Rabu, 24 Februari 2010

Filsafat Umum: Teori Kebenaran

Filsafat Umum

Pengajar: Zainal Fikri

———————-******——————

KEBENARAN (TRUTH)


1. Pernyataan yang benar.

Apakah makna “benar” dalam kalimat di atas?

2. Contoh pernyataan (statement):Dian belajar filsafat; Buku di atas meja; Ali adalah orang Islam.

3. Tanya-jawab.

Apakah kamu orang Banjar?; Benar, Saya orang Banjar; Benar bahwa Saya orang Banjar.

Bahwa Saya orang Banjar adalah benar.

4. Apakah pernyataan yang benar?

Jika suatu keadaan memang terjadi, dan kita menyatakannya demikian, maka pernyataan kita adalah benar.

Contoh:

Pernyataan “Saya orang Banjar” adalah benar jika Saya memang orang Banjar.

Pernyataan “Buku di atas meja” adalah benar jika buku memang di atas meja.

5. Apakah pernyataan yang benar?: Pernyataan yang benar adalah pernyataan yang mengungkapkan fakta.

Contoh: Rumput adalah hijau; Pernyataan adalah bahasa, sedangkan fakta adalah keadaan di dunia (di luar bahasa)

6. Pertanyaan “Apakah suatu pernyataan adalah benar?” adalah berbeda dengan pertanyaan “Bagaimana kita mengetahui bahwa suatu pernyataan adalah benar?”

Contoh: Cara kita mencari kebenaran “70 + 30 = 100” adalah berbeda dengan cara kita mencari kebenaran bahwa “Buku di atas meja”, “Semua harimau adalah karnivora” , “Semua mahasiswi IAIN memakai jilbab.”

7. Apakah kriteria kebenaran?; Apakah kriteria bahwa suatu pernyataan adalah benar?; Suatu pernyataan adalah benar jika sesuai dengan fakta; A criterion of truth is “correspondence with reality.”; Ini adalah teori korespondensi. Menurut teori ini, “suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut” (Jujun, 1984: 57). Dalam proses pembuktian secara empiris (pengumpulan fakta-fakta) untuk mendukung kebenaran suatu pernyataan dibutuhkan teori lainnya, yaitu: Teori Pragmatis.

Menurut teori pragmatis, “kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia” (Jujun, 1984: 58-9). Dalam pendidikan, misalnya di IAIN, prinsip kepraktisan (practicality) telah mempengaruhi jumlah mahasiswa pada masing-masing fakultas. Tarbiyah lebih disukai, karena pasar kerjanya lebih luas daripada fakultas lainnya. Mengenai kebenaran tentang “Adanya Tuhan” atau menjawab pertanyaan “Does God exist ?”, para penganut paham pragmatis tidak mempersoalkan apakah Tuhan memang ada baik dalam ralitas atau idea (whether really or ideally). Yang menjadi perhatian mereka adalah makna praktis atau dalam ungkapan William James “ ….they have a definite meaning for our ptactice. We act as if there were a God” (James, 1982: 51-55)

8. Apakah kriteria kebenaran?: Suatu pernyataan adalah benar jika berhubungan secara logis dengan pernyataan yang lain; Ini adalah teori koherensi. Menurut teori ini, “suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar” (Jujun, 1984: 55). Termasuk ke dalam teori ini adalah kebenaran matematika (mathematical truth) dan logika deduktif (Scruton, 1996: 239)

Contoh:

1. Kebenaran matematika

1 + 11 = 12; 2 + 10 = 12; 3 + 9 = 12; 4 + 8 = 12; 5 + 7 = 12; 6 + 6 = 12

2. Logika deduktif

Semua Mahasiswa IAIN beragama Islam

Johanes adalah mahasiswa IAIN

Johanes adalah beragama Islam

Contoh lain: Semua manusia akan mati. Dian adalah manusia. Jadi, Dian akan mati. (Ada tiga pernyataan: dua pertama adalah premis, satu terkahir adalah kesimpulan)

9. Kalimat dan proposisi. Kalimat bisa berupa pertanyaan, pernyataan, dan seruan. Contoh :Apa kabar?; Saya sehat; Astaga!!! Ada dia di sini. Proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau salah. Contoh: Ali membaca buku.

10. Percaya dan benar.

Kata dokter bahwa orang tua saya kehabisan darah, jantungnya tidak berdetak lagi dan tidak bernafas. Sinyal di monitor menunjukkan garis datar.

“Saya tidak percaya bahwa orang tua saya meninggal.”

11. Apakah perbedaan?

Proposisi I:

“Saya tidak percaya bahwa orang tua saya meninggal.”

“Adik saya percaya bahwa orang tua saya meninggal.”

Proposisi II:

“Orang tua saya meninggal.”

“Orang tua saya tidak meninggal

(I) Kepercayaan mereka kontradiktif, keduanya benar jika jujur, namun proposisi tidak kontradiktif.

(II) Kedua proposisi kontradiktif, cuma satu yang benar.

12. Dapatkah suatu proposisi menjadi benar pada suatu tempat atau waktu, tapi tidak benar di tempat atau yang lain?

13. Mengetahui dan benar. Bagaimana mungkin proposisi tentang masa depan menjadi benar? Apa yang berubah tentang masa depan menjadi masa sekarang dan masa sekarang menjadi masa depan adalah pengetahuan kita tentang hal itu.

14. Dapatkah suatu proposisi sebagian benar dan sebagian salah?

Tergantung kata sambung yang digunakan: “dan,” ….”atau.”
Kekuatan-berarti-kebenaran

Pendapat siapa yang benar? Pernyataan siapa yang benar? Misal, definisi terorisme dan penerapnnya sangat sarat muatan politis. Kamus dan Ensiklopedi berbahasa Inggris sebagai produk pabrik ilmu pengetahuan Barat dapat dengan mudah mendikte pemikiran para pembaca yang tidak kritis untuk mengambil kesimpulan bahwa serangan militer Israel terhadap rakyat Palestina, misalnya, tidak dapat dikategorikan ke dalam teroris. Definisi itu baru dapat operasional jika didukung oleh kekuasaan. Siapa yang mempunyai pengetahuan akan memegang kekuasaan, siapa yang berkuasa dapat memproduk pengetahuan. “Pengetahuan adalah kekuasaan”, ujar Francis Bacon, bapak ilmu pengetahuan modern. Ilmu pengetahuan tidak hanya memproduk kamus dan ensiklopedi, sains juga mengahasilkan teknologi. Teknologi mesin perang untuk melakukan serangan-serangan militer atau teknologi informasi untuk membentuk opini dunia dan mengarahkan wacana global tentang apa saja, termasuk terorisme. Menurut Jean-Francois Lyotard, seorang tokoh posmodernis, tuntutan zaman post-industrial adalah bahwa pengetahuan harus bisa disajikan ke dalam bentuk informasi, yaitu diterjemahkan ke dalam bahasa teknologi informasi, disebarluaskan melalui media cetak dan electronik, seperti koran, majalah, radio, televisi dan internet. Sekarang, semboyannya adalah “ Information is power.” Siapa yang memproduk informasi adalah yang berkuasa. Penguasa teknologi informasi bisa menentukan bulat-lonjongnya dunia, memformat peradaban, dan memproduk kebenaran. Media merupakan mode of articulation yang paling efisien untuk menyatukan dunia. Media yang menjadi sistem dunia ini mengartikulasikan dan memproduksi kultur, ekonomi, dan kekuatan politik dan militer. Media mempunyai kecenderungan terlembaga untuk memproduk citra lintas-dunia yang mampu mengarahkan diskursus dan proses sosial internasional.


Allah Maha Mengetahui yang benar

Pengakuan bahwa Allah sebagai kebenaran mutlak mengharuskan pengakuan bahwa kebenaran yang dicapai oleh manusia bersifat relatif (nisbi). Muhammad saw adalah manusia terakhir yang ditegur langsung oleh Tuhan, jika beliau berbuat salah. Sunnah Rasul kebenarannya di bawah pengawasan Tuhan. Setelah Nabi meninggal tidak ada lagi orang yang berhak mengklaim bahwa apa yang ia ketahui dibenarkan oleh Tuhan. Jika Tuhan Maha Mengetahui apa yang dikehendaki-Nya. Tuhan mengkomunikasikan kehendak-Nya melalui bahasa manusia (Arab). Quran menggunakan bahasa Arab. Bagaimana kita mengetahui maksud Tuhan?

Ketika kita membaca Quran, bagaimana kita menentukan makna ayat yang kita baca? Pertanyaan ini perlu diurai supaya kekacauan tentang makna dapat diklarifikasi dan perdebatan tidak menimbulkan salah paham. Pertanyaan ini dapat diurai menjadi: “Who decides the meaning of a text? When I ask a jurist, what does this text mean, what do I mean by that question? Am I asking the jurist, what does God mean by this text? Am I asking what does the language mean? Am I asking what images and associations are invoked in the mind of the jurist by the text?” (El Fadl, 2001: 89)

Ketika seseorang bertanya kepada orang lain, apa makna ayat ini? Pertanyaan ini mengandung tiga kemungkinan: (1) mungkin ia bertanya, apa maksud Tuhan dengan ayat ini?; (2) mungkin ia bertanya, apa makna ayat ini menurut bahasa?; dan (3) mungkin ia bertanya, gambaran dan asosiasi apa yang ada dalam jiwa seseorang tentang ayat ini? Makna pertama adalah menurut Tuhan. Apakah pengetahuan kita manusia tentang makna dapat mencapai yang pertama; mungkinkah kita manusia mengetahui apa yang Tuhan maksud? Makna pertama hanya Tuhan yang tahu. Makna kedua menurut bahasa. Makna ini dapat diketahui oleh orang yang berbahasa Arab atau dengan membuka kamus Arab dwi-bahasa. Makna ketiga adalah makna menurut pemahaman dan pemikiran seseorang yang dipilihnya dari berbagai alternatif yang ada atau bahkan keluar dari makna bahasa yang disepakai oleh komunitas pemakainya. Wallahu a’lam bisshawab.

Tidak ada komentar: