kami menuntut agar pihak fakultas segera memperbaiki fasilitas kamar mandi mahasiswa di jurusan maupun falkutas,” Arif Susanto, ketua BEM JBSI !
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya kian menunjukan jati dirinya. Sebagai fakultas yang melahirkan, ahli bahasa baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing, serta pendidik yang profesional. FBS memang harus memberikan sebuah wadah yang menampung banyak aspirasi sekaligus kebutuhan warganya. Salah satu hal yang menjadi sarana FBS memenuhi hal tersebut ialah didirikanya joglo. Tetapi di antara perkembangan yang terjadi itu seakan FBS melupakan permasalahan yang sudah lama terjadi, pembangunan yang gencar seolah menutupi kekurangan yang ada tetapi mahasiswa sebagai penguna fasilitas mengkritisinya. Bila kita teliti maka akan tampak pembangunan yang ada pada suatu sisi. Di sisi lain persoalan yang serasa terlupakan dari dahulu.
Joglo juga selalu mengikuti perkembangan jaman untuk memenuhi kebutuhan, makin banyaknya mahasiswa yang membawa notebook kekampus sebagai suatu kebutuhan dalam berkuliah, menjadikan para birokrat memasang Wi-Fi di joglo menjadi angin segar. Saat ini joglo difungsikan mahasiswa sebagai tempat akses internet dan sekaligus pembelajaran untuk mengikuti kemajuan jaman dan teknologi.
Di lantai dua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia juga sudah dipasang Wi-Fi. Mahasiswa yang mempunyai notebook bisa mengakses internet dengan fasilitas yang disediakan oleh jurusan, aktifitas mahasiswa di joglo kadang berlangsung sampai larut malam. Bahkan ada mahasiswa yang rela ” begadang” untuk mendownload film atau lagu-lagu terbaru. Hadirnya fasilitas ini juga sangat membantu mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Selain itu, mahasiswa juga bisa mengirim surat elektronik atau berkomunikasi dengan teman mereka di dunia maya.
Namun masih juga ada kekurangan yang dirasakan dalam pengunaaan fasilitas ini. Mahasiswa yang mencoba internet sering mengeluhnya lamanya proses sambungan atau ditengah brosing atau dowload sambungan internet putus.
Sejak beberapa bulan terakhir, FBS Unesa sedang giat-giat Nya melakukan renovasi dan pembangunan-pembangunan gedung baru, salah satunya di sebelah selatan joglo FBS Unesa, berdiri bagunan baru yang mulanya merupakan bagunan kantin. Bagunan baru berlatai dua tersebut memang masih terlihat lengang dari aktivitas mahasiswa karena yang beroperasi baru perpustakaan yang terletak dilantai atas, sedangkan lantai bawah yang sedianya akan dijadikan kantin masih terlihat kosong.
Pengunaan nama guru besar FBS Unesa sebagai nama gedung, seperti Auditorium FBS yang berubah nama menjadi Auditorium Prof. Dr. Leo Indra Ardiana. Memang pengunaan nama guru besar seakan menjadi bukti penghormatan FBS Unesa terhadap jasa-jasa yang telah dilakukan.
Tetapi relokasi warung kantin di bawah perpustakaan Falkutas Bahasa dan Seni ( FBS ) masih belum pasti, hal tersebut terlihat ketika perpustakaan sudah siap tetapi namun persiapan pembongkaran warung masih menunjukan akan dilaksanakan. Apabila hal tersebut direalisasikan, maka setidaknya akan membuat beberapa perubahan. Perubahan tersebut tampak pada kepaktrisan pengunjung yang tidak perlu tersebar ke beberapa tempat hanya untuk mencari tempat makan.
Keberadaan tempat makan yang terpusat tentu akan membuat efisiensi pengelolaan lingkungan kantin, tapi juga terdapat sisi kurang bersahabat pada relokasi tersebut. misalnya dari luas petak yang disediakan oleh pihak fakultas. Di tambah petak yang disediakan oleh falkultas hanya berjumlah 6 petak. Kurang dari jumlah pemilik warung di FBS yang berjumlah kurang lebih 8 warung.
Pemilik kantin lebih memilih memilih menempati warung atau kantin yang sudah ada dari pada harus menempati kantin baru, mereka mengangap sewa kantin baru masih terlalu tinggi sehinga mereka khawatir tidak mampu melunasi pembayaran sewa. Tetapi diantara perkembangan ada yang dirasakan sama saja. Antara lain tempat parkir yang tidak mampu lagi menampung motor mahasiswa yang dari tahun-ketahun terus bertambah tetapi tidak ada penambahan luas parkiran baru. Meskipun awal semester ganjil kemarin ada perbaikan tetapi hanya perbaikan penampilan parkiran kita bukan luas tempat parkir yang sebenarnya lebih kita butuhkan.
Hal ini menimbulkan ke semerawutan motor yang diparkir sehinnga tidak enak bila kita lihat, tetapi dampak yang sering kita terima adalah tergoresnya motor kita karena orang lain parkir sembarangan. Atapun tidak amanya parkiran kita yang sering teman kita kehilangan helm ataupun bagian tertentu dari motornya. Bahkan banyak mahasiswa FBS yang kehilangan motornya karena masalah parkir yang tidak terkendali.
Coba kita telusuri lagi fasilitas di jurusan bahasa Indonesia yang tepatnya toilet yang merupakan fasilitas yang penting atau besifat primer, tentunya sangat dibutuhkan. Tidak dapat kita bayangkan apabila kita kencing apabila ingin memyiram hajat kita bahkan untuk membersikan diri kita setelah melakukan hajat tersebut tidak dapat kita lakukan karena tidak tersedianya air. Hal ini meyebabkan pemandangan yang menggangu dan bau toilet kita sangat mengagangu, karena kebiasan umumnya terutama mahasiswa yang habis kencing pergi tanpa menyiram bahkan bila habis buang air besar tanpa menyiram kotoranya.
Kita sadari memang tidak bisa mengharapkan fasilitas mewah dari pihak Falkutas Bahasa dan Seni karena memang keterbatasan dana yang dimiliki tetapi setiaknya kita bisa menikmati toilet yang bersih, inilah yang kemudian membuat mahasiswa kita menuntut agar perbaikan dilakukan. ” kami menuntut agar pihak fakultas segera memperbaiki fasilitas kamar mandi mahasiswa di jurusan maupun falkutas,” kata Arif Susanto, ketua BEM JBSI. Dengan sehubungan tidak dihiraukannya permasalahan kamar mandi maka ada rencana mahasiswa untuk kencing di depan falkutas oleh setiap perwakilan jurusan, sebagai salah satu protes terhadap keberadaan kamar mandi yang sangat memprihatinkan.
Ketika dikonfirmasikan mereka memberikan tangapan bahwa mereka sebenarnya sudah melakukanya. Kran yang sudah tidak layak kami ganti dengan yang baru,” tutur pembantu dekan II ketika ditemui di ruang kerjanya. Perbaikan untuk menuju perubahan yang lebih, tetapi adanya fasilitas yang tidak terawat baik jangan sampai hanya menyalakan mahasiswa sebagai penguna fasilitas diangap tidak dapat mengunakanya dengan bijak. Bukanya kita memiliki hak setelah melakukan kewajiban kita yaitu membayar SOM, tugas mahasiswa yang paling besar adalah belajar. Jika masalah kecil seperti toilet saja tidak mampu menyelesaikan bagaimana masalah yang lebih besar.
mempunyai notebook bisa mengakses internet dengan fasilitas yang disediakan oleh jurusan, aktifitas mahasiswa di joglo kadang berlangsung sampai larut malam. Bahkan ada mahasiswa yang rela ” begadang” untuk mendownload film atau lagu-lagu terbaru. Hadirnya fasilitas ini juga sangat membantu mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Selain itu, mahasiswa juga bisa mengirim surat elektronik atau berkomunikasi dengan teman mereka di dunia maya.
Namun masih juga ada kekurangan yang dirasakan dalam pengunaaan fasilitas ini. Mahasiswa yang mencoba internet sering mengeluhnya lamanya proses sambungan atau ditengah brosing atau dowload sambungan internet putus.
Sejak beberapa bulan terakhir, FBS Unesa sedang giat-giat Nya melakukan renovasi dan pembangunan-pembangunan gedung baru, salah satunya di sebelah selatan joglo FBS Unesa, berdiri bagunan baru yang mulanya merupakan bagunan kantin. Bagunan baru berlatai dua tersebut memang masih terlihat lengang dari aktivitas mahasiswa karena yang beroperasi baru perpustakaan yang terletak dilantai atas, sedangkan lantai bawah yang sedianya akan dijadikan kantin masih terlihat kosong.
Pengunaan nama guru besar FBS Unesa sebagai nama gedung, seperti Auditorium FBS yang berubah nama menjadi Auditorium Prof. Dr. Leo Indra Ardiana. Memang pengunaan nama guru besar seakan menjadi bukti penghormatan FBS Unesa terhadap jasa-jasa yang telah dilakukan.
Tetapi relokasi warung kantin di bawah perpustakaan Falkutas Bahasa dan Seni ( FBS ) masih belum pasti, hal tersebut terlihat ketika perpustakaan sudah siap tetapi namun persiapan pembongkaran warung masih menunjukan akan dilaksanakan. Apabila hal tersebut direalisasikan, maka setidaknya akan membuat beberapa perubahan. Perubahan tersebut tampak pada kepaktrisan pengunjung yang tidak perlu tersebar ke beberapa tempat hanya untuk mencari tempat makan.
Keberadaan tempat makan yang terpusat tentu akan membuat efisiensi pengelolaan lingkungan kantin, tapi juga terdapat sisi kurang bersahabat pada relokasi tersebut. misalnya dari luas petak yang disediakan oleh pihak fakultas. Di tambah petak yang disediakan oleh falkultas hanya berjumlah 6 petak. Kurang dari jumlah pemilik warung di FBS yang berjumlah kurang lebih 8 warung.
Pemilik kantin lebih memilih memilih menempati warung atau kantin yang sudah ada dari pada harus menempati kantin baru, mereka mengangap sewa kantin baru masih terlalu tinggi sehinga mereka khawatir tidak mampu melunasi pembayaran sewa. Tetapi diantara perkembangan ada yang dirasakan sama saja. Antara lain tempat parkir yang tidak mampu lagi menampung motor mahasiswa yang dari tahun-ketahun terus bertambah tetapi tidak ada penambahan luas parkiran baru. Meskipun awal semester ganjil kemarin ada perbaikan tetapi hanya perbaikan penampilan parkiran kita bukan luas tempat parkir yang sebenarnya lebih kita butuhkan.
Hal ini menimbulkan ke semerawutan motor yang diparkir sehinnga tidak enak bila kita lihat, tetapi dampak yang sering kita terima adalah tergoresnya motor kita karena orang lain parkir sembarangan. Atapun tidak amanya parkiran kita yang sering teman kita kehilangan helm ataupun bagian tertentu dari motornya. Bahkan banyak mahasiswa FBS yang kehilangan motornya karena masalah parkir yang tidak terkendali.
Coba kita telusuri lagi fasilitas di jurusan bahasa Indonesia yang tepatnya toilet yang merupakan fasilitas yang penting atau besifat primer, tentunya sangat dibutuhkan. Tidak dapat kita bayangkan apabila kita kencing apabila ingin memyiram hajat kita bahkan untuk membersikan diri kita setelah melakukan hajat tersebut tidak dapat kita lakukan karena tidak tersedianya air. Hal ini meyebabkan pemandangan yang menggangu dan bau toilet kita sangat mengagangu, karena kebiasan umumnya terutama mahasiswa yang habis kencing pergi tanpa menyiram bahkan bila habis buang air besar tanpa menyiram kotoranya.
Kita sadari memang tidak bisa mengharapkan fasilitas mewah dari pihak Falkutas Bahasa dan Seni karena memang keterbatasan dana yang dimiliki tetapi setiaknya kita bisa menikmati toilet yang bersih, inilah yang kemudian membuat mahasiswa kita menuntut agar perbaikan dilakukan. ” kami menuntut agar pihak fakultas segera memperbaiki fasilitas kamar mandi mahasiswa di jurusan maupun falkutas,” kata Arif Susanto, ketua BEM JBSI. Dengan sehubungan tidak dihiraukannya permasalahan kamar mandi maka ada rencana mahasiswa untuk kencing di depan falkutas oleh setiap perwakilan jurusan, sebagai salah satu protes terhadap keberadaan kamar mandi yang sangat memprihatinkan.
Ketika dikonfirmasikan mereka memberikan tangapan bahwa mereka sebenarnya sudah melakukanya. Kran yang sudah tidak layak kami ganti dengan yang baru,” tutur pembantu dekan II ketika ditemui di ruang kerjanya. Perbaikan untuk menuju perubahan yang lebih, tetapi adanya fasilitas yang tidak terawat baik jangan sampai hanya menyalakan mahasiswa sebagai penguna fasilitas diangap tidak dapat mengunakanya dengan bijak. Bukanya kita memiliki hak setelah melakukan kewajiban kita yaitu membayar SOM, tugas mahasiswa yang paling besar adalah belajar. Jika masalah kecil seperti toilet saja tidak mampu menyelesaikan bagaimana masalah yang lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar