Kamis, 26 Maret 2009

Elpiji Bakal Murah Kalau LNG Tidak Impor


Elpiji Bakal Murah Kalau LNG Tidak Impor 
 
KOMPAS/RIZA FATHONI
Pekeja mengisi tabung elpiji 12 kilogram di stasiun pengisian dan penimbunan bulk elpiji di kawasan Tanjung Barat, Jakarta, Rabu (25/2). PT Pertamina (Persero) berencana mengimpor 800.000 ton elpiji pada tahun ini. Jumlah ini mencapai 50 persen dari kebutuhan yang mencapai 1,6 juta ton dalam setahun. 
/
Artikel Terkait: 
Selama Pemilu, Pertamina Janji Harga Elpiji Tidak Berubah
Pertamina Jajaki Badak
Pertamina Dukung Tata Niaga Elpiji 12 Kg
Pertamina Percepat Pembangunan SPBBE
Konversi Gas Ditargetkan Hemat Rp 20 Triliun
 
 
Jumat, 27 Maret 2009 | 08:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Pertamina (Persero) berharap pemerintah memberikan izin membeli kelebihan produksi LNG Bontang untuk dikonversi menjadi elpiji. Pasalnya, biaya untuk memenuhi permintaan elpiji tahun ini bisa lebih murah dengan melakukan pengadaan dari dalam negeri ketimbang harus melakukan impor.

Menurut Vice President Gas Domestik Pertamina Wahyudin Akbar, perseroan dapat menghemat ongkos angkut sebesar 68 dollar AS per metrik ton (MT) kalau bisa memenuhi permintaan elpiji dari dalam negeri. "Kalau ambil LNG dari dalam negeri untuk kebutuhan elpiji harusnya lebih murah karena tidak ada ongkos angkut sekitar 68 dollar AS per MT," kata Wahyudin, Rabu (25/3).

Dengan meniadakan ongkos angkut sebesar itu, maka secara total perseroan bisa berhemat 16,3 juta dollar AS kalau membeli 6 kargo kelebihan produksi LNG Bontang, dengan asumsi 6 kargo setara dengan 240.000 MT. "Kemungkinan ada kelebihan 6 kargo. Saya sih siap saja nampung untuk diubah menjadi elpiji," imbuhnya.

Ditambahkan Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Achmad Faisal, LNG asal Kilang Bontang diharapkan bisa mengurangi rencana impor elpiji Pertamina.

Menurut Faisal, sepanjang tahun ini Pertamina berencana mengimpor elpiji 953.029 MT untuk melengkapi kebutuhan elpiji sebanyak 3,056 juta MT. Sementara sisanya dipenuhi dari Pertamina Pengolahan sebesar 952.740 MT, Pertamina Hulu 47.000 MT, kilang swasta 48.000 MT, KKKS Pressurized 155.282 MT, dan KKKS Refrigerated 900.000 MT.

"Untuk impor kita sudah terikat kontrak 800.000 ton dengan Petredec sehingga sisanya harus diambil dari sumber lain, salah satu pilihannya dari Bontang," kata Faisal.

Namun, Pertamina tampaknya harus bersabar menanti kepastian apakah mereka bisa menyerap kelebihan produksi Bontang. Menurut Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Raden Priyono, instansinya baru merapatkan alokasi kelebihan produksi Bontang tersebut pada Jumat pekan ini.

Tiga alternatif penjualan LNG Bontang akibat Jepang, Taiwan, dan Korea membatalkan pembelian 18 kargo adalah mengalokasikannya untuk kebutuhan pabrik pupuk PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), menjualnya ke Pertamina untuk dikonversi menjadi elpiji, serta menggantikan jatah pengiriman pertama LNG Tangguh ke pembeli Fujian, China. "Kita baru merapatkan Jumat ini, setelah itu baru bisa diketahui alokasinya," kata Priyono. (Gentur Putro Jati/Kontan)

Tidak ada komentar: