Minggu, 01 Juni 2008

Kenaikan Harga BBM


Apabila harga BBM naik maka rakyat kecil yang beruntung kata yang sering di ucapkan oleh Yusuf Kalla. Siapakah yang diuntungkan dengan kenaikan harga BBM pastilah bukan rakyat kecil yang selalu saja merasakan setiap kebijakan ekonomi pemerintah dan juga yang sering dikatakan oleh Yusuf Kalla orang kaya yang memakan BBM bersubsidi, tetapi yang paling merasakan dampaknya adalah masyarakat miskin kita yang pendapatanya di bawah satu juta rupiah yang paling merasakan dampak dari kenaikan harga karena harga sembilan bahan pokok sesuai dengan persentase kenaikan harga BBM paling tidak juga akan naik samapi tiga puluh persen. Hal ini akan menimbulkan efek bola salju yang menimpa masyarakat.
Karena semua kebutuhan akan naik akan menyebabkan terjadinya inflasi, karena apabila harga BBM naik akan membuat naik ongkos produksi dan ongkos trasportasi. Karena pembuatan suatu produk membutuhkan dua hal di atas yaitu produksi dan trasprotasi dalam membuat suatu produk dan memasarkanya sampai kepada konsumen. Karena semua kebuhan naik maka akan menyebabkan naiknya upah minimum, maka tidak lama lagi kita mungkin tidak akan bisa membeli sesuatu dengan satu pecahan uang seratus rupiah.
Yang di untungkan sebenarnya memang APBN kita yang akan di ringankan beban subsidi BBMnya sampai 27 Triliun Rupiah, memang apabila akan tetap menjadi biaya APBN rahyat kita juga yang akan dirugikan karena akan menjadi utang negara. Yang sampai sekarang utang negara kita belum lunas.
Tapi bagaimana penyaluranya
Banyak masyarakat kita yang menentang kenaikan harga BBM meskipun akan di berikan progarm batuan langsung tunai karena dengan mengunakan data jumlah penerima BLT tahun 2006 data ini diragukan. Karena data tersebut dibuat dua tahun lalu terdapat banyak masalah karena data tidak akurat, banyak kesalahan penerima bantuan tunai langsung. Sehingga banyak data yang berubah dan jumlah orang miskin kita pasti bertambah. Makanya banyak pemerintah daerah yang menolak program BLT karena sosialisasi pemerintah tentang kenaikan harga bahan bakar minya hanya satu bulan ini.
Sebenarnya program pemeberian uang Rp100.000 setiap bulan kepada keluarga miskin bukanlah solusi untuk jangka panjang karena pemberian uang ini hanya merupakan solusi paraktis dan sementara, karena bisa juga ini merupakan hasil kebijakan politis karena tahun 2009 akan di adakan pemilihan umum Presiden dan wakil. Seperti kita ketahui bahwa pasangan SBY dan Jusuf Kalla akan maju lagi. Maka kebujakan yang di lakukan harus menaikan kreditbelitas mereka.
Seperti berita yang di muat di koran beberapa waktu lalu tentang kunjungan Jusuf Kalla kepetani petani yang mengeluh tentang kesulitanya langsung di berikan uang oleh jusuf kalla. Yang di butuhkan oleh masyarakat kita sebenarnya adalah solusi jangka panjang. Seperti hanya apabila kita melihat Fonemena masyarakat kita yang berbodong-bongdong membeli BBM karena besok akan naik, mereka rela mengatri samapai berjam-jam untuk membeli premium. Bahkan ada juga rela bolak-balik ke SPBU untuk membeli premium penuh karena di rumah mereka sudah di taruh di jiregen. padahal itu merupakan solusi sementara. Karena BBM yang mereka beli akan habis dalam waktu mungkin tidak lebih dari satu minggu. Yang lebih baik mereka lakukan adalah melakuakan penghematan karena harga kebutuhan pokok yang naik bukan hanya harga BBM tetapi semua kebutuhan pokok kita, hal ini dapat kita lihat sebelum harga BBM naik aja banya kebutuhan yang juga naik.
Kita membutuhkan penyaluran tenaga kerja kita, karena banyaknya usaha yang ada sekarang ini tidak mencukupi rasio tenaga kerja kita, kita bisa memperkerjakan satu orang dengan harapan satu orang tersebut menangung beban empat anggota keluarganya. Tetapi kita tidak boleh juga mengunakan program padat karya seperti yang di guanakan pemerintah kita saat awal kirisis tahun 1997. karena program padat karya tersebut merupakan program asal-asalan saja.
Banyak program padat karya yang di selewengkan atau tidak menghasikan suatu yang bermanfat bagi masyarakat umum, seperti kegiatan membersikan selokan atau kali banyaknya orang tidak sesuai dengan rasio kebutuhan.
Sebenarnya yang sedang terancam di Indonesia jauh sebelum ada kenaikan BBM adalah masalah listrik kita. Kita tidak mungkin mengharapkan apabila adanya acaman pemadaman bergilir yang sewaktu-waktu mengancam kita. Kebutuhan listrik kita tiap tahun terus bertambah sedangkan pembangkit listrik kita jumlahnya tidak bertambah. Kita bisa alokasikan dana subsidi BBM dengan mengangarkan proyek pembangkit listrik. Memang kebijakan ini tidak politis karena kebehasilan pelaksananya baru dirasakan mungkin empat atau enam tahun lagi dan pada masa itu memang SBY dan JK sudah tidak lagi memduduki jabatanya sekarang.
Dengan program ini paling tidak dapat mengangkat sebagian masyarakat kita dari kemiskinan karena proses pembagunanya membutuhkan paling tidak tiga tahun yang membutuhkan buruh bangunan sangat banyak. Dan juga membutuhkan tenaga kerja tetap untuk pengoperasikanya.
Kebijakan yang lain dapat dilakukan adalah membantu modal dan pelatihan keterampilan yang di butuhkan usaha kecil kita, karena akibat yang paling di rasakan akibat kenaikan harga BBM adalah usaha berskala kecil. Perlu mengupayakan agar pemberian modal lunak pada uasaha kecil kita baik itu berupa materi maupun non meteri dan juga berupa pelatihan usaha.
Usaha kecil seperti pembuatan tahu akan merasakan dapak yang parah karena dalam proses pembuatanya membutuhkan bahan bakar dalam proses pengukusan kedelai. Pemerintah perlu memberikan solusi bahan bakar yang cocok di gunakan dalam penghematan agar usaha dapat berjalan.
Usaha yang paling merasakan dampaknya adalah bidang perikanan, terutaman nelayan tradisional kita yang dalam berlayar masih mengunakan peralatan yang sederhana. Mungkin mereka akan kesulitan jika tetap melaksanakan perkerjaan nelayan mereka secara tradisional karena jika dilaksanakan secara individu maka dampak kenaikan BBM akan menyebabkan modal yang mereka butuhkan dalam berlayar akan semakin bertambah.
Nelayan kita haru diubah menjadi nelayan modern yang dapat bersaing dengan nelayan modern yang masuk secara ilegal di peraiaran kita. Mungkin dengan diubah dari tradisional menuju modern maka konflik yang sering terjadi antara daerah nelayan yang satu dengan yang lainya tidak akan terjadi. Karena bila dilaksanakan secara modern hasilnya akan lebih baik.
Dana bantuan langsung dapat direalisasikan dengan pemberian kapal modern yang bisa mereka gunakan, bukan kapal cadik yang selama ini mereka punya. Dan juga sistem modalnya harus juga diubah jangan biarkan mereka masuk dalam jeratan lentenir dan tengkulak.
\
Apakah pemerintahan SBY DAN JK tetap melaksanakan progarm bantuan demi politiknya atau tidak ?

Tidak ada komentar: