Sastra populer dan sastra serius dua genre yang selalu saja dipertentangkan oleh kalayak umum. Apakah sastra jika dilihat dari gaya penulianya atau ceritanya langsung disebut dengan sesuatu karya sastra populer atau serius. Kembali bentuk asal dari karya sastra sendiri harus memberikan manfaat bagi pembacanya dan juga menghibur orang lain. Saya kira semua penulis bukan penulis tentang cerita perkelaminan yang umumnya kita temukan di pedangang kaki lima adalah baru kita katakan bukan merupakan karya sastra karena karya itu dibuat dengan memenuhi permintaan pasarnya yang menginginkan materi tersebut. Karena karya tersebut dapat menghibur tapi tidak memberikan manfaat bagi pembacanya karena sifatnya yang kita dapatkan setelah membaca karya tersebut hanyalah nafsu yang terpenuhi. Bukan penegtahuan yang kita dapatkan.
A.Wujud
Unsur-unsur pembangun wujud :
1.Bentuk
Sesuai dengan fungsinya, bentuk karya sastra dapat berupa tulisan, lisan, atau bentuk nyata, sastra lisan dapat berupa puisi akan lebih hidup jika dibacakan. Apabila berupa tulisan nilai puisi tersebut terletak pada keindahan pemilihan kata penulis, tapi apabila karya tersebut dibacakan yang kita tangkap adalah audio dan visual yang terbentuk. Oleh puisi tersebut mampu dikeluarkan oleh pembaca puisi atau tidak. Dalam hal ini, ekspresi,gaya bahasa, rima, atau gerak olah tubuh atau ekspesi.
Karya sastra tulis yaitu novel dan cerpen, disini yang sering diperdebatkan oleh para kritikus sastra. Mana karya sastra yang populer (cerpen atau novel) dan yang serius. Apakah dengan mengunakan slogan bahwa seni juga merupakan untuk seni. Atau yang lebih tepat seni sastra adalah untuk masyarakat yang menikmatinya. Bukan hanya untuk kritikus sastra yang membedah suatu novel atau cerpen dengan berbagai teori.
2.Struktur
Unity (keutuhan)
Apabila rajutan benang dan ukiran yang terdapat pada pada pilihan kaya yang ingin diungkapakan oleh penulis melaui tulisanya merupakan unsur-unsur yang dapat kita bagi dalam suatu teori tertentu untuk memahami apa yang sebenarnya ingin diungkapakan oleh penulis. memang benar sauatu karya apabila telah diterbitkan oleh media massa merupakan atau telah menjadi karya masyarakat bukan miliknya lagi. Karena karya tersebut telah dibeli haknya pada penulis untuk diterbitkan atau diplubikasikan. Maka karya tersebut dapat saya katakan bahwa karya tersebut telah mati. Tidak dapat diubah lagi oleh penulis. Suatu karya sastra secara untuh mengandung emosi penulis yang ia jadikan bentuk kata-kata. Emosi tersebut maerupakan unsur yang terdapat pada karya sastra yang saling melengkapi. Seperti pada novel dapat kita ketahui emosi penulis secara jelas dari perasan marah, suka, benci, hingga dendam atau perasaan lainya.
Balance (keseimbangan)
Keseimbangan pada Karya sastra ini dapat dilihat antara nilai cerita dan panjang atau pendek suatu Karya sastra tersebut dapat mengangkat ide pokok yang ingin disampaikan oleh penulis, karena kesesuaian antara panjang dan berat isi Karya sastra ini sudah memenuhi standar bagi pembacanya sehingga pemakai merasa mendapatkan sesuatu yang layak atau mereka sukai untuk dibaca. Hal ini dapat kita lihat pandangan umum orang tentang suatu karya baik atau tidak yang lebih baik adalah suatu karya yang panjang tapi hal ini seharusnya tidak berlaku pada cerpen atau puisi karena ukuran ini akan sangat tidak relevan digunakan untuk menilai suatu karya sastra. Apabila suatu karya sastra sangup mengangkat ide cerita tidak perlu untuk dipanjangkan atau ditambahi lagi. Karena dapat mengurangi nilai karya tersebut.
Dominance (penonjolan)
Karya sastra identik dengan penonjolan segi negative dalam pemakaian, misalnya Karya sastra dikenal dengan alat mempenagaruhi pembacanya. Alur cerita serta konflik yang terdapat dalam cerpen atau novel akan membawa pembacanya merasakan apa yang sebenarnya yang dialami oleh tokoh dalam cerita. Namun tidak semua karya sastra memiliki kesan seperti itu. Sebab pada karya sastra yang menjadi objek kadang disini “dominance”nya pada segi keindahannya bukan dari segi fungsinya. Keindahan karya sastra ini terletak nilai cerita yang dilapisi rangkaian kata penulis.
Hal ini yang seing digunakan oleh para kritikus untuk menilai bahwa karya sastra seperti larung merupakan karya sastra yang mengedepankan seks belaka, karena kita tahu bahwa Ayu Utami adalah seorang feminis. Tetapi apakah ada larangan bahwa dalah karya sastra ada unsur seks. Bukankah kita sendiri pada umumnya setelah dewasa mengalami peristiwa tersebut bahkan banyak mungkin melebihi apa yang dialami tokoh Larung.
Perbedaan status sosial perempuan dengan laki-laki diangkat dalam karya sastra. Perlawanan perempuan terhadap laki-laki tersebut merupakan perlawanan kaum perempuan yang menginginkan kedudukan setara antara perempuan dan laki-laki dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Hal itu disebabkan bahwa sampai saat ini pemikiran mengenai perempuan sebagai inferior dan laki-laki sebagai makhluk superior masih mendominasi pemikiran masyarakat.
Seringnya laki-laki menjadi subyek yang melakukan sedangkan wanita hanyalah sesuatu yang pasif yang hanya dapat menerima saja sehingga menjadi korban. Dapat dipatahkan oleh seorang tokoh yang ingin diperkosa oleh saman karena ia telah menikah sedangkan ia sebenarnya lebih mencintai saman dibandingkan suaminya. Tetapi yang lebih diperhatikan oleh pembaca adalah cerita seks tokoh dalam novel karya Ayu utami.
Teapi memang masyarakat kita masih belum siap diberikan novel yang seperti in yang kisah akhirnya adalah semuanya tokohnya cenderung seks bebas. Dan tokoh laila yang menjaga kesucinaya pada akhirnya menjadi lesbian karena kecewa dengan pria yang dicintainya.
B.Substance / isi
Karya sastra adalah cermin kehidupan sosial. Ia merupakan kristalisasi nilai dan pengalaman hidup. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan adalah kenyataan budaya. Kehidupan mencakup hubungan antar manusia, hubungan antar masyarakat, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin manusia (Damono, 1984 : 1).
Paparan tersebut menunjukkan bahwa karya sastra tidak berangkat dari ketiadaan budaya. Kode budaya dalam sastra memberi pengertian bahwa karya sastra merupakan wujud hasil budaya yang di dalamnya jelas terepresentasikan nilai-nilai budaya masyarakat.
Keindahan cerpen atau novel adalah pengabaran secara nyata konflik yang terjadi berbeda dengan puisi yang keindahan sendiri terletak pada pemadatan kata. Penuls senang sekali bila tulisanya dimuat oleh Kompas, tetapi akhir-akhir ini ada penurunan kwaliatas pada cerpen yang dimuat oleh kompas. Karena umumnya takut untuk mengarap penampakan secara nyata tokoh antagonis.
C.Presentation (penampilan)
Dimanakah kita mengetahui penampilan sebuah karya sastra, hal tersebut dapat kita ketahui dari gaya bahasa yang digunakan oleh penulis. Tiap penulis memiliki gaya bahasa tersendiri. Dari gaya bahasa tersebut dapat kita ketahui bagaimana penampilan karya sastra apakah karya sastra itu adalah penulis klasik yang mengunakan bahasa Indonesia yang baik. Atau seorang penulis muda yang mengunakan bahasa sehari-harinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar