Sabtu, 26 April 2008

wajah pendidikan indonesia

Persiapan Menjelang Unas, Yang Harus di persiapakan adalah pembelajaran yang baik bukan guru
Dunia pendidikan Indonesia selama ini kwalitasnya selalu saja tambah menurun selain di muati politis,kepentingan individu,juga kekurangan dana, dan makin dirperparah dengan buruknya mutu SDM kita yang bisa dikatakan jauh dengan negara tetangga kita yaitu malaysia, brunai darusalam, dan bahkan Singapura. Semakin menurun karena akhir tahun sembilan puluhan Indonesia mengirimkan guru ke Malaysia sedangkan sekarang kita hanya mampu mengirim tenaga kerja murah yang di perkerjakan pada sektor non formal yang berpendidikan sangat rendah.
Kelulusan sekarang ini sangat penting karena masa depan siswa tergatung dari lulus dengan akreditas kelulusan 5,25 yang akan semakin memberatkan siswa atau tidak tapi sebenarnya yang sangat di kawatirkan adalah masa depan sekolah itu sendiri yang apabila ada siswa yang tidak lulus maka masyarakat akan cenderung mengatakan sekolah tersebut tidak bermutu dan gurunya tidak mampu mendidik siswanya. Tapi sebenarnya yang memiliki dampak buruk adalah siswa sendiri yang apabila tidak lulus maka akan memberatkan siswa mau melanjutkan kemana karena jarang sekolah dan universitas yang mau menampung siswa yang tidak lulus pada ujian nasional pertama.
Beban moral ini memang menjadi tangungan siswa sepenuhnya makanya mungkin angka bunuh diri dan stres siswa pada awal persiapan ujian nasional sangat tinggi. Disini di butuhkan bimbingan guru yang sebagai pendidik dan motivator juga dukungan orang tua, yang harus memotifasi dan mefalitasi belajar siswa antara lain adalah padahal faktor yang menyebabkan tidak lulus bukan hanya faktor individu saja tetapi juga bisa faktor lain seperti kesalahan pada komputer seperti sebuah kasus yang terjadi pada sebuah sekolah siswa yang telah mengundurkan diri dari ujian nasioanal malah diluluskan padahal tidak mengikuti sama sekali ujian nasional sedangkan siswa yang sama di sekolah tersebut ada yang tidak lulus sama dengan jumlah siswa yang tidak mengikuti ujian nasional.
Pada sisi lain adalah bagaimana sekolah dijadikan alat untuk memenuhi kepentingan individu seperti oknum guru yang mewajibkan siswa untuk membeli buku yang kwalitasnya rendah karena guru tersebut dari pembelian siswa bisa mendapatkan intensif, dan penyalagunaan dana untuk pembagunan sekolah yang tidak jarang oleh kepala sekolah atau oknum guru.
Dan juga para politikus mengunakan sekolah sebagai janji politiknya pada masyarakat dengan harapan agar dapat menarik minat masyarakat kita dengan memanfaatkan buruknya pendidikan kita seperti dalam harian Kompas, Saptu 29 Maret 2008 di halaman 23 pada salah satu judul beritanya mengabarkan bahwa salah satu calon gubenur mengadakan kunjungan kepada sekolah yang mengalami musibah atapnya runtuh. Atau oknum guru yang tidak jarang melakukan kekerasan pada siswanya atau melakukan perbuatan asusila. Bahkan ada juga di sekolah hubungan siswa dengan gurunya lebih dari yang seharusnya.
Dan dalam persiapan ujian nasional ini seharusnya yang disiapkan adalah pemebelajaran yang baik untuk siswa dan menjaga mereka agar tidak mengalama stres pra Unas dengan mungkin mengadakan pengajian atau kegiatan keagamaan yang banyak diadakan sekolah yang memang bagus untuk siswa karena membuat emosi mereka lebih baik, daripada membuat tim sukses yani guru berkoordinasi dengan pengawas ujian agar persentasi kelulusan siswanya lebih baik.

Tidak ada komentar: