Selasa, 20 Desember 2011

korsel Ulang soal Lampu Natal

SEOUL, KOMPAS.com - Menyusul kematian pemimpin Korea Utara Kim Jong-il, Korea Selatan berpikir ulang soal rencana penyalaan lampu Natal di menara di perbatasan, kantor berita Yonhap melaporkan, Selasa (20/12/2011).

Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Kwan-jin mengatakan akan "mempertimbangkan kembali" rencana penyalaan lampu Natal di menara-menara di perbatasan dengan Korea Utara.

Saat ditanya soal upacara penyalaan lampu Natal yang rencananya dilakukan pada Jumat (23/12/2011), Kim Kwan-jin menyatakan, "Saya akan mempertimbangkan kembali rencana itu karena bertentangan dengan situasi saat ini. Kami belum mengambil keputusan final soal itu. Rasanya tidak sesuai dengan situasi yang terjadi saat ini."

Korea Selatan berencana menyalakan lampu di tiga menara berbentuk pohon Natal di dekat perbatasan dua hari menjelang Hari Natal. Korea Utara menuduhnya sebagai propaganda antikomunis Selatan. Pyongyang juga memperingatkan akan "situasi tak terduga" setelah penyalaan pohon Natal itu dan menyatakan Seoul harus bertanggung jawab penuh jika terjadi hal buruk.

Pada Senin (19/12/2011) malam, beberapa jam setelah Utara mengumumkan kematian Kim Jong-il, pejabat militer Korea Selatan menyatakan kementerian pertahanan bersedia menerima permintaan kelompok-kelompok agama untuk membatalkan rencana mereka menyalakan lampu-lampu Natal di menara perbatasan itu.

Pada Natal 2010, Korea Selatan menyalakan menara Natal di sebuah bukit perbatasan bernama Aegibong untuk kali pertama sejak 2003, ketika tradisi tahunan Natal itu dihentikan berdasarkan perjanjian rekonsiliasi dua Korea. Tahun ini Selatan berencana mendirikan dua menara tambahan di perbatasan itu.

Seoul menjalankan kembali tradisi itu tahun lalu menyusul provokasi berdarah oleh Pyongyang di Laut Kuning. Insiden ini menewaskan 50 warga Korea Selatan, termasuk dua warga sipil.

Menara Aegibong menjadi simbol kemakmuran Korea Selatan, sebuah kondisi yang bertolak belakang dengan Korea Utara yang miskin. Pyongyang khawatir warna-warni lampu itu bisa melemahkan cengkeraman ideologi rezim Kim Jong-il. Kelap-kelip lampu Aegibong bisa dilihat dari kota terbesar di perbatasan Korea, Kaesong.

Sejak pengumuman kematian Kim Jong-il, militer Korea Selatan menyatakan kesiagaan, namun memilih berhati-hati dalam mengambil tindakan. Dalam sidang parlemen hari ini, Menhan Kim Kwan-jin menyatakan pentingnya menjaga perdamaian dan keamanan Semenjung Korea seraya menekankan perlunya "memonitor situasi dengan tenang dan berhati-hati."

Tidak ada komentar: