Sabtu, 21 Juni 2008 | 18:25 WIB
KEBUMEN, SABTU - Maftuh Fauzi (27), mahasiswa Universitas Nasional korban pemukulan aparat kepolisian saat terjadi aksi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak di Kampus Unnas pada 24 Mei silam dan akhirnya meninggal, dimakamkan di kampung halaman ibunya di Desa Adikarto, Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen, Sabtu (21/6), sekitar pukul 11.00.
Namun sebelum dimakamkan, korban diotopsi oleh tim dokter forensik Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto dan Universitas Diponegoro Semarang, dengan menempati kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Kebumen, sekitar pukul 06.30.
Permintaan otopsi itu diajukan oleh Kepolisian Resor Kebumen dan disetujui oleh orang tua korban, Muhamad Sahdi (55) dan Mumfatimah (54). Proses otopsi berlangsung selama tiga jam, dan berakhir pada pu kul 09.30.
Usai melakukan otopsi, ketua tim dokter forensik Fakultas Kedokteran Unsoed, M Zaenuri Samsul Hidayat dengan didampingi Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Tengah Komisaris Besar Syahroni dan Kepala Polres Kebumen Ajun Komisaris Besar Triwarno Atmojo , memberikan keterangan pers kepada wartawan di RSUD Kebum en.
Zaenuri mengatakan, pada bagian belakang kepala korban memang ditemukan memar akibat pukulan benda tumpul, tapi memar itu telah sembuh. Setelah rongga kepala korban dibuka, tak ditemukan pendarahan maupun kerusakan pada rongga kepala.
Selain membuka rongga kepala, Zaenuri mengatakan, timnya juga memeriksa bekas luka pada dada kiri korban yang dijahit. Setelah dibuka, timnya menemukan tanda-tanda infeksi akut pada kedua bagian paru-parunya.
"Pada rongga bagian dalam, lanjutnya, juga dapat dilihat dengan mata telanjang terdapat pembesaran hati dan limpa yang akut dan sudah menahun. Pembesaran organ ini tampak dengan mata telanjang," ujarnya.
Namun, Zaenuri mengatakan, pihaknya masih belum bisa menetapkan penyebab kematian korban. Karena itu pula, pihaknya mengambil sambel dari sejumlah organ dalam korban, yaitu otak, hati, dan darah. "Sampel ini akan diperiksa di laboratorium FK Undip, dan hasilnya baru bisa diketahui seminggu mendatang, " katanya.
Saat dimintai keterangan, orang tua korban mengaku ikhlas menerima kematian anak pertama mereka. Namun mereka enggan memberikan keterangan penyebab kematian anaknya itu, karena merasa tak paham ilmu medis. "Tapi kami ikhlas menerima nasib yang menimpa anak kami, " ucap Muhammad Sahdi.
Anggota Komisi III DPR RI Ganjar Pranowo yang ikut hadir dalam pemakaman korban, mengatakan, meskipun tim dokter tetap berusaha mengalihkan isu korban terjangkit HIV, tapi kenyataannya korban tewas setelah mengalami cidera kepala akibat terkena pu kul polisi pada insiden Unnas.
"Polisi harus tetap bertanggung jawab atas insiden ini. Aksi kekerasan yang dilakukan polisi seperti ini pun sudah sering kali terjadi. Sekarang malah membawa korban dan hal ini menyedihkan," ujarnya.
Madina Nusrat
Sumber : KOMPAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar