surandal Abdul Manan
16.Ida Nasution
17.Siti Nuraini
18.Zubaidah Zubro
19.Drs. Hans Baque Yassin(H.B. Jassin)
1.Pembagian Golongan Angkatan Sesudah Perang
1. Gelangang
Didirikan oleh Chairil Anwar pada tanggal 19 November 1946, gelangang adalah kumpulan sastrawan, pelukis, dan komponis.
Anggota Sastrawan:
1.Chairil Anwar, 2. Rivai Apin, 3. Idrus, Sitor Situmorang, 4. Sitor Sitomorang, 5. Muchtar Lubis, 6. Usmar Ismail, 7. Aoh Kartahadimaja, 8. Ida Nasution, Siti Nuraini, 10. Asrul Sani, 11. M. Akbar Juhana, 12. Pramudya Ananta Toer, 13. H.B. Jassin, 14. Utuy Tatang Sontani, 14. Akhdiat Kartamiharja, 15. Rukiah, 17. Waluyati.
Anggota Pelukis:
1.Moktar Apin
2.Baharuddin
3.Henk Ngantung
Anggota Komponis:
1.Amir Pasaribu
2.Cormel Simanjuntak
Cita-citya Gelangang;
1.Human Dignity
2.Manusia Universal
3.Tangung Jawap Perorangan
4.Vitalitas
2. Lembaga Kebudayaan Islam
Cita-cita membangun dan megembangkan kesastraaan Islam pada masa itu karena belum terang menampakan coraknya. Ikatanya kurang tegug, karena banyak pengarang dari LKI banyak juga yang turut mengarang dalam majalah yang bersifat umum. Misalnya majalah; Siasat, Indonesia.
Anggotanya adalah Mohamad Diponegoro, Bahrun Rangkuti, Hamka, Tamarjaya. Kesimpulanya badan kebuyaan ini menolak prisip bahwa I’art paur I’art dengan sendirinya mendukung seni bertendens. Ada beberapa organisasi kesustraan Islam lainya misalnya: a. Himpunan Peminat Sastra Islam, b. Badan Kongres Kebudayaan Islam. Keduanya didirikan saat Kongres Kebudayaan III di Solo. Dan majalahnya adalah; Media HMI, Criterum PTAIN.
3. Lembaga Kebudayaan Kristen Katolik
Sedikit yang menghasilkan penyair dan pengarang yang bercorak Nasrani. Antara lain adalah Y.E. Tatengka, Sitor Situmorang.
8. Roman Picisan (Roolvink)
Di ambil dari kumpulan karangan yang dipersembahkan kepada Van Ronkel waktu ia berumur 80 tahun 1 Agustus 1950. Yang diberi nama ” Bingkisan Budi”, nama roman picisan di ambil dari nama Stuivesrroman( roman 5 sen-an). Ini adalah buku yang berisi tentang cerita yang bersambung.
Roman picisan diterbitkan secara berseri.
Diterbitkan oleh badan tertentu.
Di pimpin oleh pengarang yang tetap.
Di bantu oleh beberapa pengarang yang mengunakan nama samaran.
Sifat roman picisan dramatis, sering mempunyai kebenaran sejati, meskipun juga sering memiliki banyak fantasi. Cerita mungkin berbeda tetapi gaya penyampainya sama.
Mengapa roman picisan disebut sebagai roman yang kerang bermutu karena seringnya banyak fantasi di dalamnya, gaya bahasa yang tidak terpelihara dan seringya salah cetak karena tengang waktu yang singkat. Komposisi tidak memuaskan, pelaku utama sering ganti nama. Pengarang hanya ingin memenuhi selera pembaca.
12. Epik dan Lirik
Epik, adalah cara penyampaian suatu kejadian atau keadaan dalam uraian yang bersifat objektif. Perasaan pengarang sendiri tidak boleh diragukan. Kejadian yang sebenarnya saja yang harus disampaikan. Ada hubunganya dengan epos(cerita kepahlawanan). Contohnya adalah; Amir Hamzah: Hang Tuah, dan Wiyasa: Mahabarata.
Lirik berasal dari kata lyra, dari bahasa Yunani yang memiliki arti kecapi. Lirik adalah cara untuk menyampaikan cerita secara subjektif. Penegrtian secara subjektif disini diragukan karena pengarang tidak melihat dengan sendiri tetapi dengan perasaanya dan kesubjektifan. Dongeng dan hikayat diganti dengan roman.
1.Chairil Anwar
Ia seorang penyair.
Mulai aktif mengarang semenjak jaman Jepang
Sesudah H.B. Jassin menafsirkan sajaknya dan keterangan Sutan Syaril pada tahun 1947 ia menjadi terkenal.
Sajaknya perna diterjemahkan oleh Dorlf Verspoor dalam bahasa Belanda pada majalah Orientasi, dan juga bahasa Inggris, Spayol, dan Italia.
Karyanya; Deru Campur Debu(1949), Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Yang Terputus, Tiga Menguak Takdir(diterbitkab Balai Pustaka tahun 1950 bersama Asrul Sani dan Rivai Apin sesudah ia meniggal)
2.Asrul Sani
Ia dilahirkan tanggal 10 Juni 1926 di Riau, Sumatera. Walaupun ia seorang sastrawan pendidikanya adalah sekolah Kedokteran pada Kedokteran Hewan Bogor. Ia adalah orang yang memiliki banyak pengalaman, pada zaman Revolusi ia ikut pergerakan memimpin Laskar Rahyat. Bersama Rivai Apin ia mendirikan majalah Gelanggang. Pada tahun 1952 ia pergi ke belanda. Karyanya:
a.Catatan Atas Kertas Merah Jambu
b.Surat Singkat Tentang Esai, dan lain-lain
3.Rivai Apin
Ia dilahirkan pada 30 Agustus 1927 di Padang, Sumatera. Pendidikan SMTA.
Ia adalah seorang penyair dan penulis esei. Tetapi karyanya terutama puisi belum sematang Chairil Anwar.
Aktif dalam dunia film dan seni lukis.
Seorang nihilis-emosionil sebab tidak tahu apa yang harus diperbuatnya untuk dunia ini,
Tak perduli karanganya, dan mencemooh semuanya
4.Pramudya Ananta Toer
Pramudya dilahirkan 6 Februari 1925 di Blora, Jawa Tengah. Pendidikanya hanyalah SR secara resmi. Tetapi ia menguasai bahasa Belanda dengan baik. Dan juga menguasai bahasa Rusia dengan baik. Ia perna menjadi pegawai Domei pada jaman penjajahan Jepang. Redaksi minguan Sadar dan Balai Pustaka. Karyanya pada awalnya masih biasa saja bahkan pada tahun enam puluhan hampir semua karyanya bertendes, karena ia ikut Lekra yang nota bene bagian dari PKI. Ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang perna di nominasikan hadia Nobel Sastra. Tetapi sampai akhir hayatnya ia hanya dinominasikan saja. Tanpa perna memenangkanya. Karya terbaiknya adalah tetra logi pulau Buru. Dan novel sejarah Arus Balik.
5.Idrus
6.Akhdiat Karta Miharja
7.Utuy Tatang Sontani
8.Sitor Situmorang
9.Mochktar Lubis
10.S. Rukiah
11.Waluyati ( Lousie Waluyati Hatmaharsoyo)
12.Aoh Kartahadimaja
13.Mohamad Rustamdi Kartakusuma
14.Trino Sumarjo
15.Surandal Abdul Manan
16.Ida Nasution
17.Siti Nuraini
18.Zubaidah Zubro
19.Drs. Hans Baque Yassin(H.B. Jassin)
1.Pembagian Golongan Angkatan Sesudah Perang
1. Gelangang
Didirikan oleh Chairil Anwar pada tanggal 19 November 1946, gelangang adalah kumpulan sastrawan, pelukis, dan komponis.
Anggota Sastrawan:
1.Chairil Anwar, 2. Rivai Apin, 3. Idrus, Sitor Situmorang, 4. Sitor Sitomorang, 5. Muchtar Lubis, 6. Usmar Ismail, 7. Aoh Kartahadimaja, 8. Ida Nasution, Siti Nuraini, 10. Asrul Sani, 11. M. Akbar Juhana, 12. Pramudya Ananta Toer, 13. H.B. Jassin, 14. Utuy Tatang Sontani, 14. Akhdiat Kartamiharja, 15. Rukiah, 17. Waluyati.
Anggota Pelukis:
1.Moktar Apin
2.Baharuddin
3.Henk Ngantung
Anggota Komponis:
1.Amir Pasaribu
2.Cormel Simanjuntak
Cita-citya Gelangang;
1.Human Dignity
2.Manusia Universal
3.Tangung Jawap Perorangan
4.Vitalitas
2. Lembaga Kebudayaan Islam
Cita-cita membangun dan megembangkan kesastraaan Islam pada masa itu karena belum terang menampakan coraknya. Ikatanya kurang tegug, karena banyak pengarang dari LKI banyak juga yang turut mengarang dalam majalah yang bersifat umum. Misalnya majalah; Siasat, Indonesia.
Anggotanya adalah Mohamad Diponegoro, Bahrun Rangkuti, Hamka, Tamarjaya. Kesimpulanya badan kebuyaan ini menolak prisip bahwa I’art paur I’art dengan sendirinya mendukung seni bertendens. Ada beberapa organisasi kesustraan Islam lainya misalnya: a. Himpunan Peminat Sastra Islam, b. Badan Kongres Kebudayaan Islam. Keduanya didirikan saat Kongres Kebudayaan III di Solo. Dan majalahnya adalah; Media HMI, Criterum PTAIN.
3. Lembaga Kebudayaan Kristen Katolik
Sedikit yang menghasilkan penyair dan pengarang yang bercorak Nasrani. Antara lain adalah Y.E. Tatengka, Sitor Situmorang.
8. Roman Picisan (Roolvink)
Di ambil dari kumpulan karangan yang dipersembahkan kepada Van Ronkel waktu ia berumur 80 tahun 1 Agustus 1950. Yang diberi nama ” Bingkisan Budi”, nama roman picisan di ambil dari nama Stuivesrroman( roman 5 sen-an). Ini adalah buku yang berisi tentang cerita yang bersambung.
Roman picisan diterbitkan secara berseri.
Diterbitkan oleh badan tertentu.
Di pimpin oleh pengarang yang tetap.
Di bantu oleh beberapa pengarang yang mengunakan nama samaran.
Sifat roman picisan dramatis, sering mempunyai kebenaran sejati, meskipun juga sering memiliki banyak fantasi. Cerita mungkin berbeda tetapi gaya penyampainya sama.
Mengapa roman picisan disebut sebagai roman yang kerang bermutu karena seringnya banyak fantasi di dalamnya, gaya bahasa yang tidak terpelihara dan seringya salah cetak karena tengang waktu yang singkat. Komposisi tidak memuaskan, pelaku utama sering ganti nama. Pengarang hanya ingin memenuhi selera pembaca.
12. Epik dan Lirik
Epik, adalah cara penyampaian suatu kejadian atau keadaan dalam uraian yang bersifat objektif. Perasaan pengarang sendiri tidak boleh diragukan. Kejadian yang sebenarnya saja yang harus disampaikan. Ada hubunganya dengan epos(cerita kepahlawanan). Contohnya adalah; Amir Hamzah: Hang Tuah, dan Wiyasa: Mahabarata.
Lirik berasal dari kata lyra, dari bahasa Yunani yang memiliki arti kecapi. Lirik adalah cara untuk menyampaikan cerita secara subjektif. Penegrtian secara subjektif disini diragukan karena pengarang tidak melihat dengan sendiri tetapi dengan perasaanya dan kesubjektifan. Dongeng dan hikayat diganti dengan roman.
Rabu, 26 November 2008
HIDEGGER DAN MISTIK KESEHARIAN,
HIDEGGER DAN MISTIK KESEHARIAN, suatu pengantar menuju sein und zeit
Budi Hardiman, KPG, Jakarta, september 2003
Kematian sudah menyosong Dasein sejak ketelemparanya. “Begitu seorang manusia lahir,” lanjutnya, ia sudah terlalu tua untuk mati. Manusia—demikian sebutan Hidegger-adalah Ada-menuju kematian(90)
Tentu saja yang dimaksud dengan kematian dalam peryataan Heidegger tersebut bukan kematian fisik, melainkan kemungkinan untuk mati. Orang memang pasti mati-kita tahu dari keseharian das man-tetapi orang tak tahu kapan dan bagaimana, maka kematian secara ekstisensial tidaklah pasti. Kecemasan akan kematian inilah yang muncul dalam momen eksentisial, menyembul keluar dari keseharian das man. Kecemasan itu adalah kecemasan akan kemungkinanya sendiri.(91)
Demikian juga rasa cemas yang muncul di saat orang harus mengambil keputusan penting untuk masa depanya. Itulah yang dimaksud menyembul ke luar dari kolam keseharian.(66)
Hanurawan. 2004. Psikologi Pendidikan. Malang. FIP UNM Syah Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rosda.
Budi Hardiman, KPG, Jakarta, september 2003
Kematian sudah menyosong Dasein sejak ketelemparanya. “Begitu seorang manusia lahir,” lanjutnya, ia sudah terlalu tua untuk mati. Manusia—demikian sebutan Hidegger-adalah Ada-menuju kematian(90)
Tentu saja yang dimaksud dengan kematian dalam peryataan Heidegger tersebut bukan kematian fisik, melainkan kemungkinan untuk mati. Orang memang pasti mati-kita tahu dari keseharian das man-tetapi orang tak tahu kapan dan bagaimana, maka kematian secara ekstisensial tidaklah pasti. Kecemasan akan kematian inilah yang muncul dalam momen eksentisial, menyembul keluar dari keseharian das man. Kecemasan itu adalah kecemasan akan kemungkinanya sendiri.(91)
Demikian juga rasa cemas yang muncul di saat orang harus mengambil keputusan penting untuk masa depanya. Itulah yang dimaksud menyembul ke luar dari kolam keseharian.(66)
Hanurawan. 2004. Psikologi Pendidikan. Malang. FIP UNM Syah Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rosda.
Novel-Novel Indonesia Tradisi Balai Pustaka 1920-1942
Bagi kaum romantik dunia nyata adalah dunia pengalaman dalam ruang dan waktu secara langsung dapat dialami oleh manusia. Dunia nyata dipahami sebagai dunia objektif yang takluk kepada hukum materi kuantitatif dan fragmentis. Yang didalamnya objek-objek saling terisolasi dan tanpa makna. Sebaliknya, dunia ideal adalah dunia gagasan yang tidak dapat dialami secara langsung oleh manusia. Dunia yang kemudian itu dipahami sebagai dunia yang utuh dan bebas dari segala macam hukum atau pembalasan material yang kualitatif dan fragmentatif.
Meskipun merupakan dunia gagasan yang tidak dapat dialami secara langsung, dunia ideal bagi romantisme. Merupakan dunia yang lebih penting daripada dunia nyata. Dunia ideal dipahami sebagai idea dari dunia nyata. Sumber utama dari eksensi dan maknanya. Dunia ideal adalah satu kesatuan yang menembus segalanya. Kesatuan yang ekspresif dala segala hantu dan benda-benda sebagai roh suci. Sedangkan dunia nyata sebagai dunia pengalaman. Merupakan dunia permukaan belaka berfungsi sebagai manifestasi dari dunia ideal.
Seorang hamba seni yang sejati adalah hamba sukmanya” kata Armijn Pane(1933) yang dimaksudakan adalah bahwa seorang seniman tidak akan bisa melukis atau menulis karya seni tentang suatu objek tanpa dorongan perasaanya. Karya seni yang tercipta tanpa dorongan perasaan itu disebutnya sebagai karya seni yang kosong atau hampa. Pandangan yang sama dikemukakan oleh Alisjahbana; baginya persoalan bahasa dalam kesastraan bukan persoalan gramatika, melainkan persoalan jiwa yang terekpresikan didalamnya.
Selain itu perbedaan antara Layar Terkembang dengan Salah Asuhan terikat pada satuan unit sintaktik yang digunakan untuk mengekpresikan unit sintesis itu. Sintesis di ekspresikan dengan gerakan kembali dari kota kedesa yang secara semiotik berkesan regresif. Kembali kepada novel-novel awal. Sedangkan dalam Layar Terkembang cerita sudah berpusat kepada kota. Dan gerakan kembali kedesa hanya untuk memperoleh kekuatan untuk hidup kembali kekota.
Meskipun merupakan dunia gagasan yang tidak dapat dialami secara langsung, dunia ideal bagi romantisme. Merupakan dunia yang lebih penting daripada dunia nyata. Dunia ideal dipahami sebagai idea dari dunia nyata. Sumber utama dari eksensi dan maknanya. Dunia ideal adalah satu kesatuan yang menembus segalanya. Kesatuan yang ekspresif dala segala hantu dan benda-benda sebagai roh suci. Sedangkan dunia nyata sebagai dunia pengalaman. Merupakan dunia permukaan belaka berfungsi sebagai manifestasi dari dunia ideal.
Seorang hamba seni yang sejati adalah hamba sukmanya” kata Armijn Pane(1933) yang dimaksudakan adalah bahwa seorang seniman tidak akan bisa melukis atau menulis karya seni tentang suatu objek tanpa dorongan perasaanya. Karya seni yang tercipta tanpa dorongan perasaan itu disebutnya sebagai karya seni yang kosong atau hampa. Pandangan yang sama dikemukakan oleh Alisjahbana; baginya persoalan bahasa dalam kesastraan bukan persoalan gramatika, melainkan persoalan jiwa yang terekpresikan didalamnya.
Selain itu perbedaan antara Layar Terkembang dengan Salah Asuhan terikat pada satuan unit sintaktik yang digunakan untuk mengekpresikan unit sintesis itu. Sintesis di ekspresikan dengan gerakan kembali dari kota kedesa yang secara semiotik berkesan regresif. Kembali kepada novel-novel awal. Sedangkan dalam Layar Terkembang cerita sudah berpusat kepada kota. Dan gerakan kembali kedesa hanya untuk memperoleh kekuatan untuk hidup kembali kekota.
Perkembangan Spikologi Anak
Perkembangan Psikologi Anak Dalam Kehidupan Sosial
Perbedaan fase perkembangan status sosial di dunia anak-anak dalam persahabatan dan mendapatkan kawan bermain di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah, berbeda dengan pengertian persahabatan yang terjadi pada orang dewasa, untuk orang dewasa persahabatan adalah suatu ikatan relasi dengan orang lain, di mana kepercayaan, pengertian, pengorbanan dan saling membantu satu sama lainnya akan terjalin dalam periode yang lama, sedangkan di dunia anak-anak tidak seperti halnya yang terjadi pada orang dewasa, di dunia anak-anak persahabatan terjalin tidak untuk waktu yang lama, terkadang bila terjadi masalah yang kecil saja, jalinan persahabatan tersebut akan terputus.
Ada dua metode penelitian untuk mengetahui arti persahabatan dan kawan bermain di dalam dunia anak-anak :
1. Dengan cara kita mengajukan beberapa pertanyaan, seperti ;
Siapa teman dekatmu ? kenapa dia ? apa yang kamu senangi dari dia ?
2. Dengan cara kita bercerita tentang persahabatan, kemudian kedua orang sahabat tersebut bertengkar karena mereka tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Dari kedua metode tersebut, metode yang nomor dua kita akan banyak mendapatkan informasi, kemudian kita ajukan pertanyaan kepada anak ; Harus bagaimanakah situasi itu diselesaikan ?
Dari banyak informasi yang diberikan anak tersebut, kita akan mendapatkan kesimpulan yang kita bagi dalam beberapa fase, seperti ;
Fase Pertama ;
- Teman untuk bermain
Teman bermain untuk usia anak antara 5 sampai 7 tahun.
Bagi mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai mainan yang menarik yang tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka, dan mereka mempunyai ketertarikkan yang sama.
Kepribadian dari teman tersebut tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi mereka adalah kegiatan dan mainan apa yang mereka miliki, persahabatan mereka akan terputus apabila salah seorang dari anak tersebut tidak mau bermain lagi dengan anak lainnya karena kejenuhan dan kebosanan, persahabatan mereka akan secepat mungkin terputus dan terbina kembali begitu saja.
Contoh percakapan yang sering kita temui pada anak-anak usia 5 sampai 7 tahun, antara lain mengenai berbagi makanan, misalnya ;
“Kalau kamu memberi saya coklat, kamu temanku lagi”
Dalam usia ini mereka dengan gampangnya mengatakan tentang berteman, biasanya percakapan mereka dimulai dengan perkataan “namamu siapa ? dan namaku......” dan mereka bisa begitu saja berteman setelah saling mengetahui nama masing-masing.
Fase Kedua
- Teman untuk bersama
Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia anak antara 8 sampai 10 tahun.
Dalam usia mereka ini, pengertian teman sedikit lebih luas dari pada fase pertama, karena arti teman bagi mereka sudah melangkah ke perasaan saling percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi.
Dalam fase ini seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang anak pada fase pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari kedua belah pihak.
Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah di antara mereka timbul masalah, seperti ;
- Salah seorang di antara mereka ada yang melanggar janji ;
- Salah seorang di antara mereka ada yang terkena gosip ;
- Salah seorang di antara mereka tidak mau membantu, disaat temannya tersebut
membutuhkan pertolongan.
Percakapan yang sering kita temui pada fase kedua ini, misalnya ;
“Kenapa kamu pilih dia sebagai temanmu ?”
Dalam fase ini, seorang anak tidak mudah menjalin persahabatan, biasanya persahabatan tersebut terjadi setelah beberapa saat mereka saling mengenal baik baru mereka akan menjalinnya, kadang persahabatan mereka bisa sampai usia dewasa, kadang juga terputus tergantung factor apa yang terjadi selama persahabatan mereka.
Fase Ketiga
- Persahabatan yang penuh dengan saling pengertian
Terjadi pada anak usia 11 sampai 15 tahun, bagi mereka arti teman tidak hanya sekedar untuk bermain saja, di sini seorang teman harus juga bisa berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan pengertian.
Pada fase ini persahabatan memasuki stadium yang sangat pribadi, karena pada umumnya mereka sedang mengalami masa puber dengan permasalahan psikologis seperti ; depresi, rasa takut, problem di rumah, atau problem keuangan yang terjadi pada mereka, biasanya mereka lebih tahu permasalahan psikologis tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka sendiri.
Persahabatan pada fase ini bisa berubah seiring dengan berjalannya usia mereka, dari sekedar teman bermain, kemudian berkembang menjadi teman berbagi kepercayaan dan teman berbagi emosi.
Persahabatan tersebut biasanya terputus karena salah seorang dari mereka pindah rumah atau
melanjutkan sekolah di kota lain.
Percakapan di antara mereka yang sering kita dengar pada fase ini, misalnya ;
“Kita butuh teman yang baik, karena kita bisa berbagi ceritera di mana orang lain tidak perlu tahu, teman yang baik akan memberi nasihat atau jalan keluar yang terbaik”
Pentingnya Persahabatan Untuk Perkembangan Sosial Anak-Anak
- Populer atau Tidak Populer dan Apa Akibatnya
Di dalam lingkungan sekolah dasar, biasanya ada anak yang populer dan tidak populer, baik anak tersebut lebih menonjol karena kepintaranya atau pun karena hal yang lainnya.
Mereka mendapat perhatian lebih, seperti selalu diundang dan hadir di pesta ulang tahun temannya sedangkan yang tidak populer tidak pernah diundang.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan sosial anak populer dan tidak populer di dalam kelas, seorang guru atau kita, dapat mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka,
seperti ;
- Dengan siapa kamu mau pergi tamasya ?
- Dengan siapa kamu mau duduk ?
Ternyata anak populer lebih banyak disebut dan anak tidak populer jarang atau sama sekali tidak disebut.
Untuk lebih mengetahui anak populer dan tidak populer, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan lagi dengan pertanyaan-pertanyaan negatif dan pertanyaan-pertanyaan positif.
Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita bisa lebih cepat mengetahui mana anak populer dan mana anak yang tidak populer dan juga kita bisa lebih cepat mengetahui serta membantu mengatasi problem si anak pada stadium yang masih belum terlalu jauh.
Dengan cara tersebut, pada akhirnya kita bisa membedakan perkembangan anak-anak secara berurutan, seperti ;
1. Anak-anak yang menyandang bintang sosiometris
Bintang sosiometris, artinya mereka paling banyak disebut sisi positifnya dari pada sisi
negatifnya, biasanya mereka disenangi dan diakui oleh teman-temannya sedikit dari mereka yang menyandang bintang sosiometris ini merasa terasingkan.
2. Anak-anak yang biasa
Biasanya mereka tidak begitu populer dibandingkan dengan bintang sosiometris, tetapi mereka lebih banyak disebut sisi positifnya dan sedikit disebut sisi negatifnya.
3. Anak-anak yang terisolir
Biasanya mereka tidak disebut sisi positifnya dan juga tidak disebut sisi negatifnya, sepertinya anak terisolir tersebut tidak terlihat oleh teman-temannya.
4. Anak-anak yang terasingkan
Biasanya mereka oleh anak-anak yang lain diasingkan dan tidak diakui sebagai teman, mereka biasanya sedikit sekali disebut sisi positifnya dan lebih banyak disebut sisi negatifnya.
Dari urutan-urutan di atas, kita sebagai orang tua harus cepat tanggap dan tidak ragu untuk bertanya kepada guru di sekolah, bagaimana perkembangan psikologi anak di lingkungan sekolah, hal tersebut dilakukan untuk membandingkan perkembangan psikologi anak di lingkungan rumah dan di lingkungan sekolah, supaya kita dapat secepatnya menelusuri dan mengetahui apakah anak kita mempunyai masalah dalam dirinya yang tidak berani diungkapkan kepada kita sebagai orang tuanya dan kita bisa dengan cepat menangani serta membantu memecahkan masalah si anak tersebut, sebelum masalah anak tersebut terlanjur merubah sifat dan karekter si anak.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam status sosial anak
1. Cara orang tua mendidik dan membina anak
Orang tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal, dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mereka akan mudah dalam mengembangkan hubungan sosialnya.
Lain halnya dengan anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang secara penuh dan mereka dididik oleh orang tuanya dengan cara kasar serta mendapatkan peristiwa yang membuat anak tersebut trauma, maka kita bisa dengan jelas melihat perbedaan yang mencolok, biasanya anak tersebut sulit dikendalikan dan memiliki masalah, mereka tidak akan mudah membina hubungan sosial dan sulit membina persahabatan dengan anak lainnya.
2. Urutan kelahiran
Urutan kelahiran, mempengaruhi juga dalam status sosial anak, karena biasanya anak yang paling muda lebih populer dan terbiasa dengan negoisasi dari pada saudara-saudaranya.
3. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran
Biasanya anak-anak populer memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mengambil apa pun posisi peran dan posisi peran tersebut dapat berkembang menjadi lebih baik.
Anak-anak populer biasanya memiliki intellegensi/kecerdasan yang baik.
Dengan memiliki ciri-ciri tersebut, anak-anak populer lebih mudah menempatkan dirinya atau beradaptasi dilingkungan yang asing.
4. Nama
Ternyata di lingkungan anak-anak, nama dapat membawa pengaruh.
Nama yang dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal, dapat membawa pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial psikologi anak. karena anak-anak masih sangat kongkrit dalam menyatakan sesuatu hal, akibatnya anak tersebut merasa rendah diri dan tersudut apabila anak-anak yang lain mencemoohkan karena namanya dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal.
5 Daya tarik
Anak-anak yang memiliki daya tarik tersendiri, biasanya selalu populer daripada anak yang kurang memiliki daya tarik.
Anak-anak yang berumur 3 tahun, sudah bisa membedakan mana anak-anak yang menarik dan mana anak-anak yang kurang menarik, reaksi ketertarikkannya hampir sama dengan orang dewasa.
Pada anak usia 3 tahun, anak yang menarik dan anak tidak menarik tidak begitu kelihatan mencolok, tetapi pada anak usia 5 tahun, hal tersebut dapat terlihat sangat jelas, anak usia 5 tahun yang tidak menarik biasanya lebih agresif dan sering tidak jujur dalam bermain, sedangkan pada anak usia 5 tahun yang memiliki daya tarik, biasanya mereka sering diberi masukkan-masukkan yang positif dari sekitarnya sehingga tumbuh rasa percaya diri yang lebih tinggi, sabaliknya pada anak usia 5 tahun yang tidak menarik rasa percaya dirinya berkurang karena terpengaruh masukkan-masukkan yang negatif dari lingkungannya.
6. Perilaku
Tidak semua anak yang menarik menjadi populer karena masih banyak faktor lainnya yang bisa mempengaruhi katagori populer.
Perilaku yang membuat anak populer, antara lain ; ramah tamah, mempunyai rasa simpati, tidak agresif, bisa berkerja sama, suka menolong, suka memberikan masukkan atau komentar yang positif, dan lain-lain.
Secara umum faktor-faktor di atas terdapat pada anak-anak yang populer, dan factor-faktor tersebut dapat menentukan status sosial anak, tetapi tidak selamanya anak populer pada nantinya dapat menentukan status sosial, sebagian anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang selalu terjaga pendidikannya, intellegensinya, cakap dan terampil, mempunyai nama yang baik serta menarik tetapi tidak popular, sebagian lagi ada juga anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang bermasalah, kurang perhatian dari orang tua, mempunyai nama yang kurang bagus, dan tidak memiliki daya tarik, tetapi bisa juga menjadi populer.
Lalu bagaimana dengan anak-anak yang kurang dihargai seperti ; Anak-anak yang terisolir dan Anak-anak yang terasingkan.
Kelompok anak-anak tersebut memiliki nilai yang rendah dari anak-anak seumurnya, akan tetapi anak-anak yang terisolir lebih mudah diakui dari pada anak-anak yang terasingkan, namun lama kelamaan anak-anak yang terasingkan akan diakui juga.
Anak-anak yang terasingkan memiliki resiko adaptasi lebih besar dalam usia menjelang dewasa, mereka menjadi terasingkan karena ada penyimpangan dari salah satu factor status sosial anak.
Jika anak-anak ini lemah dalam menghadapi ejekkan-ejekkan atau godaan dari anak-anak lainnya, maka hal tersebut dapat membentuk perilaku dan proses belajarnya akan terganggu.
Beberapa problem pada anak-anak yang terasingkan, antara lain ;
- secara terbuka mereka diasingkan
- sering terlibat dalam hal-hal kejadian interaksi yang negatif
- mempunyai masalah perilaku
- sering memperlihatkan perilaku agresif
- mempunyai status negatif yang stabil
- sering bermasalah di sekolah
Secara umum anak-anak yang terasingkan, berreaksi dengan dua cara :
1. Menarik diri
Biasanya mereka menarik diri dari kontak dengan yang lain, mereka sebetulnya ingin main dengan anak-anak lainnya, tetapi mereka diacuhkan dan diabaikan keberadaannya, malahan mereka mengejeknya seperti dengan sebutan “professor” karena anak tersebut memakai kacamata, maka dari itu mereka selalu menhindar dari anak-anak lainnya, di rumah biasanya mereka juga pendiam dan selama mungkin tinggal di kamarnya dengan membaca komik atau mendengarkan musik, kepada orang tuanya mereka beralasan tidak suka main di luar.
2. Perilaku anti sosial
Biasanya mereka sulit untuk diatur, padahal anak-anak lainnya tidak suka dengan perilakunya, misalnya ;
Pada saat anak-anak yang lain bermain bola, kemudian datang anak yang terasingkan, tetapi tidak untuk ikut bermain dengan anak-anak lainnya, anak tersebut datang hanya sekedar untuk mengganggu saja dengan mengambil bolanya, dan apabila ikut bermain bola pun anak itu akan tampil dengan kasar sehingga membuat anak-anak lainnya berhenti bermain, anak yang terasing itu akan marah-marah hingga akhirnya anak-anak yang lain terpaksa mengalah dan bermain bola kembali dengan aturan-aturan yang dikehendaki oleh anak yang terasing tadi.
Untuk anak-anak yang terasing ini di negara-negara yang sudah maju, seperti di Belanda, para orang tua dari anak tersebut akan mendapat laporan dari pengajar atau guru, kemudian mereka diberikan penyuluhan dan konsultasi dari Psikolog Anak yang ada di bawah Departemen Urusan Anak-anak Bermasalah, kemudian akan dikirim ke Departemen Kesehatan untuk gangguan jiwa yang tidak stabil untuk diberi pengarahan dan keterampilan sosial dalam cara menyesuaikan diri atau cara beradaptasi di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.
Untuk orang yang lebih dewasa, mereka diajarkan semacam therapy untuk beradaptasi dalam lingkungan masyarakat supaya akhirnya mereka bisa mandiri.
Perkembangan Psikologi Anak Dalam Kehidupan Sosial
Perbedaan fase perkembangan status sosial di dunia anak-anak dalam persahabatan dan mendapatkan kawan bermain di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah, berbeda dengan pengertian persahabatan yang terjadi pada orang dewasa, untuk orang dewasa persahabatan adalah suatu ikatan relasi dengan orang lain, di mana kepercayaan, pengertian, pengorbanan dan saling membantu satu sama lainnya akan terjalin dalam periode yang lama, sedangkan di dunia anak-anak tidak seperti halnya yang terjadi pada orang dewasa, di dunia anak-anak persahabatan terjalin tidak untuk waktu yang lama, terkadang bila terjadi masalah yang kecil saja, jalinan persahabatan tersebut akan terputus.
Ada dua metode penelitian untuk mengetahui arti persahabatan dan kawan bermain di dalam dunia anak-anak :
1. Dengan cara kita mengajukan beberapa pertanyaan, seperti ;
Siapa teman dekatmu ? kenapa dia ? apa yang kamu senangi dari dia ?
2. Dengan cara kita bercerita tentang persahabatan, kemudian kedua orang sahabat tersebut bertengkar karena mereka tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Dari kedua metode tersebut, metode yang nomor dua kita akan banyak mendapatkan informasi, kemudian kita ajukan pertanyaan kepada anak ; Harus bagaimanakah situasi itu diselesaikan ?
Dari banyak informasi yang diberikan anak tersebut, kita akan mendapatkan kesimpulan yang kita bagi dalam beberapa fase, seperti ;
Fase Pertama ;
- Teman untuk bermain
Teman bermain untuk usia anak antara 5 sampai 7 tahun.
Bagi mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai mainan yang menarik yang tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka, dan mereka mempunyai ketertarikkan yang sama.
Kepribadian dari teman tersebut tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi mereka adalah kegiatan dan mainan apa yang mereka miliki, persahabatan mereka akan terputus apabila salah seorang dari anak tersebut tidak mau bermain lagi dengan anak lainnya karena kejenuhan dan kebosanan, persahabatan mereka akan secepat mungkin terputus dan terbina kembali begitu saja.
Contoh percakapan yang sering kita temui pada anak-anak usia 5 sampai 7 tahun, antara lain mengenai berbagi makanan, misalnya ;
“Kalau kamu memberi saya coklat, kamu temanku lagi”
Dalam usia ini mereka dengan gampangnya mengatakan tentang berteman, biasanya percakapan mereka dimulai dengan perkataan “namamu siapa ? dan namaku......” dan mereka bisa begitu saja berteman setelah saling mengetahui nama masing-masing.
Fase Kedua
- Teman untuk bersama
Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia anak antara 8 sampai 10 tahun.
Dalam usia mereka ini, pengertian teman sedikit lebih luas dari pada fase pertama, karena arti teman bagi mereka sudah melangkah ke perasaan saling percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi.
Dalam fase ini seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang anak pada fase pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari kedua belah pihak.
Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah di antara mereka timbul masalah, seperti ;
- Salah seorang di antara mereka ada yang melanggar janji ;
- Salah seorang di antara mereka ada yang terkena gosip ;
- Salah seorang di antara mereka tidak mau membantu, disaat temannya tersebut
membutuhkan pertolongan.
Percakapan yang sering kita temui pada fase kedua ini, misalnya ;
“Kenapa kamu pilih dia sebagai temanmu ?”
Dalam fase ini, seorang anak tidak mudah menjalin persahabatan, biasanya persahabatan tersebut terjadi setelah beberapa saat mereka saling mengenal baik baru mereka akan menjalinnya, kadang persahabatan mereka bisa sampai usia dewasa, kadang juga terputus tergantung factor apa yang terjadi selama persahabatan mereka.
Fase Ketiga
- Persahabatan yang penuh dengan saling pengertian
Terjadi pada anak usia 11 sampai 15 tahun, bagi mereka arti teman tidak hanya sekedar untuk bermain saja, di sini seorang teman harus juga bisa berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan pengertian.
Pada fase ini persahabatan memasuki stadium yang sangat pribadi, karena pada umumnya mereka sedang mengalami masa puber dengan permasalahan psikologis seperti ; depresi, rasa takut, problem di rumah, atau problem keuangan yang terjadi pada mereka, biasanya mereka lebih tahu permasalahan psikologis tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka sendiri.
Persahabatan pada fase ini bisa berubah seiring dengan berjalannya usia mereka, dari sekedar teman bermain, kemudian berkembang menjadi teman berbagi kepercayaan dan teman berbagi emosi.
Persahabatan tersebut biasanya terputus karena salah seorang dari mereka pindah rumah atau
melanjutkan sekolah di kota lain.
Percakapan di antara mereka yang sering kita dengar pada fase ini, misalnya ;
“Kita butuh teman yang baik, karena kita bisa berbagi ceritera di mana orang lain tidak perlu tahu, teman yang baik akan memberi nasihat atau jalan keluar yang terbaik”
Pentingnya Persahabatan Untuk Perkembangan Sosial Anak-Anak
- Populer atau Tidak Populer dan Apa Akibatnya
Di dalam lingkungan sekolah dasar, biasanya ada anak yang populer dan tidak populer, baik anak tersebut lebih menonjol karena kepintaranya atau pun karena hal yang lainnya.
Mereka mendapat perhatian lebih, seperti selalu diundang dan hadir di pesta ulang tahun temannya sedangkan yang tidak populer tidak pernah diundang.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan sosial anak populer dan tidak populer di dalam kelas, seorang guru atau kita, dapat mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka,
seperti ;
- Dengan siapa kamu mau pergi tamasya ?
- Dengan siapa kamu mau duduk ?
Ternyata anak populer lebih banyak disebut dan anak tidak populer jarang atau sama sekali tidak disebut.
Untuk lebih mengetahui anak populer dan tidak populer, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan lagi dengan pertanyaan-pertanyaan negatif dan pertanyaan-pertanyaan positif.
Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita bisa lebih cepat mengetahui mana anak populer dan mana anak yang tidak populer dan juga kita bisa lebih cepat mengetahui serta membantu mengatasi problem si anak pada stadium yang masih belum terlalu jauh.
Dengan cara tersebut, pada akhirnya kita bisa membedakan perkembangan anak-anak secara berurutan, seperti ;
1. Anak-anak yang menyandang bintang sosiometris
Bintang sosiometris, artinya mereka paling banyak disebut sisi positifnya dari pada sisi
negatifnya, biasanya mereka disenangi dan diakui oleh teman-temannya sedikit dari mereka yang menyandang bintang sosiometris ini merasa terasingkan.
2. Anak-anak yang biasa
Biasanya mereka tidak begitu populer dibandingkan dengan bintang sosiometris, tetapi mereka lebih banyak disebut sisi positifnya dan sedikit disebut sisi negatifnya.
3. Anak-anak yang terisolir
Biasanya mereka tidak disebut sisi positifnya dan juga tidak disebut sisi negatifnya, sepertinya anak terisolir tersebut tidak terlihat oleh teman-temannya.
4. Anak-anak yang terasingkan
Biasanya mereka oleh anak-anak yang lain diasingkan dan tidak diakui sebagai teman, mereka biasanya sedikit sekali disebut sisi positifnya dan lebih banyak disebut sisi negatifnya.
Dari urutan-urutan di atas, kita sebagai orang tua harus cepat tanggap dan tidak ragu untuk bertanya kepada guru di sekolah, bagaimana perkembangan psikologi anak di lingkungan sekolah, hal tersebut dilakukan untuk membandingkan perkembangan psikologi anak di lingkungan rumah dan di lingkungan sekolah, supaya kita dapat secepatnya menelusuri dan mengetahui apakah anak kita mempunyai masalah dalam dirinya yang tidak berani diungkapkan kepada kita sebagai orang tuanya dan kita bisa dengan cepat menangani serta membantu memecahkan masalah si anak tersebut, sebelum masalah anak tersebut terlanjur merubah sifat dan karekter si anak.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam status sosial anak
1. Cara orang tua mendidik dan membina anak
Orang tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal, dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mereka akan mudah dalam mengembangkan hubungan sosialnya.
Lain halnya dengan anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang secara penuh dan mereka dididik oleh orang tuanya dengan cara kasar serta mendapatkan peristiwa yang membuat anak tersebut trauma, maka kita bisa dengan jelas melihat perbedaan yang mencolok, biasanya anak tersebut sulit dikendalikan dan memiliki masalah, mereka tidak akan mudah membina hubungan sosial dan sulit membina persahabatan dengan anak lainnya.
2. Urutan kelahiran
Urutan kelahiran, mempengaruhi juga dalam status sosial anak, karena biasanya anak yang paling muda lebih populer dan terbiasa dengan negoisasi dari pada saudara-saudaranya.
3. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran
Biasanya anak-anak populer memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mengambil apa pun posisi peran dan posisi peran tersebut dapat berkembang menjadi lebih baik.
Anak-anak populer biasanya memiliki intellegensi/kecerdasan yang baik.
Dengan memiliki ciri-ciri tersebut, anak-anak populer lebih mudah menempatkan dirinya atau beradaptasi dilingkungan yang asing.
4. Nama
Ternyata di lingkungan anak-anak, nama dapat membawa pengaruh.
Nama yang dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal, dapat membawa pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial psikologi anak. karena anak-anak masih sangat kongkrit dalam menyatakan sesuatu hal, akibatnya anak tersebut merasa rendah diri dan tersudut apabila anak-anak yang lain mencemoohkan karena namanya dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal.
5 Daya tarik
Anak-anak yang memiliki daya tarik tersendiri, biasanya selalu populer daripada anak yang kurang memiliki daya tarik.
Anak-anak yang berumur 3 tahun, sudah bisa membedakan mana anak-anak yang menarik dan mana anak-anak yang kurang menarik, reaksi ketertarikkannya hampir sama dengan orang dewasa.
Pada anak usia 3 tahun, anak yang menarik dan anak tidak menarik tidak begitu kelihatan mencolok, tetapi pada anak usia 5 tahun, hal tersebut dapat terlihat sangat jelas, anak usia 5 tahun yang tidak menarik biasanya lebih agresif dan sering tidak jujur dalam bermain, sedangkan pada anak usia 5 tahun yang memiliki daya tarik, biasanya mereka sering diberi masukkan-masukkan yang positif dari sekitarnya sehingga tumbuh rasa percaya diri yang lebih tinggi, sabaliknya pada anak usia 5 tahun yang tidak menarik rasa percaya dirinya berkurang karena terpengaruh masukkan-masukkan yang negatif dari lingkungannya.
6. Perilaku
Tidak semua anak yang menarik menjadi populer karena masih banyak faktor lainnya yang bisa mempengaruhi katagori populer.
Perilaku yang membuat anak populer, antara lain ; ramah tamah, mempunyai rasa simpati, tidak agresif, bisa berkerja sama, suka menolong, suka memberikan masukkan atau komentar yang positif, dan lain-lain.
Secara umum faktor-faktor di atas terdapat pada anak-anak yang populer, dan factor-faktor tersebut dapat menentukan status sosial anak, tetapi tidak selamanya anak populer pada nantinya dapat menentukan status sosial, sebagian anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang selalu terjaga pendidikannya, intellegensinya, cakap dan terampil, mempunyai nama yang baik serta menarik tetapi tidak popular, sebagian lagi ada juga anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang bermasalah, kurang perhatian dari orang tua, mempunyai nama yang kurang bagus, dan tidak memiliki daya tarik, tetapi bisa juga menjadi populer.
Lalu bagaimana dengan anak-anak yang kurang dihargai seperti ; Anak-anak yang terisolir dan Anak-anak yang terasingkan.
Kelompok anak-anak tersebut memiliki nilai yang rendah dari anak-anak seumurnya, akan tetapi anak-anak yang terisolir lebih mudah diakui dari pada anak-anak yang terasingkan, namun lama kelamaan anak-anak yang terasingkan akan diakui juga.
Anak-anak yang terasingkan memiliki resiko adaptasi lebih besar dalam usia menjelang dewasa, mereka menjadi terasingkan karena ada penyimpangan dari salah satu factor status sosial anak.
Jika anak-anak ini lemah dalam menghadapi ejekkan-ejekkan atau godaan dari anak-anak lainnya, maka hal tersebut dapat membentuk perilaku dan proses belajarnya akan terganggu.
Beberapa problem pada anak-anak yang terasingkan, antara lain ;
- secara terbuka mereka diasingkan
- sering terlibat dalam hal-hal kejadian interaksi yang negatif
- mempunyai masalah perilaku
- sering memperlihatkan perilaku agresif
- mempunyai status negatif yang stabil
- sering bermasalah di sekolah
Secara umum anak-anak yang terasingkan, berreaksi dengan dua cara :
1. Menarik diri
Biasanya mereka menarik diri dari kontak dengan yang lain, mereka sebetulnya ingin main dengan anak-anak lainnya, tetapi mereka diacuhkan dan diabaikan keberadaannya, malahan mereka mengejeknya seperti dengan sebutan “professor” karena anak tersebut memakai kacamata, maka dari itu mereka selalu menhindar dari anak-anak lainnya, di rumah biasanya mereka juga pendiam dan selama mungkin tinggal di kamarnya dengan membaca komik atau mendengarkan musik, kepada orang tuanya mereka beralasan tidak suka main di luar.
2. Perilaku anti sosial
Biasanya mereka sulit untuk diatur, padahal anak-anak lainnya tidak suka dengan perilakunya, misalnya ;
Pada saat anak-anak yang lain bermain bola, kemudian datang anak yang terasingkan, tetapi tidak untuk ikut bermain dengan anak-anak lainnya, anak tersebut datang hanya sekedar untuk mengganggu saja dengan mengambil bolanya, dan apabila ikut bermain bola pun anak itu akan tampil dengan kasar sehingga membuat anak-anak lainnya berhenti bermain, anak yang terasing itu akan marah-marah hingga akhirnya anak-anak yang lain terpaksa mengalah dan bermain bola kembali dengan aturan-aturan yang dikehendaki oleh anak yang terasing tadi.
Untuk anak-anak yang terasing ini di negara-negara yang sudah maju, seperti di Belanda, para orang tua dari anak tersebut akan mendapat laporan dari pengajar atau guru, kemudian mereka diberikan penyuluhan dan konsultasi dari Psikolog Anak yang ada di bawah Departemen Urusan Anak-anak Bermasalah, kemudian akan dikirim ke Departemen Kesehatan untuk gangguan jiwa yang tidak stabil untuk diberi pengarahan dan keterampilan sosial dalam cara menyesuaikan diri atau cara beradaptasi di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.
Untuk orang yang lebih dewasa, mereka diajarkan semacam therapy untuk beradaptasi dalam lingkungan masyarakat supaya akhirnya mereka bisa mandiri.
Dari berbagai sumber.
Perbedaan fase perkembangan status sosial di dunia anak-anak dalam persahabatan dan mendapatkan kawan bermain di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah, berbeda dengan pengertian persahabatan yang terjadi pada orang dewasa, untuk orang dewasa persahabatan adalah suatu ikatan relasi dengan orang lain, di mana kepercayaan, pengertian, pengorbanan dan saling membantu satu sama lainnya akan terjalin dalam periode yang lama, sedangkan di dunia anak-anak tidak seperti halnya yang terjadi pada orang dewasa, di dunia anak-anak persahabatan terjalin tidak untuk waktu yang lama, terkadang bila terjadi masalah yang kecil saja, jalinan persahabatan tersebut akan terputus.
Ada dua metode penelitian untuk mengetahui arti persahabatan dan kawan bermain di dalam dunia anak-anak :
1. Dengan cara kita mengajukan beberapa pertanyaan, seperti ;
Siapa teman dekatmu ? kenapa dia ? apa yang kamu senangi dari dia ?
2. Dengan cara kita bercerita tentang persahabatan, kemudian kedua orang sahabat tersebut bertengkar karena mereka tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Dari kedua metode tersebut, metode yang nomor dua kita akan banyak mendapatkan informasi, kemudian kita ajukan pertanyaan kepada anak ; Harus bagaimanakah situasi itu diselesaikan ?
Dari banyak informasi yang diberikan anak tersebut, kita akan mendapatkan kesimpulan yang kita bagi dalam beberapa fase, seperti ;
Fase Pertama ;
- Teman untuk bermain
Teman bermain untuk usia anak antara 5 sampai 7 tahun.
Bagi mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai mainan yang menarik yang tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka, dan mereka mempunyai ketertarikkan yang sama.
Kepribadian dari teman tersebut tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi mereka adalah kegiatan dan mainan apa yang mereka miliki, persahabatan mereka akan terputus apabila salah seorang dari anak tersebut tidak mau bermain lagi dengan anak lainnya karena kejenuhan dan kebosanan, persahabatan mereka akan secepat mungkin terputus dan terbina kembali begitu saja.
Contoh percakapan yang sering kita temui pada anak-anak usia 5 sampai 7 tahun, antara lain mengenai berbagi makanan, misalnya ;
“Kalau kamu memberi saya coklat, kamu temanku lagi”
Dalam usia ini mereka dengan gampangnya mengatakan tentang berteman, biasanya percakapan mereka dimulai dengan perkataan “namamu siapa ? dan namaku......” dan mereka bisa begitu saja berteman setelah saling mengetahui nama masing-masing.
Fase Kedua
- Teman untuk bersama
Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia anak antara 8 sampai 10 tahun.
Dalam usia mereka ini, pengertian teman sedikit lebih luas dari pada fase pertama, karena arti teman bagi mereka sudah melangkah ke perasaan saling percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi.
Dalam fase ini seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang anak pada fase pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari kedua belah pihak.
Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah di antara mereka timbul masalah, seperti ;
- Salah seorang di antara mereka ada yang melanggar janji ;
- Salah seorang di antara mereka ada yang terkena gosip ;
- Salah seorang di antara mereka tidak mau membantu, disaat temannya tersebut
membutuhkan pertolongan.
Percakapan yang sering kita temui pada fase kedua ini, misalnya ;
“Kenapa kamu pilih dia sebagai temanmu ?”
Dalam fase ini, seorang anak tidak mudah menjalin persahabatan, biasanya persahabatan tersebut terjadi setelah beberapa saat mereka saling mengenal baik baru mereka akan menjalinnya, kadang persahabatan mereka bisa sampai usia dewasa, kadang juga terputus tergantung factor apa yang terjadi selama persahabatan mereka.
Fase Ketiga
- Persahabatan yang penuh dengan saling pengertian
Terjadi pada anak usia 11 sampai 15 tahun, bagi mereka arti teman tidak hanya sekedar untuk bermain saja, di sini seorang teman harus juga bisa berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan pengertian.
Pada fase ini persahabatan memasuki stadium yang sangat pribadi, karena pada umumnya mereka sedang mengalami masa puber dengan permasalahan psikologis seperti ; depresi, rasa takut, problem di rumah, atau problem keuangan yang terjadi pada mereka, biasanya mereka lebih tahu permasalahan psikologis tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka sendiri.
Persahabatan pada fase ini bisa berubah seiring dengan berjalannya usia mereka, dari sekedar teman bermain, kemudian berkembang menjadi teman berbagi kepercayaan dan teman berbagi emosi.
Persahabatan tersebut biasanya terputus karena salah seorang dari mereka pindah rumah atau
melanjutkan sekolah di kota lain.
Percakapan di antara mereka yang sering kita dengar pada fase ini, misalnya ;
“Kita butuh teman yang baik, karena kita bisa berbagi ceritera di mana orang lain tidak perlu tahu, teman yang baik akan memberi nasihat atau jalan keluar yang terbaik”
Pentingnya Persahabatan Untuk Perkembangan Sosial Anak-Anak
- Populer atau Tidak Populer dan Apa Akibatnya
Di dalam lingkungan sekolah dasar, biasanya ada anak yang populer dan tidak populer, baik anak tersebut lebih menonjol karena kepintaranya atau pun karena hal yang lainnya.
Mereka mendapat perhatian lebih, seperti selalu diundang dan hadir di pesta ulang tahun temannya sedangkan yang tidak populer tidak pernah diundang.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan sosial anak populer dan tidak populer di dalam kelas, seorang guru atau kita, dapat mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka,
seperti ;
- Dengan siapa kamu mau pergi tamasya ?
- Dengan siapa kamu mau duduk ?
Ternyata anak populer lebih banyak disebut dan anak tidak populer jarang atau sama sekali tidak disebut.
Untuk lebih mengetahui anak populer dan tidak populer, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan lagi dengan pertanyaan-pertanyaan negatif dan pertanyaan-pertanyaan positif.
Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita bisa lebih cepat mengetahui mana anak populer dan mana anak yang tidak populer dan juga kita bisa lebih cepat mengetahui serta membantu mengatasi problem si anak pada stadium yang masih belum terlalu jauh.
Dengan cara tersebut, pada akhirnya kita bisa membedakan perkembangan anak-anak secara berurutan, seperti ;
1. Anak-anak yang menyandang bintang sosiometris
Bintang sosiometris, artinya mereka paling banyak disebut sisi positifnya dari pada sisi
negatifnya, biasanya mereka disenangi dan diakui oleh teman-temannya sedikit dari mereka yang menyandang bintang sosiometris ini merasa terasingkan.
2. Anak-anak yang biasa
Biasanya mereka tidak begitu populer dibandingkan dengan bintang sosiometris, tetapi mereka lebih banyak disebut sisi positifnya dan sedikit disebut sisi negatifnya.
3. Anak-anak yang terisolir
Biasanya mereka tidak disebut sisi positifnya dan juga tidak disebut sisi negatifnya, sepertinya anak terisolir tersebut tidak terlihat oleh teman-temannya.
4. Anak-anak yang terasingkan
Biasanya mereka oleh anak-anak yang lain diasingkan dan tidak diakui sebagai teman, mereka biasanya sedikit sekali disebut sisi positifnya dan lebih banyak disebut sisi negatifnya.
Dari urutan-urutan di atas, kita sebagai orang tua harus cepat tanggap dan tidak ragu untuk bertanya kepada guru di sekolah, bagaimana perkembangan psikologi anak di lingkungan sekolah, hal tersebut dilakukan untuk membandingkan perkembangan psikologi anak di lingkungan rumah dan di lingkungan sekolah, supaya kita dapat secepatnya menelusuri dan mengetahui apakah anak kita mempunyai masalah dalam dirinya yang tidak berani diungkapkan kepada kita sebagai orang tuanya dan kita bisa dengan cepat menangani serta membantu memecahkan masalah si anak tersebut, sebelum masalah anak tersebut terlanjur merubah sifat dan karekter si anak.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam status sosial anak
1. Cara orang tua mendidik dan membina anak
Orang tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal, dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mereka akan mudah dalam mengembangkan hubungan sosialnya.
Lain halnya dengan anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang secara penuh dan mereka dididik oleh orang tuanya dengan cara kasar serta mendapatkan peristiwa yang membuat anak tersebut trauma, maka kita bisa dengan jelas melihat perbedaan yang mencolok, biasanya anak tersebut sulit dikendalikan dan memiliki masalah, mereka tidak akan mudah membina hubungan sosial dan sulit membina persahabatan dengan anak lainnya.
2. Urutan kelahiran
Urutan kelahiran, mempengaruhi juga dalam status sosial anak, karena biasanya anak yang paling muda lebih populer dan terbiasa dengan negoisasi dari pada saudara-saudaranya.
3. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran
Biasanya anak-anak populer memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mengambil apa pun posisi peran dan posisi peran tersebut dapat berkembang menjadi lebih baik.
Anak-anak populer biasanya memiliki intellegensi/kecerdasan yang baik.
Dengan memiliki ciri-ciri tersebut, anak-anak populer lebih mudah menempatkan dirinya atau beradaptasi dilingkungan yang asing.
4. Nama
Ternyata di lingkungan anak-anak, nama dapat membawa pengaruh.
Nama yang dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal, dapat membawa pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial psikologi anak. karena anak-anak masih sangat kongkrit dalam menyatakan sesuatu hal, akibatnya anak tersebut merasa rendah diri dan tersudut apabila anak-anak yang lain mencemoohkan karena namanya dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal.
5 Daya tarik
Anak-anak yang memiliki daya tarik tersendiri, biasanya selalu populer daripada anak yang kurang memiliki daya tarik.
Anak-anak yang berumur 3 tahun, sudah bisa membedakan mana anak-anak yang menarik dan mana anak-anak yang kurang menarik, reaksi ketertarikkannya hampir sama dengan orang dewasa.
Pada anak usia 3 tahun, anak yang menarik dan anak tidak menarik tidak begitu kelihatan mencolok, tetapi pada anak usia 5 tahun, hal tersebut dapat terlihat sangat jelas, anak usia 5 tahun yang tidak menarik biasanya lebih agresif dan sering tidak jujur dalam bermain, sedangkan pada anak usia 5 tahun yang memiliki daya tarik, biasanya mereka sering diberi masukkan-masukkan yang positif dari sekitarnya sehingga tumbuh rasa percaya diri yang lebih tinggi, sabaliknya pada anak usia 5 tahun yang tidak menarik rasa percaya dirinya berkurang karena terpengaruh masukkan-masukkan yang negatif dari lingkungannya.
6. Perilaku
Tidak semua anak yang menarik menjadi populer karena masih banyak faktor lainnya yang bisa mempengaruhi katagori populer.
Perilaku yang membuat anak populer, antara lain ; ramah tamah, mempunyai rasa simpati, tidak agresif, bisa berkerja sama, suka menolong, suka memberikan masukkan atau komentar yang positif, dan lain-lain.
Secara umum faktor-faktor di atas terdapat pada anak-anak yang populer, dan factor-faktor tersebut dapat menentukan status sosial anak, tetapi tidak selamanya anak populer pada nantinya dapat menentukan status sosial, sebagian anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang selalu terjaga pendidikannya, intellegensinya, cakap dan terampil, mempunyai nama yang baik serta menarik tetapi tidak popular, sebagian lagi ada juga anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang bermasalah, kurang perhatian dari orang tua, mempunyai nama yang kurang bagus, dan tidak memiliki daya tarik, tetapi bisa juga menjadi populer.
Lalu bagaimana dengan anak-anak yang kurang dihargai seperti ; Anak-anak yang terisolir dan Anak-anak yang terasingkan.
Kelompok anak-anak tersebut memiliki nilai yang rendah dari anak-anak seumurnya, akan tetapi anak-anak yang terisolir lebih mudah diakui dari pada anak-anak yang terasingkan, namun lama kelamaan anak-anak yang terasingkan akan diakui juga.
Anak-anak yang terasingkan memiliki resiko adaptasi lebih besar dalam usia menjelang dewasa, mereka menjadi terasingkan karena ada penyimpangan dari salah satu factor status sosial anak.
Jika anak-anak ini lemah dalam menghadapi ejekkan-ejekkan atau godaan dari anak-anak lainnya, maka hal tersebut dapat membentuk perilaku dan proses belajarnya akan terganggu.
Beberapa problem pada anak-anak yang terasingkan, antara lain ;
- secara terbuka mereka diasingkan
- sering terlibat dalam hal-hal kejadian interaksi yang negatif
- mempunyai masalah perilaku
- sering memperlihatkan perilaku agresif
- mempunyai status negatif yang stabil
- sering bermasalah di sekolah
Secara umum anak-anak yang terasingkan, berreaksi dengan dua cara :
1. Menarik diri
Biasanya mereka menarik diri dari kontak dengan yang lain, mereka sebetulnya ingin main dengan anak-anak lainnya, tetapi mereka diacuhkan dan diabaikan keberadaannya, malahan mereka mengejeknya seperti dengan sebutan “professor” karena anak tersebut memakai kacamata, maka dari itu mereka selalu menhindar dari anak-anak lainnya, di rumah biasanya mereka juga pendiam dan selama mungkin tinggal di kamarnya dengan membaca komik atau mendengarkan musik, kepada orang tuanya mereka beralasan tidak suka main di luar.
2. Perilaku anti sosial
Biasanya mereka sulit untuk diatur, padahal anak-anak lainnya tidak suka dengan perilakunya, misalnya ;
Pada saat anak-anak yang lain bermain bola, kemudian datang anak yang terasingkan, tetapi tidak untuk ikut bermain dengan anak-anak lainnya, anak tersebut datang hanya sekedar untuk mengganggu saja dengan mengambil bolanya, dan apabila ikut bermain bola pun anak itu akan tampil dengan kasar sehingga membuat anak-anak lainnya berhenti bermain, anak yang terasing itu akan marah-marah hingga akhirnya anak-anak yang lain terpaksa mengalah dan bermain bola kembali dengan aturan-aturan yang dikehendaki oleh anak yang terasing tadi.
Untuk anak-anak yang terasing ini di negara-negara yang sudah maju, seperti di Belanda, para orang tua dari anak tersebut akan mendapat laporan dari pengajar atau guru, kemudian mereka diberikan penyuluhan dan konsultasi dari Psikolog Anak yang ada di bawah Departemen Urusan Anak-anak Bermasalah, kemudian akan dikirim ke Departemen Kesehatan untuk gangguan jiwa yang tidak stabil untuk diberi pengarahan dan keterampilan sosial dalam cara menyesuaikan diri atau cara beradaptasi di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.
Untuk orang yang lebih dewasa, mereka diajarkan semacam therapy untuk beradaptasi dalam lingkungan masyarakat supaya akhirnya mereka bisa mandiri.
Perkembangan Psikologi Anak Dalam Kehidupan Sosial
Perbedaan fase perkembangan status sosial di dunia anak-anak dalam persahabatan dan mendapatkan kawan bermain di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah, berbeda dengan pengertian persahabatan yang terjadi pada orang dewasa, untuk orang dewasa persahabatan adalah suatu ikatan relasi dengan orang lain, di mana kepercayaan, pengertian, pengorbanan dan saling membantu satu sama lainnya akan terjalin dalam periode yang lama, sedangkan di dunia anak-anak tidak seperti halnya yang terjadi pada orang dewasa, di dunia anak-anak persahabatan terjalin tidak untuk waktu yang lama, terkadang bila terjadi masalah yang kecil saja, jalinan persahabatan tersebut akan terputus.
Ada dua metode penelitian untuk mengetahui arti persahabatan dan kawan bermain di dalam dunia anak-anak :
1. Dengan cara kita mengajukan beberapa pertanyaan, seperti ;
Siapa teman dekatmu ? kenapa dia ? apa yang kamu senangi dari dia ?
2. Dengan cara kita bercerita tentang persahabatan, kemudian kedua orang sahabat tersebut bertengkar karena mereka tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Dari kedua metode tersebut, metode yang nomor dua kita akan banyak mendapatkan informasi, kemudian kita ajukan pertanyaan kepada anak ; Harus bagaimanakah situasi itu diselesaikan ?
Dari banyak informasi yang diberikan anak tersebut, kita akan mendapatkan kesimpulan yang kita bagi dalam beberapa fase, seperti ;
Fase Pertama ;
- Teman untuk bermain
Teman bermain untuk usia anak antara 5 sampai 7 tahun.
Bagi mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai mainan yang menarik yang tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka, dan mereka mempunyai ketertarikkan yang sama.
Kepribadian dari teman tersebut tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi mereka adalah kegiatan dan mainan apa yang mereka miliki, persahabatan mereka akan terputus apabila salah seorang dari anak tersebut tidak mau bermain lagi dengan anak lainnya karena kejenuhan dan kebosanan, persahabatan mereka akan secepat mungkin terputus dan terbina kembali begitu saja.
Contoh percakapan yang sering kita temui pada anak-anak usia 5 sampai 7 tahun, antara lain mengenai berbagi makanan, misalnya ;
“Kalau kamu memberi saya coklat, kamu temanku lagi”
Dalam usia ini mereka dengan gampangnya mengatakan tentang berteman, biasanya percakapan mereka dimulai dengan perkataan “namamu siapa ? dan namaku......” dan mereka bisa begitu saja berteman setelah saling mengetahui nama masing-masing.
Fase Kedua
- Teman untuk bersama
Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia anak antara 8 sampai 10 tahun.
Dalam usia mereka ini, pengertian teman sedikit lebih luas dari pada fase pertama, karena arti teman bagi mereka sudah melangkah ke perasaan saling percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi.
Dalam fase ini seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang anak pada fase pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari kedua belah pihak.
Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah di antara mereka timbul masalah, seperti ;
- Salah seorang di antara mereka ada yang melanggar janji ;
- Salah seorang di antara mereka ada yang terkena gosip ;
- Salah seorang di antara mereka tidak mau membantu, disaat temannya tersebut
membutuhkan pertolongan.
Percakapan yang sering kita temui pada fase kedua ini, misalnya ;
“Kenapa kamu pilih dia sebagai temanmu ?”
Dalam fase ini, seorang anak tidak mudah menjalin persahabatan, biasanya persahabatan tersebut terjadi setelah beberapa saat mereka saling mengenal baik baru mereka akan menjalinnya, kadang persahabatan mereka bisa sampai usia dewasa, kadang juga terputus tergantung factor apa yang terjadi selama persahabatan mereka.
Fase Ketiga
- Persahabatan yang penuh dengan saling pengertian
Terjadi pada anak usia 11 sampai 15 tahun, bagi mereka arti teman tidak hanya sekedar untuk bermain saja, di sini seorang teman harus juga bisa berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan pengertian.
Pada fase ini persahabatan memasuki stadium yang sangat pribadi, karena pada umumnya mereka sedang mengalami masa puber dengan permasalahan psikologis seperti ; depresi, rasa takut, problem di rumah, atau problem keuangan yang terjadi pada mereka, biasanya mereka lebih tahu permasalahan psikologis tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka sendiri.
Persahabatan pada fase ini bisa berubah seiring dengan berjalannya usia mereka, dari sekedar teman bermain, kemudian berkembang menjadi teman berbagi kepercayaan dan teman berbagi emosi.
Persahabatan tersebut biasanya terputus karena salah seorang dari mereka pindah rumah atau
melanjutkan sekolah di kota lain.
Percakapan di antara mereka yang sering kita dengar pada fase ini, misalnya ;
“Kita butuh teman yang baik, karena kita bisa berbagi ceritera di mana orang lain tidak perlu tahu, teman yang baik akan memberi nasihat atau jalan keluar yang terbaik”
Pentingnya Persahabatan Untuk Perkembangan Sosial Anak-Anak
- Populer atau Tidak Populer dan Apa Akibatnya
Di dalam lingkungan sekolah dasar, biasanya ada anak yang populer dan tidak populer, baik anak tersebut lebih menonjol karena kepintaranya atau pun karena hal yang lainnya.
Mereka mendapat perhatian lebih, seperti selalu diundang dan hadir di pesta ulang tahun temannya sedangkan yang tidak populer tidak pernah diundang.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan sosial anak populer dan tidak populer di dalam kelas, seorang guru atau kita, dapat mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka,
seperti ;
- Dengan siapa kamu mau pergi tamasya ?
- Dengan siapa kamu mau duduk ?
Ternyata anak populer lebih banyak disebut dan anak tidak populer jarang atau sama sekali tidak disebut.
Untuk lebih mengetahui anak populer dan tidak populer, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan lagi dengan pertanyaan-pertanyaan negatif dan pertanyaan-pertanyaan positif.
Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita bisa lebih cepat mengetahui mana anak populer dan mana anak yang tidak populer dan juga kita bisa lebih cepat mengetahui serta membantu mengatasi problem si anak pada stadium yang masih belum terlalu jauh.
Dengan cara tersebut, pada akhirnya kita bisa membedakan perkembangan anak-anak secara berurutan, seperti ;
1. Anak-anak yang menyandang bintang sosiometris
Bintang sosiometris, artinya mereka paling banyak disebut sisi positifnya dari pada sisi
negatifnya, biasanya mereka disenangi dan diakui oleh teman-temannya sedikit dari mereka yang menyandang bintang sosiometris ini merasa terasingkan.
2. Anak-anak yang biasa
Biasanya mereka tidak begitu populer dibandingkan dengan bintang sosiometris, tetapi mereka lebih banyak disebut sisi positifnya dan sedikit disebut sisi negatifnya.
3. Anak-anak yang terisolir
Biasanya mereka tidak disebut sisi positifnya dan juga tidak disebut sisi negatifnya, sepertinya anak terisolir tersebut tidak terlihat oleh teman-temannya.
4. Anak-anak yang terasingkan
Biasanya mereka oleh anak-anak yang lain diasingkan dan tidak diakui sebagai teman, mereka biasanya sedikit sekali disebut sisi positifnya dan lebih banyak disebut sisi negatifnya.
Dari urutan-urutan di atas, kita sebagai orang tua harus cepat tanggap dan tidak ragu untuk bertanya kepada guru di sekolah, bagaimana perkembangan psikologi anak di lingkungan sekolah, hal tersebut dilakukan untuk membandingkan perkembangan psikologi anak di lingkungan rumah dan di lingkungan sekolah, supaya kita dapat secepatnya menelusuri dan mengetahui apakah anak kita mempunyai masalah dalam dirinya yang tidak berani diungkapkan kepada kita sebagai orang tuanya dan kita bisa dengan cepat menangani serta membantu memecahkan masalah si anak tersebut, sebelum masalah anak tersebut terlanjur merubah sifat dan karekter si anak.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam status sosial anak
1. Cara orang tua mendidik dan membina anak
Orang tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal, dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mereka akan mudah dalam mengembangkan hubungan sosialnya.
Lain halnya dengan anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang secara penuh dan mereka dididik oleh orang tuanya dengan cara kasar serta mendapatkan peristiwa yang membuat anak tersebut trauma, maka kita bisa dengan jelas melihat perbedaan yang mencolok, biasanya anak tersebut sulit dikendalikan dan memiliki masalah, mereka tidak akan mudah membina hubungan sosial dan sulit membina persahabatan dengan anak lainnya.
2. Urutan kelahiran
Urutan kelahiran, mempengaruhi juga dalam status sosial anak, karena biasanya anak yang paling muda lebih populer dan terbiasa dengan negoisasi dari pada saudara-saudaranya.
3. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran
Biasanya anak-anak populer memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mengambil apa pun posisi peran dan posisi peran tersebut dapat berkembang menjadi lebih baik.
Anak-anak populer biasanya memiliki intellegensi/kecerdasan yang baik.
Dengan memiliki ciri-ciri tersebut, anak-anak populer lebih mudah menempatkan dirinya atau beradaptasi dilingkungan yang asing.
4. Nama
Ternyata di lingkungan anak-anak, nama dapat membawa pengaruh.
Nama yang dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal, dapat membawa pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial psikologi anak. karena anak-anak masih sangat kongkrit dalam menyatakan sesuatu hal, akibatnya anak tersebut merasa rendah diri dan tersudut apabila anak-anak yang lain mencemoohkan karena namanya dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal.
5 Daya tarik
Anak-anak yang memiliki daya tarik tersendiri, biasanya selalu populer daripada anak yang kurang memiliki daya tarik.
Anak-anak yang berumur 3 tahun, sudah bisa membedakan mana anak-anak yang menarik dan mana anak-anak yang kurang menarik, reaksi ketertarikkannya hampir sama dengan orang dewasa.
Pada anak usia 3 tahun, anak yang menarik dan anak tidak menarik tidak begitu kelihatan mencolok, tetapi pada anak usia 5 tahun, hal tersebut dapat terlihat sangat jelas, anak usia 5 tahun yang tidak menarik biasanya lebih agresif dan sering tidak jujur dalam bermain, sedangkan pada anak usia 5 tahun yang memiliki daya tarik, biasanya mereka sering diberi masukkan-masukkan yang positif dari sekitarnya sehingga tumbuh rasa percaya diri yang lebih tinggi, sabaliknya pada anak usia 5 tahun yang tidak menarik rasa percaya dirinya berkurang karena terpengaruh masukkan-masukkan yang negatif dari lingkungannya.
6. Perilaku
Tidak semua anak yang menarik menjadi populer karena masih banyak faktor lainnya yang bisa mempengaruhi katagori populer.
Perilaku yang membuat anak populer, antara lain ; ramah tamah, mempunyai rasa simpati, tidak agresif, bisa berkerja sama, suka menolong, suka memberikan masukkan atau komentar yang positif, dan lain-lain.
Secara umum faktor-faktor di atas terdapat pada anak-anak yang populer, dan factor-faktor tersebut dapat menentukan status sosial anak, tetapi tidak selamanya anak populer pada nantinya dapat menentukan status sosial, sebagian anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang selalu terjaga pendidikannya, intellegensinya, cakap dan terampil, mempunyai nama yang baik serta menarik tetapi tidak popular, sebagian lagi ada juga anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang bermasalah, kurang perhatian dari orang tua, mempunyai nama yang kurang bagus, dan tidak memiliki daya tarik, tetapi bisa juga menjadi populer.
Lalu bagaimana dengan anak-anak yang kurang dihargai seperti ; Anak-anak yang terisolir dan Anak-anak yang terasingkan.
Kelompok anak-anak tersebut memiliki nilai yang rendah dari anak-anak seumurnya, akan tetapi anak-anak yang terisolir lebih mudah diakui dari pada anak-anak yang terasingkan, namun lama kelamaan anak-anak yang terasingkan akan diakui juga.
Anak-anak yang terasingkan memiliki resiko adaptasi lebih besar dalam usia menjelang dewasa, mereka menjadi terasingkan karena ada penyimpangan dari salah satu factor status sosial anak.
Jika anak-anak ini lemah dalam menghadapi ejekkan-ejekkan atau godaan dari anak-anak lainnya, maka hal tersebut dapat membentuk perilaku dan proses belajarnya akan terganggu.
Beberapa problem pada anak-anak yang terasingkan, antara lain ;
- secara terbuka mereka diasingkan
- sering terlibat dalam hal-hal kejadian interaksi yang negatif
- mempunyai masalah perilaku
- sering memperlihatkan perilaku agresif
- mempunyai status negatif yang stabil
- sering bermasalah di sekolah
Secara umum anak-anak yang terasingkan, berreaksi dengan dua cara :
1. Menarik diri
Biasanya mereka menarik diri dari kontak dengan yang lain, mereka sebetulnya ingin main dengan anak-anak lainnya, tetapi mereka diacuhkan dan diabaikan keberadaannya, malahan mereka mengejeknya seperti dengan sebutan “professor” karena anak tersebut memakai kacamata, maka dari itu mereka selalu menhindar dari anak-anak lainnya, di rumah biasanya mereka juga pendiam dan selama mungkin tinggal di kamarnya dengan membaca komik atau mendengarkan musik, kepada orang tuanya mereka beralasan tidak suka main di luar.
2. Perilaku anti sosial
Biasanya mereka sulit untuk diatur, padahal anak-anak lainnya tidak suka dengan perilakunya, misalnya ;
Pada saat anak-anak yang lain bermain bola, kemudian datang anak yang terasingkan, tetapi tidak untuk ikut bermain dengan anak-anak lainnya, anak tersebut datang hanya sekedar untuk mengganggu saja dengan mengambil bolanya, dan apabila ikut bermain bola pun anak itu akan tampil dengan kasar sehingga membuat anak-anak lainnya berhenti bermain, anak yang terasing itu akan marah-marah hingga akhirnya anak-anak yang lain terpaksa mengalah dan bermain bola kembali dengan aturan-aturan yang dikehendaki oleh anak yang terasing tadi.
Untuk anak-anak yang terasing ini di negara-negara yang sudah maju, seperti di Belanda, para orang tua dari anak tersebut akan mendapat laporan dari pengajar atau guru, kemudian mereka diberikan penyuluhan dan konsultasi dari Psikolog Anak yang ada di bawah Departemen Urusan Anak-anak Bermasalah, kemudian akan dikirim ke Departemen Kesehatan untuk gangguan jiwa yang tidak stabil untuk diberi pengarahan dan keterampilan sosial dalam cara menyesuaikan diri atau cara beradaptasi di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.
Untuk orang yang lebih dewasa, mereka diajarkan semacam therapy untuk beradaptasi dalam lingkungan masyarakat supaya akhirnya mereka bisa mandiri.
Dari berbagai sumber.
Sabtu, 22 November 2008
Risensi Iktisar Sejarah Sastra Ajib Rosidi
PERIOD 1942-1045
1. Saat-saat yang mematangkan.
Penjajahan Jepang selama tiga setengah tahun merupakan pengalaman yang penting dalam sejarah bangsa dan sastra Indonesia. Bahasa Indonesia yang tadinya dengan berbagai akal dan alasan dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda pada jaman penjajahan Jepan berkembang dengan pesat. Menjadikan satu-satunya bahasa yang di gunakan di Indonesia karena bahasa Belanda dilarang.
Dengan makin intesifnya bahasa Indonesia yang digunakan di seluruh Indonesia maka sastra yang mengunakan bahasa Indonesia semakin berkembang. Para pengarang dan seniman lainya dikumpulkan di Kantor Pusat Kebudayaan yang dinamakan Keimin Bunka Shidosho. Pemusatan para seniman itu tidak bisa lepas dari situasi perang. Maksud Jepang adalah mengumpulakan tenaga untuk guna mendukung perjuangan Jepang dalam menyatukan Asia. Jadi masu dtujuan utamanya adalah membangkitkan semangat, menambah kepercayaan orang pada keungulan tentara Dai Nippon. Dan perkumpulan sandiwara disatukan di bawah naungan P.O.S.D. ( Perserikatan Oesaha Sandiwara Djawa) dan lainya.
Terhadap perbudakan tersebut kesenian di buat bertujuan untuk propaanda perang. Banyak seniman yang berkebertaan atas hal ini. Meskipun pertama kali Jepang datang disambut dengan uluran tangan karena Jepang membebaskan dari penjajahan Belanda. Usmar Ismail yang mulanya percaya pada slogan yang dikatakan oleh Jepang kemudian merasa curiga. Sedangkan Chairil Anwar, Amal Hamzah tidak suka akan Jepang. Dengan mengejek para seniman yang berkumpul di kantor pusat kebudayaan. Amal Hamzah membuat drama yang berjudul Tuan Amin yang merupakan sindiran terhadap Armijn Pane yang mendukung Jepang dengan menulis sandiwara yang menjadi pesanan Jepang.
Dalam dramanya mengambarkan tokohnya yang membela diri dengan mengatakan bahwa ia tidak merasa dirinya sebagai seorang seniman melainkan dirinya sebagai seorang pegawai yang mendapatkan gaji dan karena ia harus patuh kepada perintah atasan. Dan hal tersebut dilakukanya secara sadar, karena ia suka hidup senang dan tidak sudi berpakaian kumal. Dan bersepatu yang solnya mengaga.
Chairil Anwar mengemukakan prinsipnya tentang penciptaan karya seni , konsepsinya mengenai seni dan seniman dalam sebuah pidato yang diucapkan di muka Angkatan Baru tahun 1943. dengan tegas ia mengatakan bahwa baginya” Keindahan (ialah) persetimbangan perpaduan dari getaran-getaran hidup” dan vitaliteit ialah sesuatu yang tidak bisa di helakan dalam mencaapi keindahan. Serta lebih lanjut: seniman adalah sebuah tanda dari kehidupan yang melepas-bebas”. Teranglah kiranya bahwa bagi seniman yang berpendirian seperti itu, slogan-slogan dan wahyu-wahyu yang timbul dari intruksi atasan tidak berarti.” bisa dibilang bukanlah hasil seorang seniman.
Pada masa penjajahan Jepang ini kita melihat kian banyak jumlah orang yang menulis sajak dan cerpen, demikian juga sandiwara. Sedangkan roman kurang sekali. Mungkin karena keadaan sosial pada waktu itu yang memungkinkan bahwa karya seni yang disulai oleh penguasa adalah karya seni yang hidup di mata masyarakat secara merata, buka karya seni yang hidup hanya disebagian orang Indonesia seperti novel. Balai Pustaka selama masa itu hanya menerbitkan dua buah roman saja. Cinta Tanah Air karangan Nur Sutan Iskandar dan Novel Palawija yang ditulis oleh Karim Halim.
Situasi perang dan penderitaan lahir dan batin dijajah Jepang telah mematangkan jiwa bangsa kita. Juga pada masa inilah kita menyasikan bahasa Indonesia mengalami pemantangan. Yaitu seperti ternyata dalam sajak-sajak Chairil Anwar dan Prosa Idrus. Bahasa Indonesia hanyalah sekedar alat untuk berbicara dan bercerita. Atau menyampaikan berita, Chairil Anwar dengan usahanya mengadakan percobaan dengan kata-kata: Prosaku, puisi juga, dindalamnya tiap katanya akan kugali dan ku korek sedalamnya, sehingga kernwoord, ke kernbeeld. Dalam surat yang ditujukan kepada H.B. Jassin pada tahun 1944.
Usahanya itulah yang menyebabkan dalam perkembangan tradisi puisi Indonesia yang mempunyai kemungkinan yang tidak terbatas. Bahasa sajak Chairil Anwar bukan lagi bahasa buku yang terpisah dari kehidupan tetapi bahasa sehari-hari yang dikenal oleh masyarakat. Kata-kata dipilihnya dengan cermat dan teliti sampai pada intinya. Kata-kata pada sajak Chairil dicoba supaya bukan hanya memberikan pengambaran atau tangapan tentang hidup tetapi dapat mewujudakan hidup itu sendiri.
Kehidupan yang corat-marit dalam bidang ekonomi yang mengajarkan para penulis Indonesian supaya dalam penulisanya tiap kata, setiap kalimat, setiap alenia ditimbang dengan matang. Baru kemudian di berikan kepada pembaca. Juga segala superrlativisme dengan perbandingan retorika kata yang menjadi ciri dan kegemaran para pengarang Pujangga Baru telah ditinggalkan.
Seperti yang dapat kita ketahui dari karya Idrus, ekonomisasi kata dan bahasa itu tampak jelas sekali. Bahkan cara penulianya pun diselengarakan dengan sederhana. Gaya yang dipakai oleh Idrus dikenal dengan gaya menyoal yang baru yang serba sederhana.
2. Para Penyair
Meskipun sebagian besar sajak Cahiril Anwar asli yang ditulisnya pada jaman penjajahan Jepang, tetapi karena sebagian besar baru dimunculkan sesudah revolusi dan sajak-sajaknya sesudah revolusi lebih matang. Pada masa penjajahan Jepang kita menyasikan beberapa penyair yang muncul, dan yang terpenting antara lain Usmar Ismail, Amal Hamzah, dan Rosihan Anwar
Usman Ismail, seorang pemuda Minangkabau kelahiran bukittinggi tanggal 20 Maret tahun 1921, tetapi lebih terkenal sebagai seorang dramawan dan pembuat film. Dalam dunia sastra karyanya hanya beberapa saja. Cerpenya hanya dua yang di muat dalam Pancaran Cinta dan Gema Tanah Air yang keduanya di susun oleh H.B. Jassin. Sebagian besar sajaknya kemudian dikumpulkan dalam kumpulan sajak Putung Berasap(1949).
Dalam sajaknya yang pada masa awal penulisanya ia sangat percaya kepada Jepang. Harapan bahwa dengan perantara Jepang bangsa Indonesia akan mendapatkan kemerdekaan.tetapi ia segera menemukan kekecewan. Maka ia menulis sajak yang menunjukan penyerahan dirinya kepada tuhan. Dalam sajaknya’ Kita Berjuang’ ia dengan lantang dengan hasratnya timbul kekawatiran dan ragu kepada kesungguhan janji dan semboyan Jepang.
DISERANG RASA
Apa yang hendak dikata
Jika rasa bersimaharajalela
Di dalam bathin gelisa saja,
Seperti menant sesuatu yang tak hendak tiba
Pelita harapan berkelap-kelip
Tak hendak padam, hanyalah lemah segala sendi
Bertambah kelasa hati yang gundah
Sangsi, kecewa, meradang resah
Benci, dendam.........rindu,cinta.........
3. Cerita Pendek
Pada jaman penjajahan Jepang cerpen tumbuh dengan baik. Beberapa pengarang baru muncul. Sayembara mengarang cerpen dalam majalah yang terbit seperti Pandji Poestaka, Djawa Baroe. Cerpen banyak mendapatkan tempat.
Cerpen Usmar Ismail dan Rosihan Anwar, dan pada saat itu H.B. Jassin juga menulis cerpen. Sebuah cerpenya yang berjudul ’Anak Laut’ kemudian dengan cerpen pengarang lainditerbitkan bersama dalam kumpulan cerpen Pancaran Cinta(1946). Ini bukanlah cerpenya yang pertama tetapi merupakan cerpenya yang mungkin terakhir karena kemudian ia lebih memperhatikan penulisan kritik dan esai sastra dan juga mengdokementasi sastra Indonesia.
Pengarang cerpen yang lain muncul pada jaman Jepang ialah Bakrie Siregar. Cerpenya yang pertama dimuat berjudul ’di Tepi Kawah’ mendapatkan hadiah pertama sayembara menulis cerpen. Cerpen itu melukiskan kehidupan jauh dari masyarakat umum yang berada di tepi kawah. Dimana sepasang suami istri melarikan diri. Lukisan alam tentang kawa gunung berapi yang sangat indah.
Pada masa sesudah perang Bakrie tetap menulsi cerpen. Tetapi peranya sebagai pinpinan Lembaga Seni Sastra Lekra, lebih banyak dicurahkan kepada kritik dan polemis dan semacamnya.
4. Drama
Penulisan drama pada jaman Jepang dikatakan sangat subur. Hal ini mungki disebabkan perkumpulan rombongan sandiwara yang didirikan oleh Armijn Pane. Memang tidak semua lakon yang dimainkan semuanya sastra. Tetapi kegiatan semacam ini memberikan dorongan kepada pengarang untuk menulis drama.
Beberapa nama pengarang yang sering membuat sandiwara pada jaman Jepang; Armijn Pane, Usmar Ismail, Abu Hanafah, Idrus, Inu Kertapati. Amal Hamzah menulis beberapa sandiwara ejekan para seniman yang menjadi budak Jepang-yang tentu saja tidak bisa dimainkan pada masa itu.
Angkatan 45
Munculnya Chairil Anwar dalam pangung sejarah sastra Indonesia memberikan sesuatu yang baru. Sajak-sajaknya tidak seperti sajak Amir Hamzah yang masih ada unsur Melayu. Meskipun sajaknya memang indah dan bermutu tinggi. Tidak dapat dibantah pula bahwa sajaknya Chairil juga bermutu tinggi. Karena itulah pendapat sebagian orang bahwa dengan sajak Chairil Anwar sastra Indonesia lahir. Karena ia lebih mengunakan bahasa Indonesia, bahkan sastra karya STA, Amir Hamzah adalah sastra Melayu. Tetapi pendapat ini sagat keras karena Chairil pasti mendapatkan pengaruh dari pendahulunya.
Dengan angapan tersebut maka banyaklah orang yang berangapan bahwa Angkatan baru sastra Indonesia telah lahir. Rosihan Anwar yang pertama mengunakan nama Angkatan 45 yang kemudian populer. Tetapi meskipu namanya sudah diperoleh tetapi landasan ideal angkatan belum dirumuskan. Baru pada tahun 1950 ’Surat Kepercayaan Gelangang’ dibuat dan diumumkan. Pada waktu tersebut Chairil sudah meninggal. Ini merupakan semacam peryataan sikap yang menjadi dasar pegangan dalam perkumpulan yang bernama’ Gelanggang Seniman Merdeka’ dalam perkumpulan ini juga ada pelukis, musikus, dan seniman yang lainya.
Surat Kepercayaan Gelanggang
Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudataan ini dan kami teruskan dengan cara kami sendiri. kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur baur dari mana dunia-dunia baru yang sehat dapat dilahirkan.
Ke-Indonesiaan kami tidak semata-mata karena kulit kami yang sawo matang, karena rambut kami yang hitam atau karena tulang pelipis kami yang menjorok kedepan, tap lebih banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud peryataan hati dan pikiran kami. Kami tidak akan memberikan suatu kata-ikatan untuk kebudayaan Indonesia. Kami tidak ingat kepada melap-lap hasil kebudayaan lama sampai berkilat dan untuk dibanggakan. Tetapi kami memikirkan suatu pengidupan kebudayaan baru yang sehat.kebudayaan Indonesia ditetapkan oleh kesatuan berbagai rangangan, suara yang dilontarkan oleh.......
Jakarta, 18 Februari 1950
PERIOD 1961 SAMPAI SEKARANG
1. Sastra dan Politik
Merupakan suatu kenyataan sejarah bahwa sejak awal pertumbuhanya sastrawan Indonesia menunjukan perhatian yang serius kepada politik. Para pengarang zaman sebelum perang banyak yang aktif dalam pergerakan kebangsaan bangsa pada masa itu. Bahkan banyak diantaranya yang lebih terkenal sebagai politikus. Seperti pengarang Muh. Yamin dan Roestam Efendi. Juga pengarang Pujangga Baru yang ikut terlibat dalam pergerakan revolusi.
Jadi adanya perbedaan pandangan mengenai seni dan sasta yang akhirnya menjadi perbedaan pendapat politik. Pada awal tahun lima puluhan tampak adanya polemik tentang Angkatan 45, bahwa dengan tidak adanya Chairil anwar angkatan 45 sudah tidak ada lagi atau mampus. Dan juga melihat bahwa revolusi 45 sudah diselewengkan dan sebutan Angkatan 45 sudah mati. Maka secara logis bahwa juga dalam sastra tidak ada yang dinamakan Angkatan 45. Pihak yang berpaham realisme-sosialis yang merupakan paham dari komunis. Aktif mengadakan polemik.
Seniman atau sastrawan yang paling keras berbicara adalah A.S. Dharta dan H.B. Jassin yang menjadikan dua kubu antara komunis dan universal. Pokok soal seni yang idak perna terselesaikan adalah paham seni untuk seni yang diusung oleh H.B. Jassin bertentangan dengan seni yang bertendens yang dibawa oleh A.S. Dharta dan kemudian oleh Pramudya Ananta Toer.
Polemik semacam ini senantiasa terjadi antara kedua kubu tersebut sehingga kadar persoalan sastra dengan politik menjadi baur. Yang mengejutkan adalah keluarnya Rivai Apin yang merupakan pendiri dan pengasuh ruang Gelangaang membelot ke kubuh realisme-sosialis. Pada tahun 1950 berdirilah di Jakarata Lembaga Kebudayaan Rahyat atau yang kemudian di sebut Lekara. Sekertaris jenderal adalah A.S. Dharta yang mulanya Lekra bukanlah bagian organisasi yang dibawahi oleh PKI. Di antaranya yang hadir ketika pembentukan Lekra yang kemudia terdapat orang yang menjadi musuh yang secara tidak perna ampun PSII dan Partindo.
Dengan berbagai akal dan cara, para budayawan seniman dan pengarang Indonesia di paksa masuk salah satu badan yang bernaung dalam ikatan politik. Dan orang yang tidak masuk Lekra akan menjadi musuhnya. Bahkan induk organisasi yang tidak ikut salah satu Nasakom sebagai induk. Di desak supanya di bubarkan atau mengikuti politik tertentu. Organisasi mahasiswa dan pelajar yang hendak berdiri sendiri terus-terus akan di fitna dan diteror. Seperti yang terjadi pada HMI dan PII.
2. Manifes Kebudayaan dan Konferensi Karyawan Pengarang Indonesia
Dengan bantuan H.B. Jassin dan beberapa orang lainya menyelengarakan majalah Kisah yang telah tidak terbitlagi kemudia berganti menjadi Sastra yang diketuai sendiri oleh H.B. Jassin dengan redaktur D.S. Moeljanto. Sedangkan pada nomer pertama turut M. Balfas sebagai anggota redaksi. Dan tidak mengherankan ini merupakan kelajutan kebijakan majalah Kisah.
Seperti yang terjadi pada majalah Kisah, majalah Sastar juag mengutamakan memuat cerpen. Di samping juga sajak, kritik, dan esai. Berbeda dengan majalah Kisah pengarang yang menulis tentang esai sudah mulai banyak. Beberapa penulis esai yang ada waktu itu adalah; Gunawan Muhamad, Arief Budiman( Soe Hok Djin), D.A. Peransi. Dan lain-lain. Sementara penulis esai yang sudah terkenal seperti Iwan Simatupang dan Wiaratmoko banyak juga menulis dalam majalah Sastra. Para pengarang banyak mendapatkan keluasaan untuk tampil dan berkembang antara lain B. Soelarto, Bur Rasuanto, DLL. Tapi kehupan sekeling dipaksa untuk menerima slogan politik sebagai panglima. Majalah Sastra yang merupakan tempat berkumpulnya orang yang hendak mepertahankan otonomi seni dalam kehidupan. Maka pada tanggal 17 Agustus diumumkanya Manifes kebudayaan yang di tanda tangani oleh sejumlah pengarang dan pelukis antara alin: H.B. Jassin, Trino Sumarjo, Wiratno Soekito, Zaini, Goenawan Mohamad, Bokor Hutasulut, Soe Hok Djin dan lain-lain
Manifes Kebudayaan
Kami para seniman dan cendikiawan Indonesia dengan ini mengumumkan sebuah Manifes Kebudayaan, yang menyatakan pendirian, cita-cita dan politik kebudayaan Nasional kami.
Bagi kami kebudayaan adalah perjoangan untuk menyempurnakan kondisi hidup manusia. Kami tidak mengutamakan salah satu sektor kebudayaan di atas sektor kebudayaan yang lain. Setiap sektor berjuang bersama-sama untuk kebudayaan itu sesuai dengan kodartnya.
Dalam melaksanakan kebudayaan Nasional kami berusaha menciptakan dengan kesunguhan yang sejujur-jujurnya sebagai perjuangan untuk mempertahankan dan mengembangkan martabat diri kami sebagai bangsa Indonesia di tengah-tengah masyarakat bangsa-bangsa.
Pancasila adalah falsafah kebudayaan kami.
Jakarta, 17 Agustus 1963
Manifes segera mendapatkan sambutan dari seluruh pelosok tanah air. Budayawan, seniman, dan para penagarang yang hidup terpencil di kota lain dan selama itu hidup dalam teror Lekra dan komplotanya, melihat Manifes Kebudayaan ini sebagai juru sekamat. Maka mereka berlomba-lomba menyatakan dukunganya pada Manifes Kebudayaan. Pada pihak yang lain. Yang tidak mensetujuhi Manifes Kebudayaan yaitu Lekra menjadikan ini sebagai cara untuk menjatuhkan pihak yang mendukung Manifes Kebudayaan.
Sementara menangapi hal ini pihak majalah Sasta yang mendukung Manifes Kebudayaan mempersiapkan sebuah konferensi yang dinamakan KKPI. Meskipun namanya adalah seluruh pengarang Indonesia tetapi yang menyetujui adalah pihak yang ada pada Manifes Kebudayaan saja.
1. Saat-saat yang mematangkan.
Penjajahan Jepang selama tiga setengah tahun merupakan pengalaman yang penting dalam sejarah bangsa dan sastra Indonesia. Bahasa Indonesia yang tadinya dengan berbagai akal dan alasan dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda pada jaman penjajahan Jepan berkembang dengan pesat. Menjadikan satu-satunya bahasa yang di gunakan di Indonesia karena bahasa Belanda dilarang.
Dengan makin intesifnya bahasa Indonesia yang digunakan di seluruh Indonesia maka sastra yang mengunakan bahasa Indonesia semakin berkembang. Para pengarang dan seniman lainya dikumpulkan di Kantor Pusat Kebudayaan yang dinamakan Keimin Bunka Shidosho. Pemusatan para seniman itu tidak bisa lepas dari situasi perang. Maksud Jepang adalah mengumpulakan tenaga untuk guna mendukung perjuangan Jepang dalam menyatukan Asia. Jadi masu dtujuan utamanya adalah membangkitkan semangat, menambah kepercayaan orang pada keungulan tentara Dai Nippon. Dan perkumpulan sandiwara disatukan di bawah naungan P.O.S.D. ( Perserikatan Oesaha Sandiwara Djawa) dan lainya.
Terhadap perbudakan tersebut kesenian di buat bertujuan untuk propaanda perang. Banyak seniman yang berkebertaan atas hal ini. Meskipun pertama kali Jepang datang disambut dengan uluran tangan karena Jepang membebaskan dari penjajahan Belanda. Usmar Ismail yang mulanya percaya pada slogan yang dikatakan oleh Jepang kemudian merasa curiga. Sedangkan Chairil Anwar, Amal Hamzah tidak suka akan Jepang. Dengan mengejek para seniman yang berkumpul di kantor pusat kebudayaan. Amal Hamzah membuat drama yang berjudul Tuan Amin yang merupakan sindiran terhadap Armijn Pane yang mendukung Jepang dengan menulis sandiwara yang menjadi pesanan Jepang.
Dalam dramanya mengambarkan tokohnya yang membela diri dengan mengatakan bahwa ia tidak merasa dirinya sebagai seorang seniman melainkan dirinya sebagai seorang pegawai yang mendapatkan gaji dan karena ia harus patuh kepada perintah atasan. Dan hal tersebut dilakukanya secara sadar, karena ia suka hidup senang dan tidak sudi berpakaian kumal. Dan bersepatu yang solnya mengaga.
Chairil Anwar mengemukakan prinsipnya tentang penciptaan karya seni , konsepsinya mengenai seni dan seniman dalam sebuah pidato yang diucapkan di muka Angkatan Baru tahun 1943. dengan tegas ia mengatakan bahwa baginya” Keindahan (ialah) persetimbangan perpaduan dari getaran-getaran hidup” dan vitaliteit ialah sesuatu yang tidak bisa di helakan dalam mencaapi keindahan. Serta lebih lanjut: seniman adalah sebuah tanda dari kehidupan yang melepas-bebas”. Teranglah kiranya bahwa bagi seniman yang berpendirian seperti itu, slogan-slogan dan wahyu-wahyu yang timbul dari intruksi atasan tidak berarti.” bisa dibilang bukanlah hasil seorang seniman.
Pada masa penjajahan Jepang ini kita melihat kian banyak jumlah orang yang menulis sajak dan cerpen, demikian juga sandiwara. Sedangkan roman kurang sekali. Mungkin karena keadaan sosial pada waktu itu yang memungkinkan bahwa karya seni yang disulai oleh penguasa adalah karya seni yang hidup di mata masyarakat secara merata, buka karya seni yang hidup hanya disebagian orang Indonesia seperti novel. Balai Pustaka selama masa itu hanya menerbitkan dua buah roman saja. Cinta Tanah Air karangan Nur Sutan Iskandar dan Novel Palawija yang ditulis oleh Karim Halim.
Situasi perang dan penderitaan lahir dan batin dijajah Jepang telah mematangkan jiwa bangsa kita. Juga pada masa inilah kita menyasikan bahasa Indonesia mengalami pemantangan. Yaitu seperti ternyata dalam sajak-sajak Chairil Anwar dan Prosa Idrus. Bahasa Indonesia hanyalah sekedar alat untuk berbicara dan bercerita. Atau menyampaikan berita, Chairil Anwar dengan usahanya mengadakan percobaan dengan kata-kata: Prosaku, puisi juga, dindalamnya tiap katanya akan kugali dan ku korek sedalamnya, sehingga kernwoord, ke kernbeeld. Dalam surat yang ditujukan kepada H.B. Jassin pada tahun 1944.
Usahanya itulah yang menyebabkan dalam perkembangan tradisi puisi Indonesia yang mempunyai kemungkinan yang tidak terbatas. Bahasa sajak Chairil Anwar bukan lagi bahasa buku yang terpisah dari kehidupan tetapi bahasa sehari-hari yang dikenal oleh masyarakat. Kata-kata dipilihnya dengan cermat dan teliti sampai pada intinya. Kata-kata pada sajak Chairil dicoba supaya bukan hanya memberikan pengambaran atau tangapan tentang hidup tetapi dapat mewujudakan hidup itu sendiri.
Kehidupan yang corat-marit dalam bidang ekonomi yang mengajarkan para penulis Indonesian supaya dalam penulisanya tiap kata, setiap kalimat, setiap alenia ditimbang dengan matang. Baru kemudian di berikan kepada pembaca. Juga segala superrlativisme dengan perbandingan retorika kata yang menjadi ciri dan kegemaran para pengarang Pujangga Baru telah ditinggalkan.
Seperti yang dapat kita ketahui dari karya Idrus, ekonomisasi kata dan bahasa itu tampak jelas sekali. Bahkan cara penulianya pun diselengarakan dengan sederhana. Gaya yang dipakai oleh Idrus dikenal dengan gaya menyoal yang baru yang serba sederhana.
2. Para Penyair
Meskipun sebagian besar sajak Cahiril Anwar asli yang ditulisnya pada jaman penjajahan Jepang, tetapi karena sebagian besar baru dimunculkan sesudah revolusi dan sajak-sajaknya sesudah revolusi lebih matang. Pada masa penjajahan Jepang kita menyasikan beberapa penyair yang muncul, dan yang terpenting antara lain Usmar Ismail, Amal Hamzah, dan Rosihan Anwar
Usman Ismail, seorang pemuda Minangkabau kelahiran bukittinggi tanggal 20 Maret tahun 1921, tetapi lebih terkenal sebagai seorang dramawan dan pembuat film. Dalam dunia sastra karyanya hanya beberapa saja. Cerpenya hanya dua yang di muat dalam Pancaran Cinta dan Gema Tanah Air yang keduanya di susun oleh H.B. Jassin. Sebagian besar sajaknya kemudian dikumpulkan dalam kumpulan sajak Putung Berasap(1949).
Dalam sajaknya yang pada masa awal penulisanya ia sangat percaya kepada Jepang. Harapan bahwa dengan perantara Jepang bangsa Indonesia akan mendapatkan kemerdekaan.tetapi ia segera menemukan kekecewan. Maka ia menulis sajak yang menunjukan penyerahan dirinya kepada tuhan. Dalam sajaknya’ Kita Berjuang’ ia dengan lantang dengan hasratnya timbul kekawatiran dan ragu kepada kesungguhan janji dan semboyan Jepang.
DISERANG RASA
Apa yang hendak dikata
Jika rasa bersimaharajalela
Di dalam bathin gelisa saja,
Seperti menant sesuatu yang tak hendak tiba
Pelita harapan berkelap-kelip
Tak hendak padam, hanyalah lemah segala sendi
Bertambah kelasa hati yang gundah
Sangsi, kecewa, meradang resah
Benci, dendam.........rindu,cinta.........
3. Cerita Pendek
Pada jaman penjajahan Jepang cerpen tumbuh dengan baik. Beberapa pengarang baru muncul. Sayembara mengarang cerpen dalam majalah yang terbit seperti Pandji Poestaka, Djawa Baroe. Cerpen banyak mendapatkan tempat.
Cerpen Usmar Ismail dan Rosihan Anwar, dan pada saat itu H.B. Jassin juga menulis cerpen. Sebuah cerpenya yang berjudul ’Anak Laut’ kemudian dengan cerpen pengarang lainditerbitkan bersama dalam kumpulan cerpen Pancaran Cinta(1946). Ini bukanlah cerpenya yang pertama tetapi merupakan cerpenya yang mungkin terakhir karena kemudian ia lebih memperhatikan penulisan kritik dan esai sastra dan juga mengdokementasi sastra Indonesia.
Pengarang cerpen yang lain muncul pada jaman Jepang ialah Bakrie Siregar. Cerpenya yang pertama dimuat berjudul ’di Tepi Kawah’ mendapatkan hadiah pertama sayembara menulis cerpen. Cerpen itu melukiskan kehidupan jauh dari masyarakat umum yang berada di tepi kawah. Dimana sepasang suami istri melarikan diri. Lukisan alam tentang kawa gunung berapi yang sangat indah.
Pada masa sesudah perang Bakrie tetap menulsi cerpen. Tetapi peranya sebagai pinpinan Lembaga Seni Sastra Lekra, lebih banyak dicurahkan kepada kritik dan polemis dan semacamnya.
4. Drama
Penulisan drama pada jaman Jepang dikatakan sangat subur. Hal ini mungki disebabkan perkumpulan rombongan sandiwara yang didirikan oleh Armijn Pane. Memang tidak semua lakon yang dimainkan semuanya sastra. Tetapi kegiatan semacam ini memberikan dorongan kepada pengarang untuk menulis drama.
Beberapa nama pengarang yang sering membuat sandiwara pada jaman Jepang; Armijn Pane, Usmar Ismail, Abu Hanafah, Idrus, Inu Kertapati. Amal Hamzah menulis beberapa sandiwara ejekan para seniman yang menjadi budak Jepang-yang tentu saja tidak bisa dimainkan pada masa itu.
Angkatan 45
Munculnya Chairil Anwar dalam pangung sejarah sastra Indonesia memberikan sesuatu yang baru. Sajak-sajaknya tidak seperti sajak Amir Hamzah yang masih ada unsur Melayu. Meskipun sajaknya memang indah dan bermutu tinggi. Tidak dapat dibantah pula bahwa sajaknya Chairil juga bermutu tinggi. Karena itulah pendapat sebagian orang bahwa dengan sajak Chairil Anwar sastra Indonesia lahir. Karena ia lebih mengunakan bahasa Indonesia, bahkan sastra karya STA, Amir Hamzah adalah sastra Melayu. Tetapi pendapat ini sagat keras karena Chairil pasti mendapatkan pengaruh dari pendahulunya.
Dengan angapan tersebut maka banyaklah orang yang berangapan bahwa Angkatan baru sastra Indonesia telah lahir. Rosihan Anwar yang pertama mengunakan nama Angkatan 45 yang kemudian populer. Tetapi meskipu namanya sudah diperoleh tetapi landasan ideal angkatan belum dirumuskan. Baru pada tahun 1950 ’Surat Kepercayaan Gelangang’ dibuat dan diumumkan. Pada waktu tersebut Chairil sudah meninggal. Ini merupakan semacam peryataan sikap yang menjadi dasar pegangan dalam perkumpulan yang bernama’ Gelanggang Seniman Merdeka’ dalam perkumpulan ini juga ada pelukis, musikus, dan seniman yang lainya.
Surat Kepercayaan Gelanggang
Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudataan ini dan kami teruskan dengan cara kami sendiri. kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur baur dari mana dunia-dunia baru yang sehat dapat dilahirkan.
Ke-Indonesiaan kami tidak semata-mata karena kulit kami yang sawo matang, karena rambut kami yang hitam atau karena tulang pelipis kami yang menjorok kedepan, tap lebih banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud peryataan hati dan pikiran kami. Kami tidak akan memberikan suatu kata-ikatan untuk kebudayaan Indonesia. Kami tidak ingat kepada melap-lap hasil kebudayaan lama sampai berkilat dan untuk dibanggakan. Tetapi kami memikirkan suatu pengidupan kebudayaan baru yang sehat.kebudayaan Indonesia ditetapkan oleh kesatuan berbagai rangangan, suara yang dilontarkan oleh.......
Jakarta, 18 Februari 1950
PERIOD 1961 SAMPAI SEKARANG
1. Sastra dan Politik
Merupakan suatu kenyataan sejarah bahwa sejak awal pertumbuhanya sastrawan Indonesia menunjukan perhatian yang serius kepada politik. Para pengarang zaman sebelum perang banyak yang aktif dalam pergerakan kebangsaan bangsa pada masa itu. Bahkan banyak diantaranya yang lebih terkenal sebagai politikus. Seperti pengarang Muh. Yamin dan Roestam Efendi. Juga pengarang Pujangga Baru yang ikut terlibat dalam pergerakan revolusi.
Jadi adanya perbedaan pandangan mengenai seni dan sasta yang akhirnya menjadi perbedaan pendapat politik. Pada awal tahun lima puluhan tampak adanya polemik tentang Angkatan 45, bahwa dengan tidak adanya Chairil anwar angkatan 45 sudah tidak ada lagi atau mampus. Dan juga melihat bahwa revolusi 45 sudah diselewengkan dan sebutan Angkatan 45 sudah mati. Maka secara logis bahwa juga dalam sastra tidak ada yang dinamakan Angkatan 45. Pihak yang berpaham realisme-sosialis yang merupakan paham dari komunis. Aktif mengadakan polemik.
Seniman atau sastrawan yang paling keras berbicara adalah A.S. Dharta dan H.B. Jassin yang menjadikan dua kubu antara komunis dan universal. Pokok soal seni yang idak perna terselesaikan adalah paham seni untuk seni yang diusung oleh H.B. Jassin bertentangan dengan seni yang bertendens yang dibawa oleh A.S. Dharta dan kemudian oleh Pramudya Ananta Toer.
Polemik semacam ini senantiasa terjadi antara kedua kubu tersebut sehingga kadar persoalan sastra dengan politik menjadi baur. Yang mengejutkan adalah keluarnya Rivai Apin yang merupakan pendiri dan pengasuh ruang Gelangaang membelot ke kubuh realisme-sosialis. Pada tahun 1950 berdirilah di Jakarata Lembaga Kebudayaan Rahyat atau yang kemudian di sebut Lekara. Sekertaris jenderal adalah A.S. Dharta yang mulanya Lekra bukanlah bagian organisasi yang dibawahi oleh PKI. Di antaranya yang hadir ketika pembentukan Lekra yang kemudia terdapat orang yang menjadi musuh yang secara tidak perna ampun PSII dan Partindo.
Dengan berbagai akal dan cara, para budayawan seniman dan pengarang Indonesia di paksa masuk salah satu badan yang bernaung dalam ikatan politik. Dan orang yang tidak masuk Lekra akan menjadi musuhnya. Bahkan induk organisasi yang tidak ikut salah satu Nasakom sebagai induk. Di desak supanya di bubarkan atau mengikuti politik tertentu. Organisasi mahasiswa dan pelajar yang hendak berdiri sendiri terus-terus akan di fitna dan diteror. Seperti yang terjadi pada HMI dan PII.
2. Manifes Kebudayaan dan Konferensi Karyawan Pengarang Indonesia
Dengan bantuan H.B. Jassin dan beberapa orang lainya menyelengarakan majalah Kisah yang telah tidak terbitlagi kemudia berganti menjadi Sastra yang diketuai sendiri oleh H.B. Jassin dengan redaktur D.S. Moeljanto. Sedangkan pada nomer pertama turut M. Balfas sebagai anggota redaksi. Dan tidak mengherankan ini merupakan kelajutan kebijakan majalah Kisah.
Seperti yang terjadi pada majalah Kisah, majalah Sastar juag mengutamakan memuat cerpen. Di samping juga sajak, kritik, dan esai. Berbeda dengan majalah Kisah pengarang yang menulis tentang esai sudah mulai banyak. Beberapa penulis esai yang ada waktu itu adalah; Gunawan Muhamad, Arief Budiman( Soe Hok Djin), D.A. Peransi. Dan lain-lain. Sementara penulis esai yang sudah terkenal seperti Iwan Simatupang dan Wiaratmoko banyak juga menulis dalam majalah Sastra. Para pengarang banyak mendapatkan keluasaan untuk tampil dan berkembang antara lain B. Soelarto, Bur Rasuanto, DLL. Tapi kehupan sekeling dipaksa untuk menerima slogan politik sebagai panglima. Majalah Sastra yang merupakan tempat berkumpulnya orang yang hendak mepertahankan otonomi seni dalam kehidupan. Maka pada tanggal 17 Agustus diumumkanya Manifes kebudayaan yang di tanda tangani oleh sejumlah pengarang dan pelukis antara alin: H.B. Jassin, Trino Sumarjo, Wiratno Soekito, Zaini, Goenawan Mohamad, Bokor Hutasulut, Soe Hok Djin dan lain-lain
Manifes Kebudayaan
Kami para seniman dan cendikiawan Indonesia dengan ini mengumumkan sebuah Manifes Kebudayaan, yang menyatakan pendirian, cita-cita dan politik kebudayaan Nasional kami.
Bagi kami kebudayaan adalah perjoangan untuk menyempurnakan kondisi hidup manusia. Kami tidak mengutamakan salah satu sektor kebudayaan di atas sektor kebudayaan yang lain. Setiap sektor berjuang bersama-sama untuk kebudayaan itu sesuai dengan kodartnya.
Dalam melaksanakan kebudayaan Nasional kami berusaha menciptakan dengan kesunguhan yang sejujur-jujurnya sebagai perjuangan untuk mempertahankan dan mengembangkan martabat diri kami sebagai bangsa Indonesia di tengah-tengah masyarakat bangsa-bangsa.
Pancasila adalah falsafah kebudayaan kami.
Jakarta, 17 Agustus 1963
Manifes segera mendapatkan sambutan dari seluruh pelosok tanah air. Budayawan, seniman, dan para penagarang yang hidup terpencil di kota lain dan selama itu hidup dalam teror Lekra dan komplotanya, melihat Manifes Kebudayaan ini sebagai juru sekamat. Maka mereka berlomba-lomba menyatakan dukunganya pada Manifes Kebudayaan. Pada pihak yang lain. Yang tidak mensetujuhi Manifes Kebudayaan yaitu Lekra menjadikan ini sebagai cara untuk menjatuhkan pihak yang mendukung Manifes Kebudayaan.
Sementara menangapi hal ini pihak majalah Sasta yang mendukung Manifes Kebudayaan mempersiapkan sebuah konferensi yang dinamakan KKPI. Meskipun namanya adalah seluruh pengarang Indonesia tetapi yang menyetujui adalah pihak yang ada pada Manifes Kebudayaan saja.
Selasa, 21 Oktober 2008
Biografi Singkat Pemenang Sastra Nobel 2000-2007
Tahun 2000: Gao Xingjian
Gao Xingjian (pinyin: Gāo Xíngjiàn, 4 Januari 1940), ialah penulis seorang novelis, dramawan, dan kritikus Tionghoa seberang lautan. Ia juga seorang penerjemah, sutradara, dan pelukis terkenal.
Gao Xingjian lahir di Ganzhou, provinsi Jiangxi di Tiong Koq, namun kemudian pindah ke Perancis, lalu menjadi warga negara Perancis.
Pada tahun 2000 Gao memenangkan Penghargaan Nobel dalam Sastra. Sebelumnya, pada tahun 1992 ia dianugerahi Chevalier de l'Ordre des Arts et des Lettres oleh pemerintah Perancis.
Gao terkenal di China sebagai pembangkang terhadap pemerintahan di negerinya. Karya-karyanya dilarang di China.
Buku terkenal Gao adalah Gunung Roh (1990).
Tahun 2001: Vidiadhar Surajprasad Naipaul
Vidiadhar Surajprasad Naipaul TC, (lahir 17 Agustus 1932), adalah seorang penulis Britania kelahiran Hindia Barat. Lahir di Trinidad dan Tobago dan tinggal di Britania Raya sejak 1950.
Vidiadhar Surajprasad Naipaul lebih sering dikenal sebagai V. S. Naipaul.
Pada 1990 ia dianugerahi gelar kebangsawanan oleh Ratu Elisabeth. Menerima Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 2001. Dalam beberapa buku ia memusatkan diri pada peran agama, seperti Islam, dan ia menuai kritikan karena bertumpu dari sudut negatif, seperti nihilisme di antara fundamentalis. Ia tetap menjadi tokoh yang dicaci di Pakistan. Selain itu, nasionalisme dan kolonialisme juga menjadi tema dalam buku-bukunya.
Karya pilihan
Magic Seeds, 2004
A House for Mr. Biswas, 1961
Among the Believers: An Islamic Journey, 1981
Tahun 2002: Imre Kertész
Imre Kertész (lahir 1929) adalah sastrawan Yahudi Hongaria.
Lahir di Budapest dari keluarga Yahudi, Kertész dideportasi ke Auschwitz pada 1944 dan kemudian ke Buchenwald. Ia dibebaskan dari kamp pada 1945. Setelah perang, ia bekerja di surat kabar Budapest, Vilagossag, namun pada 1951 ia dipaksa mundur karena pengambilalihan oleh komunis. Kertész bergabung dengan militer selama 2 tahun dan sejak itu membuat terjemahan tulisan berbahasa Jerman ke dalam bahasa Hongaria.
Di antara karyanya adalah novel tahun 1975 berjudul Sortanslanság, berdasarkan pengalamannya di kamp konsentrasi Nazi. Novel itu tak disambut baik saat pertama kali diterbitkan. Disusul Fiasco pada 1988. Jilid ke-3 dari Kaddis a meg nem született gyermekért, dicetak pada 1997. (Kaddish adalah doa Yudaisme yang diucapkan untuk mengingat orang mati). Tokoh utama novel itu, Gyorge Koves, tak berkenan memiliki anak di dunia yang mengakui keberadaan Auschwitz.
Karya lain termasuk A nyomkereső (1977), Az angol lobogó (1991), dan Gályanapló (1992). Ia juga memberi kuliah setelah jatuhnya komunisme di Eropa Timur pada 1989, dan kuliah-kuliahnya telah dikumpulkan dan diterbitkan. Kertész memenangkan Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 2002. Sebagian besar novelnya bercerita seputar 'Holocaust'. Di samping Hadiah Nobel, ia telah memenangkan sejumlah hadiah lain termasuk Brandenburger Literaturpreis pada 1995 dan Leipziger Buchpreis zur Europaischen Verstandigung pada 1997.
Atas darah Yahudinya, Kertész menjelaskan dalam sebuah wawancara dengan El Pais, sebuah harian Spanyol: "Saya bukan orang Yahudi yang beriman. Namun karena sebagai orang Yahudi saya dibawa ke Auschwitz, sebagai Yahudi saya berada di kamp kematian dan sebagai Yahudi saya di lingkungan yang membenci Yahudi, dengan besarnya anti-Semitisme. Saya selalu merasa bahwa saya wajib menjadi Yahudi. Saya Yahudi, saya menerimanya, namun di tingkat yang lebih luas juga benar bahwa hal itu dipaksakan pada saya." (The Jerusalem Report, 4 November 200.
Tahun 2003: John Maxwell Coetzee
John Maxwell Coetzee (lahir 9 Februari 1940) adalah penulis Afrika Selatan. Pada tanggal 2 Oktober 2003 ia memperoleh Penghargaan Nobel dalam Sastra sebagai penulis ke-4 dari benua Afrika yang menerimanya.
Ia lahir di Cape Town sebagai John Michael Coetzee (ia kemudian mengubah nama tengahnya), dan masa mudanya dihabiskan antara kota pelabuhan itu dan Worcester. Ia belajar di Universitas Cape Town, di mana ia mendapatkan gelar dalam matematika dan bahasa Inggris.
Pada awal tahun 1960-an ia pindah ke Inggris, untuk bekerja sebagai programer komputer. Setelah itu ia belajar sastra di Universitas Texas, setelah itu mengajar bahasa Inggris dan sastra di Universitas Negeri New York, Buffalo hingga 1983.
Pada 1984 ia kembali ke Afsel untuk menjadi profesor sastra Inggris di University of Cape Town. Saat pensiun pada tahun 2002, ia pindah ke Adelaide, Australia di mana ia diterima di Universitas Adelaide.
Ia adalah penulis pertama yang dianugerahi Booker Prize 2 kali: The Life and Times of Michael K pada tahun 1983 dan Disgrace pada tahun 1999. Namun ia sendiri tidak mengkoleksi salah satu dari 2 bukunya yang memenangkan penghargaan itu. Di samping Hadiah Nobel maupun Booker Prize, ia juga menerima sejumlah penghargaan lain.
Tahun 2004: Elfriede Jelinek
Elfriede Jelinek (lahir 20 Oktober 1946 di Mürzzuschlag, Steiermark) ialah wanita pengarang asal Austria, pemenang Hadiah Nobel Sastra pada 2004.
Elfriede Jelinek, yang ibunya (Olga Jelinek/Olga Buchner) ialah manager personel di sebuah perusahaan terkenal dan ayahnya (Dr. Friedrich Jelinek) ialah kimiawan dengan latar belakang kelas pekerja, besar di Wina. Ia menggambarkan tahun-tahunnya di sebuah taman kanak-kanak Katolik dan kemudian sekolah biara sungguh amat membatasi. Saat masih di sekolah ia kursus organ dan piano di Sekolah Musik Wina. Ia belajar sejarah seni dan seni teater di Universitas Wina dan menyelesaikan pelajaran organnya pada 1971.
Sejak 1966 ia telah bekerja sebagai penulis, hidup mondar-mandir di Wien dan Muenchen. Pada 1974 Jelinek menikah dengan Gottfried Hüngsberg, yang saat itu menggubah musik film untuk Rainer Werner Fassbinder namun sejak pertengahan 1970-an telah bekerja di Munchen dalam bidang teknologi informasi.
Karya Jelinek dapat dikelompokkan dalam 3 tahap. Karyanya yang paling awal mengkritik kapitalisme dan masyarakat konsumtif. "Pada 1980-an ia bertujuan menyerang kritik pada masyarakat partiarkhal . Dalam Oh Wildnis, oh Schutz vor ihr (Oh Hutan Belantara, Oh Perlindungan Darinya, 1985), Die Klavierspielerin (Guru Piano, 1988), Lust (Birahi, 1989), Die Kinder der Toten (Anak-Anak Orang Mati, 1995), drama-drama Was geschah, nachdem Nora ihren Mann verlassen hatte oder Stützen der Gesellschaft (Apa yang Terjadi Setelah Nora Meninggalkan Suaminya atau Pilar Masyarakat, 1979), Clara S. (1982) dan Krankheit oder Moderne Frauen (Penyakit atau Wanita-Wanita Modern, 1984) Jelinek menggambarkan jerat mematikan di mana tokoh wanita dipikat" (D. von Hoff) – tanpa menciptakan pahlawan wanita positif. Sejak akhir 1980-an ia telah menyerang fasisme di masa lalu dan anti-Semit di masa kini di Austria dan Jerman. Pada 1998 Jelinek dianugerahi Hadiah Georg Büchner.
Elfriede Jelinek ialah pemenang Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 2004. Dalam pengumuman resminya pada 7 Oktober komite Nobel mengutip "aliran suara dan kontra-suara musik" dalam karyanya, bahwa "dengan semangat linguistik luar biasa mengungkap kemustahilan kata klise masyarakat dan kekuasaan yang menaklukkan."
Jelinek ialah wanita ke-10 yang menerima Hadiah Nobel dalam bidang sastra.
Tahun 2005: Harold Pinter
Harold Pinter CH, CBE (lahir pada 10 Oktober 1930 di Hackney, London) adalah seorang dramawan Inggris yang meraih Hadiah Nobel bidang Kesusasteraan pada tahun 2005.
Putra seorang pembuat busana keturunan Yahudi, Pinter selain telah menulis 30 naskah drama, juga penulis banyak puisi dan skenario film. Ia juga sering menyutradarai pementasan drama maupun sutradara film dan bahkan pernah menjadi aktor.
Naskah drama paling terkenal yang dia tulis adalah The Dumb Waiter (1957) dan The Caretaker (1959) yang disebut-sebut merupakan pengamatan tajam atas persoalan sosial dan linguistik, dengan alur cerita dan percakapan yang sangat mendalam. Film terbaik yang pernah ia sutradarai adalah The French Lieutenant’ Woman, yang diangkat dari novel karya John Fowles.
Selain penulis, Pinter juga adalah aktivis HAM dan politik. Naskah drama yang ia tulis terkadang mengandung unsur politik tidak secara langsung.
Atas jasa-jasanya, Pinter mendapat gelar Commanders of the British Empire (CBE) dari pemerintah Britania Raya pada tahun 1966 dan kemudian diberi gelar tambahan Companion of Honour pada tahun 2002. Ia sebelumnya pernah menolak diberi gelar ksatria (knighthood).
Pada tanggal 13 Oktober 2005, Pinter dianugerahi Hadiah Nobel dalam bidang Kesusasteraan karena merupakan ‘tokoh terdepan yang mewakili dunia drama Inggris pascaperang’.
Tahun 2006: Orhan Pamuk
Ferit Orhan Pamuk (lahir 7 Juni 1952 di Istanbul, Turki) adalah seorang novelis Turki terkemuka dalam sastra pasca-modernis. Ia sangat populer di dalam negeri, dan pembacanya di seluruh dunia juga bertambah terus. Sebagai salah seorang novelis Eurasia paling terkemuka, karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa. Ia telah mendapatkan banyak penghargaan di dalam negeri maupun internasional.
Pada 2005, pemerintah Turki mengenakan tuduhan kriminal terhadap Pamuk setelah ia membuat pernyataan-pernyataan mengenai pembunuhan lebih dari 1 juta orang Armenia dan 30.000 orang Kurdi di Anatolia. Jika terbukti bersalah, Pamuk dapat dipenjara hingga tiga tahun. Pengadilannya dimulai pada 16 Desember 2005, tetapi segera ditunda karena menunggu persetujuan dari Departemen Kehakiman Turki. [1] Tuduhan terhadapnya akhirnya dibatalkan pada 22 Januari 2006.
Tahun 2007: Doris Lessing
Doris Lessing (lahir sebagai Doris May Tayler di Kermanshah, Persia (sekarang Iran), pada 22 Oktober 1919) adalah seorang penulis Inggris. Ia mendapatkan Penghargaan Nobel dalam Sastra pada tahun 2007. Salah satu karya Lessing yang terkenal dan awal adalah The Grass is Singing terbitan tahun 1950.
Semasa muda ia pernah tinggal di Rodesia Selatan (sekarang Zimbabwe).
Doris dikenal sebagai penulis beraliran kiri, komunis, dan antiapartheid. Dia adalah ateis namun mendalami bidang mistisisme Islam.
Nobel Sastra 2008 untuk Novelis Perancis Le Clezio
Literature Festival Internazionale di Roma
Jean-Marie Gustave Le Clezio, novelis Perancis penerima Nobel Sastra 2008
/
Kamis, 9 Oktober 2008 | 20:22 WIB
STOCKHOLM, KAMIS - Novelis Perancis Jean-Marie Gustave Le Clezio terpilih menjadi penerima hadiah Nobel untuk bidang sastra tahun 2008 yang diumumkan di Stockholm, Swedia, Kamis (8/10). Ia diganjar penghargaan atas novel-novel, esai, dan cerita anak yang penuh petualangan.
Akademi Swedia yang mendapat hak memilih peraih Nobel Sastra 2008 menyebutnya sebagai seorang penulis dengan gaya-gaya baru, petualangan yang puitis, dan "sensual ecstasy", penjelajah kemanusiaan di atas dan di bawah batas peradaban. Di awal debutnya sebagai novelis, ia sangat lihai bermain kata dan menggunakan kata-kata kiasan, namun beralih ke bahasa yang lebih membumi untuk mengangkat kehidupan nyata hingga cerita bertema anak-anak.
Le Clezio menjadi sangat terkenal saat menulis novel berjudul Desert pada tahun 1980. Novel tersebut juga mendapat penghargaan dari Akademi Perancis sebagai penulis terbaik Perancis. Komite penilai Nobel menilai karya tersebut mengandung gambaran yang sempurna sekali mengenai suku terasing di kawasan gurun Afrika Utara yang kontras dengan gambaran dari sudut pandang orang Eropa, imigran yang tidak diinginkan.
Sebagai nobelis, Le Clezio berhak mendapat hadiah sebesar 10 juta kronor atau sekitar Rp13,7 miliar. Hadiah tersebut akan diberikan saat penganugerahan pada bulan Desember.
Sumber: http://id.wikipedia.org dan kompas. com
Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia
Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia atau biasa disingkat SBKRI adalah kartu identitas yang menyatakan bahwa pemiliknya adalah warganegara Republik Indonesia. Walaupun demikian, SBKRI hanya diberikan kepada warganegara Indonesia keturunan, terutama keturunan Tionghoa. Kepemilikan SBKRI adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk mengurus berbagai keperluan, seperti kartu tanda penduduk (KTP), memasuki dunia pendidikan, permohonan paspor, pendaftaran Pemilihan Umum, sampai menikah dan meninggal dunia dan lain-lain. Hal ini dianggap oleh banyak pihak sebagai perlakuan diskriminatif dan sejak Orde Reformasi telah dihapuskan, walaupun dalam praktiknya masih diterapkan di berbagai daerah.Daftar isi
1 Sejarah
2 Kronologi
3 Perkembangan terakhir
4 Lihat pula
5 Pranala luar
Sejarah
Dasar hukum SBKRI adalah Undang-Undang no. 62 tahun 1958 tentang "Kewarga-negaraan Republik Indonesia" yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman G.A. Maengkom dan disahkan oleh Presiden Soekarno.
Salah satu alasan utama yang selalu dikemukakan adalah bahwa kebijakan SBKRI merupakan konsekuensi dari klaim politik pemerintahan Mao Zedong bahwa semua orang Tionghoa di seluruh dunia termasuk Indonesia adalah warga negara Republik Rakyat Cina karena asas ius sanguinis (keturunan darah). Kebijaksanaan itu kemudian ditindaklanjuti dengan Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan RI-RRT antara Chou En Lai dan Mr. Soenario pada 1955.
Dalam Pasal 12 Bab II Peraturan Pemerintah No 20/1959 tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok disebutkan bahwa ada berbagai kelompok WNI yang dikelompokkan sebagai WNI tunggal atau mereka yang tidak diperkenankan untuk memilih kewarganegaraan RI-RRT dan tetap menjadi WNI, yaitu untuk mereka yang berstatus misalnya tentara, veteran, pegawai pemerintah, yang pernah membela nama Republik Indonesia di dunia Internasional, petani atau bahkan secara implisit mereka yang sudah pernah ikut Pemilu 1955. Tapi peraturan ini tidak dilaksanakan dan tetap saja perjanjian dwikewarganegaraan dengan kewajiban memilih kewarganegaraan RI atau RRT diterapkan kepada mereka.
Perjanjian Dwikewarganegaraan RI-RRT ini yang dituangkan dalam UU No 2/1958 pada tanggal 11 Januari 1958 dan diimplementasikan dengan PP No 20/1959 dengan masa opsi 20 Januari 1960 hingga 20 Januari 1962, sudah menyelesaikan permasalahan dwikewarganegaraan RI-RRT. Dengan demikian, setelah perjanjian dwikewarganegaraan tersebut dibatalkan pada 10 April 1969 dengan UU No 4/1969, permasalahan status WNI Tionghoa sudah terselesaikan dan anak-anak WNI Tionghoa yang lahir setelah tanggal 20 Januari 1962 sudah menjadi WNI tunggal, yang setelah dewasa tidak diperbolehkan lagi untuk memilih kewarganegaraan lain-selain kewarganegaraan Indonesia (Penjelasan Umum UU No 4/1969) dan tidak perlu lagi membuktikan kewarganegaraan dengan SBKRI.
Kronologi
1946 - Indonesia pada tahun 1946 telah jelas mengundangkan bahwa Indonesia menganut azas [[ius soli]. Siapa saja yang lahir di Indonesia adalah warga negara Indonesia. Dengan demikian, secara otomatis, orang Tionghoa yang ada di Indonesia sejak Proklamasi 1945 adalah WNI suku Tionghoa.
1949 - Belanda mengharuskan Indonesia mendasarkan peraturan kewarganegaraannya ke zaman kolonial bila ingin mendapat pengakuan kedaulatan dari Belanda. Orang Tionghoa di Indonesia kembali diharuskan memilih ingin jadi WNI atau tidak.
1955 - Perjanjian Dwi Kewarganegaraan antara RRC dan Indonesia ditandatangani. Karena ada klaim dari Mao Zedong bahwa RRC menganut azas ius sanguinis, siapa yang lahir membawa marga Tionghoa (keturunan dari laki-laki Tionghoa) maka ia otomatis menjadi warga negara Tiongkok. (Hal ini merupakan alasan politik untuk menggalang dukungan dari kalangan Tionghoa perantauan seperti yang dilakukan oleh ROC Taiwan (nasionalis)). Di KAA Bandung, Zhou Enlai menyatakan bahwa keturunan Tionghoa di Indonesia berutang kesetiaan pada negara leluhur. Mao di satu pihak meluncurkan kebijakan ini, namun di lain pihak merasa keturunan Tionghoa di luar negeri adalah masih memihak kepada ROC yang nasionalis.
1958 - Perjanjian dituangkan dalam UU, menegaskan bahwa orang Tionghoa di Indonesia kembali diperbolehkan memilih kewarganegaraan Tiongkok atau Indonesia. Batas waktu pemilihan sampai pada tahun 1962. Yang memilih menjadi WNI tunggal harus menyatakan diri melepaskan kewarganegaraan Tiongkok.
1969 - Perjanjian Dwi Kewarganegaraan dibatalkan. Yang memegang surat pernyataan Dwi Kewarganegaraan menjadi stateless (tidak memiliki kewarganegaraan) bila tidak menyatakan keinginan menjadi WNI.
1978 - Peraturan Menteri Kehakiman mewajibkan SBKRI bagi warga Tionghoa.
1983 - Keputusan Menteri Kehakiman , menegaskan bahwa SBKRI hanya wajib bagi mereka yang mengambil surat pernyataan Dwi Kewarganegaraan lalu menyatakan keinginan menjadi WNI. Jadi bagi WNI tunggal dan keturunannya (yang telah menyatakan menjadi WNI tunggal sebelum tahun 1962 dan yang keturunan mereka, serta semua orang Tionghoa yang lahir setelah tahun 1962) tidak diperlukan SBKRI.
1992 - Keputusan Menteri Kehakiman , menegaskan bahwa anak2 keturunan dari orang Tionghoa pemegang SBKRI cukup menyertakan SBKRI orang tua sebagai bukti mereka adalah WNI.
1996 - Penyertaan SBKRI tidak diberlakukan lagi atas Keputusan Presiden. Namun tidak banyak yang tahu karena kurangnya sosialisasi.
1999 - Keputusan Presiden tahun 1996 itu diperkuat sekali lagi dengan Instruksi Presiden tahun 1999.
Perkembangan terakhir
Pada tanggal 8 Juli 1996, Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Di pasal 4 butir 2 berbunyi, "Bagi warga negara Republik Indoensia yang telah memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), atau Kartu Keluarga (KK), atau Akte Kelahiran, pemenuhan kebutuhan persyaratan untuk kepentingan tertentu tersebut cukup menggunakan Kartu Tanda Penduduk, atau Kartu Keluarga (KK), atau Akte Kelahiran tersebut."
Sedangkan pasal 5 berbunyi, "Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, maka segala peraturan perundang-undangan yang untuk kepentingan tertentu mempersyaratkan SBKRI, dinyatakan tidak berlaku lagi."
Pada 1999, dikeluarkan Instruksi Presiden No 4/1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden No 56/1996 yang menginstruksikan tidak berlakunya SBKRI bagi etnis Tionghoa yang sudah menjadi WNI.
Namun sebenarnya, praktek persyaratan SBKRI masih tetap ada di birokrasi pemerintahan karena kurangnya sosialisasi pemberlakuan Keppres ini dan juga karena lemahnya sistem hukum Indonesia yang menyebabkan peraturan perundang-undangan dapat begitu saja diabaikan.
1 Sejarah
2 Kronologi
3 Perkembangan terakhir
4 Lihat pula
5 Pranala luar
Sejarah
Dasar hukum SBKRI adalah Undang-Undang no. 62 tahun 1958 tentang "Kewarga-negaraan Republik Indonesia" yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman G.A. Maengkom dan disahkan oleh Presiden Soekarno.
Salah satu alasan utama yang selalu dikemukakan adalah bahwa kebijakan SBKRI merupakan konsekuensi dari klaim politik pemerintahan Mao Zedong bahwa semua orang Tionghoa di seluruh dunia termasuk Indonesia adalah warga negara Republik Rakyat Cina karena asas ius sanguinis (keturunan darah). Kebijaksanaan itu kemudian ditindaklanjuti dengan Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan RI-RRT antara Chou En Lai dan Mr. Soenario pada 1955.
Dalam Pasal 12 Bab II Peraturan Pemerintah No 20/1959 tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok disebutkan bahwa ada berbagai kelompok WNI yang dikelompokkan sebagai WNI tunggal atau mereka yang tidak diperkenankan untuk memilih kewarganegaraan RI-RRT dan tetap menjadi WNI, yaitu untuk mereka yang berstatus misalnya tentara, veteran, pegawai pemerintah, yang pernah membela nama Republik Indonesia di dunia Internasional, petani atau bahkan secara implisit mereka yang sudah pernah ikut Pemilu 1955. Tapi peraturan ini tidak dilaksanakan dan tetap saja perjanjian dwikewarganegaraan dengan kewajiban memilih kewarganegaraan RI atau RRT diterapkan kepada mereka.
Perjanjian Dwikewarganegaraan RI-RRT ini yang dituangkan dalam UU No 2/1958 pada tanggal 11 Januari 1958 dan diimplementasikan dengan PP No 20/1959 dengan masa opsi 20 Januari 1960 hingga 20 Januari 1962, sudah menyelesaikan permasalahan dwikewarganegaraan RI-RRT. Dengan demikian, setelah perjanjian dwikewarganegaraan tersebut dibatalkan pada 10 April 1969 dengan UU No 4/1969, permasalahan status WNI Tionghoa sudah terselesaikan dan anak-anak WNI Tionghoa yang lahir setelah tanggal 20 Januari 1962 sudah menjadi WNI tunggal, yang setelah dewasa tidak diperbolehkan lagi untuk memilih kewarganegaraan lain-selain kewarganegaraan Indonesia (Penjelasan Umum UU No 4/1969) dan tidak perlu lagi membuktikan kewarganegaraan dengan SBKRI.
Kronologi
1946 - Indonesia pada tahun 1946 telah jelas mengundangkan bahwa Indonesia menganut azas [[ius soli]. Siapa saja yang lahir di Indonesia adalah warga negara Indonesia. Dengan demikian, secara otomatis, orang Tionghoa yang ada di Indonesia sejak Proklamasi 1945 adalah WNI suku Tionghoa.
1949 - Belanda mengharuskan Indonesia mendasarkan peraturan kewarganegaraannya ke zaman kolonial bila ingin mendapat pengakuan kedaulatan dari Belanda. Orang Tionghoa di Indonesia kembali diharuskan memilih ingin jadi WNI atau tidak.
1955 - Perjanjian Dwi Kewarganegaraan antara RRC dan Indonesia ditandatangani. Karena ada klaim dari Mao Zedong bahwa RRC menganut azas ius sanguinis, siapa yang lahir membawa marga Tionghoa (keturunan dari laki-laki Tionghoa) maka ia otomatis menjadi warga negara Tiongkok. (Hal ini merupakan alasan politik untuk menggalang dukungan dari kalangan Tionghoa perantauan seperti yang dilakukan oleh ROC Taiwan (nasionalis)). Di KAA Bandung, Zhou Enlai menyatakan bahwa keturunan Tionghoa di Indonesia berutang kesetiaan pada negara leluhur. Mao di satu pihak meluncurkan kebijakan ini, namun di lain pihak merasa keturunan Tionghoa di luar negeri adalah masih memihak kepada ROC yang nasionalis.
1958 - Perjanjian dituangkan dalam UU, menegaskan bahwa orang Tionghoa di Indonesia kembali diperbolehkan memilih kewarganegaraan Tiongkok atau Indonesia. Batas waktu pemilihan sampai pada tahun 1962. Yang memilih menjadi WNI tunggal harus menyatakan diri melepaskan kewarganegaraan Tiongkok.
1969 - Perjanjian Dwi Kewarganegaraan dibatalkan. Yang memegang surat pernyataan Dwi Kewarganegaraan menjadi stateless (tidak memiliki kewarganegaraan) bila tidak menyatakan keinginan menjadi WNI.
1978 - Peraturan Menteri Kehakiman mewajibkan SBKRI bagi warga Tionghoa.
1983 - Keputusan Menteri Kehakiman , menegaskan bahwa SBKRI hanya wajib bagi mereka yang mengambil surat pernyataan Dwi Kewarganegaraan lalu menyatakan keinginan menjadi WNI. Jadi bagi WNI tunggal dan keturunannya (yang telah menyatakan menjadi WNI tunggal sebelum tahun 1962 dan yang keturunan mereka, serta semua orang Tionghoa yang lahir setelah tahun 1962) tidak diperlukan SBKRI.
1992 - Keputusan Menteri Kehakiman , menegaskan bahwa anak2 keturunan dari orang Tionghoa pemegang SBKRI cukup menyertakan SBKRI orang tua sebagai bukti mereka adalah WNI.
1996 - Penyertaan SBKRI tidak diberlakukan lagi atas Keputusan Presiden. Namun tidak banyak yang tahu karena kurangnya sosialisasi.
1999 - Keputusan Presiden tahun 1996 itu diperkuat sekali lagi dengan Instruksi Presiden tahun 1999.
Perkembangan terakhir
Pada tanggal 8 Juli 1996, Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Di pasal 4 butir 2 berbunyi, "Bagi warga negara Republik Indoensia yang telah memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), atau Kartu Keluarga (KK), atau Akte Kelahiran, pemenuhan kebutuhan persyaratan untuk kepentingan tertentu tersebut cukup menggunakan Kartu Tanda Penduduk, atau Kartu Keluarga (KK), atau Akte Kelahiran tersebut."
Sedangkan pasal 5 berbunyi, "Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, maka segala peraturan perundang-undangan yang untuk kepentingan tertentu mempersyaratkan SBKRI, dinyatakan tidak berlaku lagi."
Pada 1999, dikeluarkan Instruksi Presiden No 4/1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden No 56/1996 yang menginstruksikan tidak berlakunya SBKRI bagi etnis Tionghoa yang sudah menjadi WNI.
Namun sebenarnya, praktek persyaratan SBKRI masih tetap ada di birokrasi pemerintahan karena kurangnya sosialisasi pemberlakuan Keppres ini dan juga karena lemahnya sistem hukum Indonesia yang menyebabkan peraturan perundang-undangan dapat begitu saja diabaikan.
Sastra Melayu; Sejarah Awal
201).Istilah sastra Melayu rendah atau sastra Melayu Tionghoa digunakan untuk menyebutkan karya sastra dalam bahasa melayu yang ditulis oleh peranakan Tionghoa. Kosakatanya banyak dipengarui oleh bahasa dalam kehidupan sehari-hari atau bahasa pasar, khususnya unsur-unsur bahasa Tionghoa. Oleh karena itulah pada zamanya sering disebut bahasa gado-gado atau capcai. 202) istilah Melayu Tionghoa juga sering disebut sastra Melayu Tionghoa peranakan. Mereka adalah golongan peranakan yang sudah lahir di Indonesia yang ikut menghasilkan, mendukung, dan menikmati karya sastra Melayu. Mereka adalah masyarakat yang mengalami keterputusan budaya dan belum ada adaptasi budaya dan bahasa yang memadai.
Di samping itu sampai akhir abad 19, pemerintah kolonial melarang bangsa Tionghoa untuk sekolah di sekolah Belanda. Bahasa Melayu rendah dilawankan dengan bahasa Melayu Tinggi, yaitu bahasa melayu yang digunakan di Semenanjung Melayu, yang digunakan dalam karya sastra Balai Pustaka. Bahasa Melayu Tinggi dengan demikian(203) identik dengan bahasa sastra tinggi. Pemerintah kolonial memang antipati terhadap etnis Cina, dan dengan demian terhadap bahasa dan sastra Tionghoa, dengan alasan bahwa masyarakat Tionghoa menganut paham Marxis, berakiran kiri, agresif, lebih banyak menolak kebijakan pemerintah kolonial. Masyarakat Tionghoa juga ditempatkan pada daerah tertentu dan sastranya dianggap sebagai bacaan liar.
Perdebatan tentang Melayu Tionghoa belum banyak. Pada umumnya pembicaraan ini muncul dalam kaitanya dengan masalah angkatan. Seperti diketahui, angkatan dalam sastra Indonesia modern dimulai dengan Balai Pustaka, Pujangga Baru, dan seterusnya. Seolah ada keenganan para sarjana untuk menghindari karena;
1. Sastra Melayu Tionghoa adalah adalah karya-karya yang secara khusus diapresiasikan di kalangan masyarakat Tionghoa peranakan, jadi bukan merupakan bagian sastra Indonesia.
2. Tidak adanya data yang untuk dibicarakan.
(205) Sejak awal Alisjahbana(1957:58) telah menyatakan Bahwa bahasa Melayu Tionghoa adalah Varian bahasa Melayu yan sudah tersebar luas di kepulauan Nusantara dan telah mempengarui perkembangan Bahasa Indonesia. Kita ketahui bahasa Indonesia mendapatkan pengaruh Bahasa yang sangat banyak dan hal ini justru menguntungkan karena derajat bahasa Indonesia bertambah tingggi.
Seperti yang diketahui, khazanah sastra Indonesia memiliki ciri khas yang unik yang tidak mungkin dimiliki oleh bangsa lain. Dengan mengutip pendapat Ajib Rosidi ( 1964:5-6) Pengertian modern dalam sastra Indonesia adalah semangat politis, bukan semata-mata Zaman, era, periode, dan perkembangan historis lainya. Oleh karena itu sastra Indonesia modern pada dasarnya tidak mengenal istilah dan tidak bisa (206) dilawankan dengan sastra Indonesia lama sebab pengertian yang terakhir ini digantikan dengan sastra-sastra daerah, yaitu keseluruhan sastra yang ada di wilayah Nusantara. Termasuk sastra melayu itu sendiri. oleh karena itu hubungan pergertian modern meliputi tiga aspek;
1. Ditulis dengan huruf latin dan di sebarkan secara luas dengan teknologi modern
2. Mengunakan bahasa Indonseia atau pada masa kolonialisme melayu.
3. Mengunakan bentuk baru, karena pengaruh sastra Barat seperti: cerpen, novel, drama, dan puisi.
Sastra yang lahir sebelum abad ke-20 diangap sebagai sastra daerah. Sastra Melayu Tinggi dengan demikian mengalami keterputusan historis, terpecah menjadi dua kelompok baik secara liteler amaupun secara kultural. Sebaliknya, sastra Melayu Tionghoa sejak awal pertumbuhanya hinggga abad ke-20 tetap eksis. Bila dikaitkan dengan penulsnya sastra sebelum abad ke-20 dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Karya sastra yang ditulis oleh orang-orang non Tionghoa seperti penulis pribumi dan belanda. Pada umumnya penulis tesebut adalah wartawan. Seperti F.D.J. Pangemanan, H.F.R. Kommer, F. Winger, G. Francis dan Mas Marco Kartodikromo, R.M. Tirto Ardisoeryo.
2. Karya sastra yang ditulis oleh orang Tionghoa, diawali oleh Thio Tjien Boen (Oey se,1903), Gouw Peng Liang (LO Fen Koei,1903), dan Oei Soei (Njai Alimah, 1904). Sejak penerbitan ini terjadi perkembangan pesat dalam bidang sastra Melayu Rendah.
Sastra Melayu Tionghoa sangat kaya, hampir selama satu abad 1870-1960-an rentang waktu yang yang sama bahkan melebihi seluruh periode Balai Pustaka hingga tahun 2000-an. Jumalah buku yang dihasilkan sebanyak 2.757 judul buku. Yang terdiri dari anonim 248 judul, sehingga jumlah keseluruhan sekitar 3.005 judul. Dengan rincian 1398 novel dan cerpen alsi, 73 sandiwara, 183 syair, 233 terjemahan sastra Barat, 759 terjemahan karya sastra dari bahasa Cina.
208) kekayaan dan keberagaman sastra Melayu Tionghoa ini jauh melebihi Khazanah Balai Pustaka. Demikian juga kekayaan yang terkandng didalamnya. Sastra Balai Pustaka misalnya terbatas hanya menampilkan masalah kawin paksa. Sebaliknya sastra Melayu Tionghoa tema-temanya sangat beragam. Seperti politik, Kritik sosial, nasionalisme, dan yang paling penting antikolonial. Berbeda dengan sastra Balai Pustaka yang terbatas bicara seperti hanya berbicara dalam kerangka regional saja, yang sesuai politik orientalisme sedangkan sastra Melayu Tionghoa menampilkan hubungan antarbangsa. Dari hal in kita dapat melhat sebenarnya apakah peran Balai Pustaka dalam perkembangan sastra kita, kita selalu dibuat untuk menjauhi hal yang berhubungan dengan yang bersifat Tionghoa dan dituntut untuk selalu memarginalkan mereka.
(209) Meskipun sebagian besar masyarakat Indonesia mengangap Balai Pustaka sebagai suatu angkatan dalam periodesasi sastra yang diploklamasikan oleh H.B Jassin secara umum. Tetapi yang mendominasi pengarang pada Balai Pustaka adalah para pengarang Suematralah. Seperti pendapat Sykorsky, pakar sastra Indonesia dari institut Kesustraan Asia Timur, Moskow dalam ceramahnya di Pusat Pengkajian Kebudayaan UGM, Yogyakarta (Jumat, 8 Maret 1991). Menurutnya karya sastra tidak akan lahir melalui penerbitan(Balai Pustaka), dan dengan sendirinya tidak lahir melalui lembaga kolonialisme. Dalam litelatur sastra Rusia misalnya novel Siti Nurbaya tidak perna disebut justru yang muncul karya-karya Marco Kartodikromo dan Semaun.
211) Peranan bahasa Belanda
Bahasa Belanda masuk ke Indonesia pada akhir abad ke-16 bersamaan dengan kedatangan Belanda. Hal yang sama juga terjadi pada India dalam kasus bahasa Inggris pertama kali masuk juga saat Inggris datang. Dibandingkan dengan bahasa penjaja lain yang perna datang ke Indonesia perkembanganya sangatlah lambat bahkan hanya orang tertentu atau sebagian kecil orang Indonesia yang menguasai bahasa Belanda. Karena penyebaranya hanya di sekolah-sekolah yang bertujuan khusus untuk membuat tenaga adminitrasi yang murah. Sebelum perang Dunia II hanya 2% penduduk Pribumi (Hindia Belanda) yang dapat bahasa Belanda. Selain itu juga bahasa Belanda sebagai gengsi pemimpin dibandingkan fungsinya sebagai bahasa pergaulan. Sejarah perkembangan bahasa Belanda dibagi menjadi tiga periode: a) periode VOC (abad ke-17 hingga abadke-18), b) periode politik etis hingga abad ke-20, c) periode sekolah swasta(liar) 1920-1942.
Periode (217)politik etis berkaitan dengan kesadaran pemerintah kolonial, bangsa Belanda terhadap Hindia Belanda. Seperti yang diketahui politik etis atau yang disebut politik balas budi bertujuan untuk memajukan Bangsa Indonesia(Hindia Belanda). Baik di bidang pendidikan maupun kesejahteraan, politik yang dimaksud sering dikaitkan dengan tulisan Van Deventer yang berjudul ”Een Eereschuld” utang kehormatan yang dimuat dalam majalah DE GIDS (November, No.63,1899). Menuerutnya semenjak dilakukan sistem tanam paksa 1830 da sistem liberal tahun 1870 pemerintahan kolonial Belanda telah melakukan eksploitasi.
Dalam rangka memajukan bahasa Belanda, tahun 1901 Direktur Pendidikan Abendemon, kemudian penasihat Urusan Pribumi. Snouck Hurgronje membuka kursus-kursus bahasa Belanda untuk pribumi. Meskipun usaha dilakukan secara formal dan implisit tetapi hasilnya sangat lambat. Sebaliknya bahasa Melayu walaupun tersebar hanya secara implisit tetapi berkembang pesat. Lebih lagi disahkanya penulisan bahasa melayu dengan tulisan latin. Dengan ejaan yang disusun oleh Ch. Van Ophuijsen (1901). Bahkan tahun 1902 direktur pendidkan Abendomen mewajibkan semua sekolah mengunakan ejaan Van Ophuijsen. Suatu aturan yang memperkuat bahasa Melayu. Berdirinya Balai Pustaka tahun 1908 menyediakan bacaan yang murah dengan bahasa Jawa, Sunda, Madura, juga Melayu.
Balai Pustaka
Pembicaraan mengenai Balai Pustaka sangat banyak yang bisa dibahas. Pada dasarnya pembicaraan mengenai manfaat Balai Pustaka terbagi menjadi dua yaitu; Pertama: kelompok yang memberikan penilaian positif, peranya sebagai lembaga pendidikan, sesuai dengan amanat politik etis. Umumnya kelompok pertama adalah bagian dari orientalisme atau ilmuwan Barat seperti A. Teuw. Karena pendapat mereka lahir lebih dahul dan diangap dikemukakan oleh pakar yang memiliki wibawa terhadap keberadaan sastra Indonesia. Maka pendapat ini yang lebih banyak dimuat dibuku-buku dan digunakan mahasiswa, demikian juga masyarakat umumnya. Kedua: kelompok yang memberikan penilaian negatif, ini lahir dari pemikiran kritis karena justru sastra Indonesia harus dikaitkan dengan sastra daerah dan sastra Melayu dan Tionghoa.
Secara historis Balai Pustaka di tompang oleh dua surat keputusan yaitu: a) Undang-undang Agaran belanja tahun 1848, b) Politik Etis tahun 1901. Dalam SK yang pertama dalam kaitanya dengan pengembangan dunia pendidikan di tanah jajahan. Melalui gagasan yang diajukan oleh Van Deventer pemerintah kolonial mengeluarkan dana sebanyak 25.000,00 gulden setiap tahun. Empat tahun kemudian ditingkatkan 250.000,00 gulden. Dalam SK yang kedua dengan didahului pidato Ratu Wilhemia, sebagai salah satu bagian dari trilogi politik etis, yaitu: irigasi, edukasi, dan emigrasi. Belanda mengeluarkan dana sebesar empat puluh juta gulden.(224) surat keputusan yang kedua memnadang pribumi sebagai objek yang gampang diatur.
Dengan memahami pengalaman Inggris di tanah kolonialisme di India maka Belanda membuat batasan bacaan rahyat yang bisa membuat kesadaran Nasional bangkit.(225) Sesuai dengan tugas lembaga yaitu untuk mengotrol bacaan yang masuk maka tahun 1908 didirikan Komisi Bacaan Rakyat dan Pendidikan Pribumi ( Commissse Voor de Inlandsche School en Volkslectuur) yang diketuai oleh Hazeu, dengan enam angotanya. Komisi berkerja secara efektif dua tahun kemudian setelah diketuai oleh Rinkers. Dan tahun 1917 menjadi Balai Pustaka, tugas pokonya adalah mensensor naskah-naskah yang akan diterbitkan. Baik bahasa maupun isinya, khususnya bacaan swasta atau bacaan liar. Di samping bacaan dalam bahasa Belanda dan Melayu juga menerbitkan bahasa Daerah. (226) Secara organisasi Balai Pustaka dibagi menjadi empat bidang yaitu; redaksi, adminitrasi, perpustakaan, dan pers. Redaksi menyeleksi bacaan dan melakukan penyuntingan bahasa dan isi. Pelaksanaan penyuntingan sangat ketat sehingga bahasa Balai Pustaka seolah-olah seragam. Bagian adminitrasi mengawasi masalah percetakan, penerbitan, dan penjualan. Bagian Pers bertugas membuat laporan yang dengan sendirinya sudah disensor. Penyaluran mula-mula dilakukan oleh pemerintah kemudia untuk kepraktisan dilakukan oleh kepala sekolah.
Buku-buku dibedakan menjadi seri A. Untuk anak-anak, seri B. Untuk mereka yang dewasa, seri C. Untuk mereka yang memiliki pengetahuan yang lebih lanjut, sebagai kelompok intelektual. Disamping meminjamkan Balai Pustaka juga menerbitan buku murah sebab tujuan utamanya bukan keuntungan tetapi bersifat politis. Yaitu untuk membatasi bacaan liar, ini merupakan fungsi badan kolonial. Selain menerbitkan buku sastra juga menerbitkan buku populer seperti; tata susila, pertanian, pertenakan, kesehatan, sejarah, adat istiadat, dan sebagainya. Disamping itu Balai Pustaka juga menerbitkan majalah antara lain; Sri Pustaka yang kemudian digantikan Panji Pustaka (berbahasa Melayu), kejawen( berbahasa Jawa), Parahiangan (sunda). Sastra Barat tidak hanya diterjemahkan dalam bahasa Melayu tetapi juga daerah, seperti; Sans Famile (Hector Marlot) menjadi sebatang kara(Melayu), Pinokio menjadi(pinokio’Melayu).
Sebagai hasil nyata bidang sastra, tahun 1914 berhasil menerbitkan novel pertama dalam bahasa Sunda Baruang Ka Nu (Racun bagi para Muda) Adiwinata. 1918 terbit si Jamin dan si Johan(Merari Siregar) kemudian disusul Siti Nurbaya.
Nyai Dasima (G.Francis, 1896)
A). Sinopsis Yai Dasima berasal dari kampung Kuripan Nyai seorang Inggris Edward W. dari hubungan mereka lahir seorang anak Nanci. Samiun ingin menguasai harta Dasima dan ingin menjadikanya istri kedua. Pada akhir cerita dasima dibunuh Samiun. Alasan yang pertama untuk merayu Dasima adalah agar ia beragama Islam kembali. Untuk memisahkan Dasima dari Edward W, ia menyewa Haji Salihun. Untuk membunuh Dasima ia menyewa Si Poasa.
Analisis.
Nyai Dasima ditulis oleh G. Fracis salah seorang keluarga Francis(Inggris). Yang banyak berperan dalam pemerintahan kolonial belanda. Cerita nya dikisahkan pada tahun 1813. seperti karya konvensional lainya tidak ada perbedaan antara karya sastra dengan kehidupan sehari-hari. Hubungan antara Edward dan Dasima seperti penjajah dan tanah jajahan. Hal ini doketahui oleh perbedaan harga diri yang sanagat besar antara bangsa Eropa dengan pribumi antaranya seolah-olah haram untuk menikah resmi.
Di samping itu sampai akhir abad 19, pemerintah kolonial melarang bangsa Tionghoa untuk sekolah di sekolah Belanda. Bahasa Melayu rendah dilawankan dengan bahasa Melayu Tinggi, yaitu bahasa melayu yang digunakan di Semenanjung Melayu, yang digunakan dalam karya sastra Balai Pustaka. Bahasa Melayu Tinggi dengan demikian(203) identik dengan bahasa sastra tinggi. Pemerintah kolonial memang antipati terhadap etnis Cina, dan dengan demian terhadap bahasa dan sastra Tionghoa, dengan alasan bahwa masyarakat Tionghoa menganut paham Marxis, berakiran kiri, agresif, lebih banyak menolak kebijakan pemerintah kolonial. Masyarakat Tionghoa juga ditempatkan pada daerah tertentu dan sastranya dianggap sebagai bacaan liar.
Perdebatan tentang Melayu Tionghoa belum banyak. Pada umumnya pembicaraan ini muncul dalam kaitanya dengan masalah angkatan. Seperti diketahui, angkatan dalam sastra Indonesia modern dimulai dengan Balai Pustaka, Pujangga Baru, dan seterusnya. Seolah ada keenganan para sarjana untuk menghindari karena;
1. Sastra Melayu Tionghoa adalah adalah karya-karya yang secara khusus diapresiasikan di kalangan masyarakat Tionghoa peranakan, jadi bukan merupakan bagian sastra Indonesia.
2. Tidak adanya data yang untuk dibicarakan.
(205) Sejak awal Alisjahbana(1957:58) telah menyatakan Bahwa bahasa Melayu Tionghoa adalah Varian bahasa Melayu yan sudah tersebar luas di kepulauan Nusantara dan telah mempengarui perkembangan Bahasa Indonesia. Kita ketahui bahasa Indonesia mendapatkan pengaruh Bahasa yang sangat banyak dan hal ini justru menguntungkan karena derajat bahasa Indonesia bertambah tingggi.
Seperti yang diketahui, khazanah sastra Indonesia memiliki ciri khas yang unik yang tidak mungkin dimiliki oleh bangsa lain. Dengan mengutip pendapat Ajib Rosidi ( 1964:5-6) Pengertian modern dalam sastra Indonesia adalah semangat politis, bukan semata-mata Zaman, era, periode, dan perkembangan historis lainya. Oleh karena itu sastra Indonesia modern pada dasarnya tidak mengenal istilah dan tidak bisa (206) dilawankan dengan sastra Indonesia lama sebab pengertian yang terakhir ini digantikan dengan sastra-sastra daerah, yaitu keseluruhan sastra yang ada di wilayah Nusantara. Termasuk sastra melayu itu sendiri. oleh karena itu hubungan pergertian modern meliputi tiga aspek;
1. Ditulis dengan huruf latin dan di sebarkan secara luas dengan teknologi modern
2. Mengunakan bahasa Indonseia atau pada masa kolonialisme melayu.
3. Mengunakan bentuk baru, karena pengaruh sastra Barat seperti: cerpen, novel, drama, dan puisi.
Sastra yang lahir sebelum abad ke-20 diangap sebagai sastra daerah. Sastra Melayu Tinggi dengan demikian mengalami keterputusan historis, terpecah menjadi dua kelompok baik secara liteler amaupun secara kultural. Sebaliknya, sastra Melayu Tionghoa sejak awal pertumbuhanya hinggga abad ke-20 tetap eksis. Bila dikaitkan dengan penulsnya sastra sebelum abad ke-20 dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Karya sastra yang ditulis oleh orang-orang non Tionghoa seperti penulis pribumi dan belanda. Pada umumnya penulis tesebut adalah wartawan. Seperti F.D.J. Pangemanan, H.F.R. Kommer, F. Winger, G. Francis dan Mas Marco Kartodikromo, R.M. Tirto Ardisoeryo.
2. Karya sastra yang ditulis oleh orang Tionghoa, diawali oleh Thio Tjien Boen (Oey se,1903), Gouw Peng Liang (LO Fen Koei,1903), dan Oei Soei (Njai Alimah, 1904). Sejak penerbitan ini terjadi perkembangan pesat dalam bidang sastra Melayu Rendah.
Sastra Melayu Tionghoa sangat kaya, hampir selama satu abad 1870-1960-an rentang waktu yang yang sama bahkan melebihi seluruh periode Balai Pustaka hingga tahun 2000-an. Jumalah buku yang dihasilkan sebanyak 2.757 judul buku. Yang terdiri dari anonim 248 judul, sehingga jumlah keseluruhan sekitar 3.005 judul. Dengan rincian 1398 novel dan cerpen alsi, 73 sandiwara, 183 syair, 233 terjemahan sastra Barat, 759 terjemahan karya sastra dari bahasa Cina.
208) kekayaan dan keberagaman sastra Melayu Tionghoa ini jauh melebihi Khazanah Balai Pustaka. Demikian juga kekayaan yang terkandng didalamnya. Sastra Balai Pustaka misalnya terbatas hanya menampilkan masalah kawin paksa. Sebaliknya sastra Melayu Tionghoa tema-temanya sangat beragam. Seperti politik, Kritik sosial, nasionalisme, dan yang paling penting antikolonial. Berbeda dengan sastra Balai Pustaka yang terbatas bicara seperti hanya berbicara dalam kerangka regional saja, yang sesuai politik orientalisme sedangkan sastra Melayu Tionghoa menampilkan hubungan antarbangsa. Dari hal in kita dapat melhat sebenarnya apakah peran Balai Pustaka dalam perkembangan sastra kita, kita selalu dibuat untuk menjauhi hal yang berhubungan dengan yang bersifat Tionghoa dan dituntut untuk selalu memarginalkan mereka.
(209) Meskipun sebagian besar masyarakat Indonesia mengangap Balai Pustaka sebagai suatu angkatan dalam periodesasi sastra yang diploklamasikan oleh H.B Jassin secara umum. Tetapi yang mendominasi pengarang pada Balai Pustaka adalah para pengarang Suematralah. Seperti pendapat Sykorsky, pakar sastra Indonesia dari institut Kesustraan Asia Timur, Moskow dalam ceramahnya di Pusat Pengkajian Kebudayaan UGM, Yogyakarta (Jumat, 8 Maret 1991). Menurutnya karya sastra tidak akan lahir melalui penerbitan(Balai Pustaka), dan dengan sendirinya tidak lahir melalui lembaga kolonialisme. Dalam litelatur sastra Rusia misalnya novel Siti Nurbaya tidak perna disebut justru yang muncul karya-karya Marco Kartodikromo dan Semaun.
211) Peranan bahasa Belanda
Bahasa Belanda masuk ke Indonesia pada akhir abad ke-16 bersamaan dengan kedatangan Belanda. Hal yang sama juga terjadi pada India dalam kasus bahasa Inggris pertama kali masuk juga saat Inggris datang. Dibandingkan dengan bahasa penjaja lain yang perna datang ke Indonesia perkembanganya sangatlah lambat bahkan hanya orang tertentu atau sebagian kecil orang Indonesia yang menguasai bahasa Belanda. Karena penyebaranya hanya di sekolah-sekolah yang bertujuan khusus untuk membuat tenaga adminitrasi yang murah. Sebelum perang Dunia II hanya 2% penduduk Pribumi (Hindia Belanda) yang dapat bahasa Belanda. Selain itu juga bahasa Belanda sebagai gengsi pemimpin dibandingkan fungsinya sebagai bahasa pergaulan. Sejarah perkembangan bahasa Belanda dibagi menjadi tiga periode: a) periode VOC (abad ke-17 hingga abadke-18), b) periode politik etis hingga abad ke-20, c) periode sekolah swasta(liar) 1920-1942.
Periode (217)politik etis berkaitan dengan kesadaran pemerintah kolonial, bangsa Belanda terhadap Hindia Belanda. Seperti yang diketahui politik etis atau yang disebut politik balas budi bertujuan untuk memajukan Bangsa Indonesia(Hindia Belanda). Baik di bidang pendidikan maupun kesejahteraan, politik yang dimaksud sering dikaitkan dengan tulisan Van Deventer yang berjudul ”Een Eereschuld” utang kehormatan yang dimuat dalam majalah DE GIDS (November, No.63,1899). Menuerutnya semenjak dilakukan sistem tanam paksa 1830 da sistem liberal tahun 1870 pemerintahan kolonial Belanda telah melakukan eksploitasi.
Dalam rangka memajukan bahasa Belanda, tahun 1901 Direktur Pendidikan Abendemon, kemudian penasihat Urusan Pribumi. Snouck Hurgronje membuka kursus-kursus bahasa Belanda untuk pribumi. Meskipun usaha dilakukan secara formal dan implisit tetapi hasilnya sangat lambat. Sebaliknya bahasa Melayu walaupun tersebar hanya secara implisit tetapi berkembang pesat. Lebih lagi disahkanya penulisan bahasa melayu dengan tulisan latin. Dengan ejaan yang disusun oleh Ch. Van Ophuijsen (1901). Bahkan tahun 1902 direktur pendidkan Abendomen mewajibkan semua sekolah mengunakan ejaan Van Ophuijsen. Suatu aturan yang memperkuat bahasa Melayu. Berdirinya Balai Pustaka tahun 1908 menyediakan bacaan yang murah dengan bahasa Jawa, Sunda, Madura, juga Melayu.
Balai Pustaka
Pembicaraan mengenai Balai Pustaka sangat banyak yang bisa dibahas. Pada dasarnya pembicaraan mengenai manfaat Balai Pustaka terbagi menjadi dua yaitu; Pertama: kelompok yang memberikan penilaian positif, peranya sebagai lembaga pendidikan, sesuai dengan amanat politik etis. Umumnya kelompok pertama adalah bagian dari orientalisme atau ilmuwan Barat seperti A. Teuw. Karena pendapat mereka lahir lebih dahul dan diangap dikemukakan oleh pakar yang memiliki wibawa terhadap keberadaan sastra Indonesia. Maka pendapat ini yang lebih banyak dimuat dibuku-buku dan digunakan mahasiswa, demikian juga masyarakat umumnya. Kedua: kelompok yang memberikan penilaian negatif, ini lahir dari pemikiran kritis karena justru sastra Indonesia harus dikaitkan dengan sastra daerah dan sastra Melayu dan Tionghoa.
Secara historis Balai Pustaka di tompang oleh dua surat keputusan yaitu: a) Undang-undang Agaran belanja tahun 1848, b) Politik Etis tahun 1901. Dalam SK yang pertama dalam kaitanya dengan pengembangan dunia pendidikan di tanah jajahan. Melalui gagasan yang diajukan oleh Van Deventer pemerintah kolonial mengeluarkan dana sebanyak 25.000,00 gulden setiap tahun. Empat tahun kemudian ditingkatkan 250.000,00 gulden. Dalam SK yang kedua dengan didahului pidato Ratu Wilhemia, sebagai salah satu bagian dari trilogi politik etis, yaitu: irigasi, edukasi, dan emigrasi. Belanda mengeluarkan dana sebesar empat puluh juta gulden.(224) surat keputusan yang kedua memnadang pribumi sebagai objek yang gampang diatur.
Dengan memahami pengalaman Inggris di tanah kolonialisme di India maka Belanda membuat batasan bacaan rahyat yang bisa membuat kesadaran Nasional bangkit.(225) Sesuai dengan tugas lembaga yaitu untuk mengotrol bacaan yang masuk maka tahun 1908 didirikan Komisi Bacaan Rakyat dan Pendidikan Pribumi ( Commissse Voor de Inlandsche School en Volkslectuur) yang diketuai oleh Hazeu, dengan enam angotanya. Komisi berkerja secara efektif dua tahun kemudian setelah diketuai oleh Rinkers. Dan tahun 1917 menjadi Balai Pustaka, tugas pokonya adalah mensensor naskah-naskah yang akan diterbitkan. Baik bahasa maupun isinya, khususnya bacaan swasta atau bacaan liar. Di samping bacaan dalam bahasa Belanda dan Melayu juga menerbitkan bahasa Daerah. (226) Secara organisasi Balai Pustaka dibagi menjadi empat bidang yaitu; redaksi, adminitrasi, perpustakaan, dan pers. Redaksi menyeleksi bacaan dan melakukan penyuntingan bahasa dan isi. Pelaksanaan penyuntingan sangat ketat sehingga bahasa Balai Pustaka seolah-olah seragam. Bagian adminitrasi mengawasi masalah percetakan, penerbitan, dan penjualan. Bagian Pers bertugas membuat laporan yang dengan sendirinya sudah disensor. Penyaluran mula-mula dilakukan oleh pemerintah kemudia untuk kepraktisan dilakukan oleh kepala sekolah.
Buku-buku dibedakan menjadi seri A. Untuk anak-anak, seri B. Untuk mereka yang dewasa, seri C. Untuk mereka yang memiliki pengetahuan yang lebih lanjut, sebagai kelompok intelektual. Disamping meminjamkan Balai Pustaka juga menerbitan buku murah sebab tujuan utamanya bukan keuntungan tetapi bersifat politis. Yaitu untuk membatasi bacaan liar, ini merupakan fungsi badan kolonial. Selain menerbitkan buku sastra juga menerbitkan buku populer seperti; tata susila, pertanian, pertenakan, kesehatan, sejarah, adat istiadat, dan sebagainya. Disamping itu Balai Pustaka juga menerbitkan majalah antara lain; Sri Pustaka yang kemudian digantikan Panji Pustaka (berbahasa Melayu), kejawen( berbahasa Jawa), Parahiangan (sunda). Sastra Barat tidak hanya diterjemahkan dalam bahasa Melayu tetapi juga daerah, seperti; Sans Famile (Hector Marlot) menjadi sebatang kara(Melayu), Pinokio menjadi(pinokio’Melayu).
Sebagai hasil nyata bidang sastra, tahun 1914 berhasil menerbitkan novel pertama dalam bahasa Sunda Baruang Ka Nu (Racun bagi para Muda) Adiwinata. 1918 terbit si Jamin dan si Johan(Merari Siregar) kemudian disusul Siti Nurbaya.
Nyai Dasima (G.Francis, 1896)
A). Sinopsis Yai Dasima berasal dari kampung Kuripan Nyai seorang Inggris Edward W. dari hubungan mereka lahir seorang anak Nanci. Samiun ingin menguasai harta Dasima dan ingin menjadikanya istri kedua. Pada akhir cerita dasima dibunuh Samiun. Alasan yang pertama untuk merayu Dasima adalah agar ia beragama Islam kembali. Untuk memisahkan Dasima dari Edward W, ia menyewa Haji Salihun. Untuk membunuh Dasima ia menyewa Si Poasa.
Analisis.
Nyai Dasima ditulis oleh G. Fracis salah seorang keluarga Francis(Inggris). Yang banyak berperan dalam pemerintahan kolonial belanda. Cerita nya dikisahkan pada tahun 1813. seperti karya konvensional lainya tidak ada perbedaan antara karya sastra dengan kehidupan sehari-hari. Hubungan antara Edward dan Dasima seperti penjajah dan tanah jajahan. Hal ini doketahui oleh perbedaan harga diri yang sanagat besar antara bangsa Eropa dengan pribumi antaranya seolah-olah haram untuk menikah resmi.
Langganan:
Postingan (Atom)